Selamat Hari Ibu!
Ah, ucapan itu tak sebanding dengan apa yang telah aku dapatkan dari seorang ibu. Bukan hanya sekedar ucapan belaka tentunya yang diharapkan seorang ibu. Doa tulus ikhlas dan anaknya menjadi anak shaleh yang memberikan banyak manfaat untuk orang lain melebihi dari sekedar ucapan Hari Ibu tersebut. Entahlah, pastinya saya sendiri tidak dapat membalas jasa-jasanya. Ibu seperti tangan panjang dari segala nikmat yang Allah berikan.
Ibu saya orang biasa. Tapi kerja keras dan apa yang dia lakukan untuk anak-anaknya adalah luar biasa. Saya dan adik selalu berusaha mengikuti nasihat ibu, walaupun kadang kami sering sekali melawan dan menjawab apa yang ibu nasihatkan. Sudah besar, baru kami sadar bahwa tidak ada satupun apa yang ia sampaikan, yang kadang saya sebut sebagai omelan, adalah sia-sia.
Saya tak bisa membayangkan jika tanpa seorang ibu, seperti ibu saya, akankah saya bisa seperti sekarang ini? Bukan hanya sebagai ibu, ibu saya adalah guru pertama dan terakhir dalam hidup saya. Entah harus apa saya menyebutkannya, tetapi saya ingin menjadi seorang Ibu yang kelak seperti ibu saya, bahkan lebih baik lagi.
Ada 5 hal ini dari jutaan dan jasa-jasa ibu yang tak kan pernah terhitung. Inilah nikmah dan berkah dari Allah yang disampaikan-Nya melalui tangan Ibu untuk Saya.
Mengenal Agama dan Nilai Kehidupan
Sungguh beruntung diri saya. Inilah nikmat yang tidak akan pernah tergantikan oleh apapun. Sejak kecil ibu selalu mengenalkan agama dan nilai-nilai moral dalam diri saya. Walaupun dia bekerja, ia mengikutsertakan anaknya untuk ikut kegiatan TPA, memanggilkan guru ngaji ke rumah. Di sela-sela kesibukan bekerja ibu saya selalu mengajak untuk shalat berjamaah dan berdoa bersama.
Begitu kental hal tersebut ditanamkan ibu mulai saya kecil. Saya tidak dapat membayangkan andai sejak kecil ibu tidak pernah mengajarkan hal tersebut pada saya, entah jadi apakah saya? Begitupun ketika sebelum tidur, ibu selalu bercerita dan mengisahkan berbagai hal tentang Tuhan, Akhirat, Dosa dan Pahala, takut jika berbuat salah, dan lain sebagainya. Jika tidak sempat, ia membelikan saya berbagai buku dan juga mainan islami yang bisa saya gunakan bersama Adik.
Banyak saya dapatkan pengetahuan agama dari berbagai ustad atau guru lain, tapi tanpa adanya pendidikan dan dorongan pertama dari ibu, mungkin belum tentu secepat itu saya ingin mendalami agama dan menjalankannya dalam kehidupan.
Mengatur Kehidupan Rumah Tangga dan Anak-Anak
Sejak saya lahir, ibu saya adalah seorang wanita yang berkarir, bekerja di bagian keuangan sebuah perusahaan busana. Jarak rumah ke kantor menempuh hampir 2 jam, untungnya ada jemputan yang bisa menjemput di tempat terdekat. Pukul 07.00 ibu harus sudah berangkat, saya pun ditinggal bersama nenek dan tante. Menjelang magrib ibu sudah pulang.
Pagi-pagi sekali pukul 03.00 setelah tahajud ibu sudah bangun. Setelah tahajud ia biasanya langsung menyiapkan masakan untuk sarapan anak-anak dan bekal ke sekolah. Jam 06.00 pagi terkadang harus bersama-sama anak-anak mengantar ke sekolah dan juga berangkat bekerja.
Pulang di rumah, tak lantas santai-santai. Merapihkan rumah bersama anak-anak, mendengar cerita, curhatan, aduan anak-anaknya di sekolah dan teman-teman. Terkadang masih sempat juga untuk menyiapkan masakan besok pagi atau menyiapkan kebutuhan anak-anak besok.
Setiap hari itulah yang dilakukan. Kadang saat dulu masih kecil saya merasa kesal jika ibu banyak mengomel atau memarahi saya. Saat ini saya berpikir, wajarlah jika ibu mengeluh sedikit, betapa lelahnya apa yang ia kerjakan dan sungguh-sungguh menyiapkannya sendirian.
Ayah bekerja jauh, sehingga pulang hanya dua minggu sekali. Untuk itu, peran dan kerja keras ibu luar biasa dalam mengatur pekerjaannya, rumah tangga, dan anak-anak. Alhamdulillah walau dalam keadaan serba terbatas, saya dan adik tidak pernah melawan nasihat mendasar ibu, dan berusaha selalu dalam nasihat agama seperti yang selalu diajarkannya.
Belajar Multi Tasking dari Ibu
Ibu harus bekerja, membantu perekonomian keluarga tentunya agar lebih baik dan stabil. Selain bekerja kantoran, ibu juga melakukan usaha/bisnis sendiri. Pernah ibu berjualan Chickken Nugget, Sembako, menjadi agen Tupperware, berjualan bahan, dsb. Pulang bekerja ibu harus drop barang kemudian besoknya bisa dijual di kantor, tetangga, atau teman-teman lainnya.
Di hari libur ibu biasanya membuatkan masakan enak, membuat kue, atau kadang menerima pesanan juga. Saya sampai hari ini belum bisa memasak dan membuat kue enak seperti ibu buat. Betapa hebat ibu. Multi tasking dan seba bisa!
Menjadi Pendengar dan Selalu Membantu Orang Lain
Saya melihat ibu selalu menjadi sosok yang nyama bagi orang lain. Ia selalu menerima curhat dari berbagai orang dengan masalah yang berbeda. Ibu selalu mendengarkan orang lain dengan baik dan tidak pernah menjudge orang sembarangan. Di hadapan teman-teman ibu selalu menjadi orang yang berada di tengah dan menengahi kala situasi konflik terjadi.
Saya sering belajar hal tersebut dari ibu. Ibu mengajar saya untuk mendengar orang lain dan membantu sebisa yang bisa kita lakukan. Bantulah walau hanya bantuan yang terbatas. Kelak Allah akan mengganti bantuan itu dari jalan yang tidak terduga-duga. Well, itu adalah prinsip yang begitu kuat diajarkan ibu.
Ibu Mengembangkan Bakat Saya
Ibu saya selalu memperhatikan dan membaca bakat anak-anaknya. Sejak kecil ibu selalu berusaha untuk mengikutkan saya pada kegiatan-kegiatan untuk menunjang bakat saya. Sejak SD saya diikutkan untuk les Vocal, Renang, Aritmatika, Menari, bahkan didorong untuk ikut kegiatan di lingkungan sekitar. Begitupun adik saya, diikutkan club sepak bola, taekwondo, dan lainnya.
Sering saya menjuarai lomba-lomba, mengikut kejuaraan, festival dan lainnya di sekolah ataupun di luar sekolah karena dorongan ibu dan segala usaha ibu untuk saya. Saya sadari sekarang, biaya untuk mengikuti berbagai kegiatan tersebut tidaklah murah. Tapi ibu usahakan agar anak-anak berkembang bakatnya dan menjadi anak yang berguna. Tidak pernah saya sadari sebelumnya, bahkan apa yang saya pikirkan hari ini, apakah saya bisa melakukan hal yang sama seperti ibu, jika kelak saya memiliki anak?
Ya Allah, saya sadari bahwa kehadiran ibu adalah nikmah yang tidak tergantikan oleh apapun. Inilah nikmat yang tidak mungkin bisa saya hitung dan ganti jasa-jasa ibu.Ibu adalah tangan panjang dari rezeki yang Allah berikan untuk kehidupan saya.
Semoga Allah memberikan kekuatan untuk diri saya berbuat lebih baik lagi. Karena Saya tahu jasa-jasa ibu sudah mengalir dalam darah ini. Amal jariah ibu, ada di kebaikan dan amalan yang saya lakukan. Mungkin itu saja yang bisa saya lakukan untuk membalas semua jasanya yang tidak akan pernah bisa terhitung.
“Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”.
nur rochma says
Ibu hebat ya! Semua kebaikannya tak tergantikan.
Anggarani Ahliah Citra says
aaamin…
Suatu saat, Mba Nisa pun akan menjadi seorang ibu dan memberikan yg terbaik untuk anak2nya
Faridilla Ainun says
Amin, semoga apa yang dilakukan ibu menjadi amal jariah dan selalu berkah hidup keluarganya 🙂
Witri Prasetyo says
Ibu… Tak akan pernah tergantikan… Aku jd ngerenungin, selama ini banyak bgt dosa2 aku sama ibuu..hiks
Nhie says
Selamat hari ibu.
Ibu memang manusia paling kuat dan guru pertama kita ya 🙂 *kangen ibu*
Nova DW says
Betapa besar perjuangan seorang ibu agar bisa menjadikan anak-anaknya berhasil dan menjadi pribadi yang bermanfaat.
Ibu mbak Annisa luar biasa ^^
Helena says
Terharu bacanya Cha. Masya Allah ibunya Icha super woman! Semoga sehat-sehat yaa. Gih sana pulang
Anindita Ayu says
Jasa-jasa ibu memang tidak tergantikan…
April Hamsa says
Aamiin…
Jadi keinget ibuku mbak, diam2 juga selalu bangun buat tahajud, aku yakin pasti salah satu doanya adalah mendoakan anak-anaknya T.T
andyhardiyanti says
Selamat Hari Ibu. Selalu terharu baca tulisan-tulisan tentang ibu seperti ini..