• Home
  • About Me
  • Travelling
  • Beauty
  • Finance
  • Personal Thought
  • Welcome!
    • About Me
    • Annisa’s Tumblr
    • Personal Thought
    • Pernikahan
    • Beauty
  • Download Freebies

Ideannisa

Personal Blog by Finastri Annisa

Personal Thought

Sulitnya Menegakkan Budaya Antri

October 10, 2016 Leave a Comment

Sungguh budaya antri dan bersabar sangat penting untuk diterapkan. Kadang disepelakan atau dianggap remeh oleh masyarakat. Entah harus bagaimana memulainya, mungkin saya hanya bisa mendisiplikan diri sendiri, dan kalaupun sebagai pihak yang terlibat mengatur antrian, sikap tegas sambil memberikan pendidikan rasa-rasanya juga dibutuhkan untuk dilakukan.

 

Kemarin, menjelang berbuka saya mampir sebentar ke salah satu mini market dekat tempat kerja. Niatnya memang ingin membeli beberapa kebutuhan bulanan dan sekalian mencari buah-buahan dan sayur untuk buka puasa. Setelah keliling-keliling dan mengambil beberapa barang yang dibutuhkan saya pun menuju kasir. Mulailah, mbak kasir menghitung jumlah belanjaan.

Saya baru teringat saat itu ada kebutuhan yang juga perlu dibeli, dan saya melihat barang tersebut ada di etalase kasir. Ada beberapa merek disana dan saya pun membandingkan keduanya dengan bertanya pada mbak kasir. Belum lama saya bicara, tiba-tiba ada ibu-ibu di belakang saya tanpa permisi, tanpa bilang apapun menyerempet maju ke depan kasir dan ngomong dengan nada yang kurang sopan.

“Mbak, saya dulu yah saya buru-buru ini!”. Padahal, di belakang saya juga masih ada antrian pembeli lain yang mengantri untuk bayar. Dengan sopan mbak kasir pun bilang, “Maaf bu ini belanjaan mbak-nya sudah terinput, tidak mungkin dicancel”. Si ibu pun menggurutu marah dan langsung ke belakang untuk mengantri. Saat itu semua kasir penuh dan antrian cukup panjang.

Saat itu saya berpikir, apa susahnya untuk mengantri? Andai kata dia memang buru-buru, apakah dia juga tidak berpikir bahwa orang lain yang mengantri pun juga punya urusan dan keburu-buruan yang lain. Andai kata kepepet, hal darurat yang tidak bisa untuk ditunda lagi, apakah tidak bisa juga dengan sopan mengatakan pada orang yang sedang mengantri dan menjelaskan dengan apa adanya. Bukan dengan cara menyerempet, menyerobot lalu berbicara dengan nada tidak sopan seperti itu.

Saat itu saya pun sedikitnya suudzon dan memberikan penilaian negatif pada sikap ibu yang seperti itu, walaupun saya tidak benar-benar tahu maksud dan apakah ibu tersebut benar-benar dalam keadaan terburu-buru yang darurat?

Lain kejadian, saya pun pernah mengalami hal ini lagi. Tepat sebelum ramadhan, saya menjadi MC di sebuah acara Pemeriksaan dan Penyuluhan Kesehatan Gratis di daerah Pondok Bambu, Jakarta Timur yang diadakan oleh Yayasan tempat saya beraktivitas bekerjasama dengan Puskemas setempat. Saat itu ada sekitar 200 warga yang mendapatkan tiket check kesehatan gratis dan 100 anak-anak dhuaffa yang juga menikmati fasilitas tersebut.

Tidak banyak dokter yang membantu acara ini. Hanya ada 3 dokter untuk para warga yang sudah dewasa dan sepuh, serta 2 dokter untuk anak-anak. Setelah acara ceremonial dilakukan, sebagai MC acara saya pun ikut mengatur jalannya acara kesehatan ini sampai selesai. Saya bertugas memanggil satu per satu nama warga dan anak-anak yang harus masuk ke dalam ruangan. Saya memanggil berdasarkan nomor urut ketika hadir dan melewatnya jika nama yang bersangkutan tidak ada.

Waktu semakin siang, acara pemeriksaan dimulai pukul 10.00 dan ditarget selesai pukul 13.00. banyak ibu-ibu yang menggerutu karena lama tidak dipanggil-panggil, banyak juga yang menanyakan kepada saya kapan mereka akan dipanggil. Saya meminta kesabaran mereka dan juga menunggu sampai waktunya, mengingat jumlah dokter sangat terbatas, dan perlu ketelitian untuk memeriksa, terutama mereka yang memiliki sakit parah.

30 menit berlalu dari pukul 10.00. Satu orang ibu mendekat kepada saya meminta dia untuk dipanggil duluan. Alasannya dia membawa bayi dan bayi tersebut sudah merengek minta pulang. Saya meminta maaf dan menolak untuk ibu tersebut, karena saya pikir ibu-ibu yang lain yang membawa bayi juga pasti akan marah dan meminta duluan juga. Ibu itu marah dan menekan saya untuk memanggil dia masuk sekarang juga. Saya bilang, “Bu, kalau ibu mau duluan nanti ibu-ibu yang lain mau semua sekarang. Dokternya hanya ada 3 bu, ibu duduk aja dulu, itu ada tempat teduh bisa ngadem dulu enak daripada berdiri disini kasian bayinya penuh sesak orang”. Ibu itu marah dan meninggalkan saya.

Tidak lama kemudian, datang lagi ibu yang lain. Tidak jauh berbeda, ibu tersebut minta duluan untuk dipanggil dengan alasan mau pergi. Saya pun kembali menjelaskan dengan alasan yang sama. Dia pun mengatakan, “Mbak duluanin saya. Diem-diem ajam biar yang lain nggak tahu!”. Saya dengan hati kesal yang ditahan kembali menjelaskan dengan alasan yang sama sebagaimana ibu pertama. Tidak lama datang lagi dengan alasan yang tidak jauh berbeda. Kali ini dia bilang “Mbak, ibu lain kan gak kayak saya. Dia kan gak kan pergi dan ga ada urusan!”. Saya lumayan dongkol, karena ibu ini ngototnya bukan main. Dan sampai acara selesai mungkin ada sekitar 20 orang, saya harus menolak permintaan ibu-ibu tersebut dan menyuruhnya bersabar sekaligus menunggu, karena dokter hanya ada 3, dan acara target bisa selesai dhuhur.

Ada satu ibu, yang dia sudah sepuh. Minta duluan karena ceritanya dia sudah tidak kuat diam karena sedang sakit. Memaksa sungguh sangat memaksa. Akhirnya sayapun luluh dan membolehkan. Ketika ibu yang lain tau, mereka langsung protes, marah, dan menggerutu lagi. Saya pun jadi serba salah dan bingung menghadapinya. Itulah dampaknya malah menjadi konflik dan chaos. Semuanya ingin diperlakukan hal yang sama. Padahal perlakuan yang sama dengan adil justru dengan adanya aturan pemanggilan berdasarkan nomor urut kehadiran.

Belum lagi menghadapi ibu-ibu, saya pun harus menghadapi adik-adik kecil yang juga merengek minta duluan. Untungnya adik-adik itu masih kecil, sehingga masih saya bisa ajak main dan mengobrol, serta memberikan sedikit pendidikan untuk antri dan bersabar sambil duduk duduk.

Setelah acara pemeriksaan selesai, para warga dan adik-adik yang diperiksa kesehatannya mendapatkan suplemen gratis juga berupa madu dan satu toples pelastik ukuran yang cukup besar (untuk ukuran kacang ijo) isinya kacang ijo. Untuk membagikannya, saya hanya dibantu beberapa teman saja. Saya meminta mereka baris yang tertib dan teratur, agar saya tidak bingung membagikan, crowded dan terjadi kacang ijo yang tumpah-tumpah, apalagi itu panas.

Mereka sangat sulit mendengarkan saya. Saya minta baris mereka berdesak-desakan dan mau untuk duluan mendapatkannya. Saya benar-benar heran saat itu. Jujur saja rasa kesal itu ada karena betapa susahnya warga-masyarakat ini untuk antri dan bersabar. Padahal, ketika mereka berebut dan berdesak-desakkan, jelas pembagian itu makin lama, karena saya bingung, tambah sesak, dan bukannya makin cepat malah semakin tidak karuan.

Pernah lagi kejadian-kejadian di lampu merah. Saya pernah diklakson orang dengan sangat keras dan berkali-kali karena menghalangi jalannya. Padahal, saat itu lampu masih merah. Memang jalan saat itu sedang kosong belum ada kendaraan yang lewat. Saya heran, kenapa juga orang ini menekan klakson untuk saya. Benar saja, orang itu menerobos lampu merah. Beberapa detik setelah dia menerobos, kemudian mobil berkecepatan tinggi pun lewat. Beruntungnya orang tersebut selamat melintas. Tidak sampai bertabrakan dengan mobil.

Padahal kalau coba berpikir untuk tertib, aturan-aturan itu ada sebetulnya untuk menyelamatkan mereka sendiri. Bayangkan saja adanya aturan lampu merah lalu ditabrak dan dilalaikan, tentunya konsekwensi terbesar akan berefek pada orang yang melanggar tersebut. Andai kata telat beberapa detik, tentunya dia sudah bertabrakan dengan mobil tersebut karena motor dan mobil maju dalam kondisi yang sama-sama kencang

Itu mungkin hanya case yang saya potret dari beberapa kejadian yang saya alami. Betapa sulitnya menerapkan budaya antri dan bersabar. Saya pun tidak tahu, apakah ini budaya yang terjadi hanya di Jakarta saja ataukah masalah global masyarakat saat ini? Yang jelas saya belum banyak menemui kasus ini ketika bekerja di daerah-daerah lain di luar jakarta.

Andai sedikit saja berpikir dan bersabar, antri itu mungkin kesannya terasa lama, apalagi jika jumlah antrian banyak. Tetapi dengan antri, justru disitulah ada ketertiban dan keteraturan. Pihak yang mengatur akan lebih mudah untuk membagikan, mengurutkan, serta tidak pusing karena melihat acak-acakannya orang yang berebut, dan berdesak-desakkan. Andai saja mau membiasakan bersabar, tentu sangat enak, diam, duduk, atau antri berdiri, menunggu panggilan tanpa harus desak-desakkan, yang mengakibatkan celaka atau marah-marah satu orang dengan yang lainnya.

Kalau ingin tidak berdesak-desakkan, mengantri terlalu panjang, sudah tentu berarti berangkat lebih awal, berlomba-lomba mendahului waktu datang orang lain. Hal itu tentu suatu pilihan yang bijak daripada harus memaksa-maksa orang lain, atau juga berdesak-desakkan.

Sama hal-nya seperti orang-orang yang terjebak dalam keadaan macet yang juga sering saya melihatnya. Ada orang-orang yang tidak sabar, hingga akhirnya masuk jalur busway, melawan arus masuk jalur yang bersebrangan, ada yang masuk pedestrian, sampai harus melewati batas jalan yang cukup tinggi dan berbahaya. Akibat dari hal tersebut, bukannya tambah lancar jalan, melainkan malah bertambah macet dan berantakan, karena peraturan jalan menjadi tidak karuan. Semuanya bergerak, berjalan atas dasar keinginan dirinya sendiri, bukan peraturan, atau ketertiban. Padahal ketertiban itu efeknya bukan hanya untuk satu orang, melainkan kepada keseluruhan orang-orang yang terlibat dalam sistem itu.

Sungguh budaya antri dan bersabar sangat penting untuk diterapkan. Kadang disepelakan atau dianggap remeh oleh masyarakat. Entah harus bagaimana memulainya, mungkin saya hanya bisa mendisiplikan diri sendiri, dan kalaupun sebagai pihak yang terlibat mengatur antrian, sikap tegas sambil memberikan pendidikan rasa-rasanya juga dibutuhkan untuk dilakukan.

How about you? Yuk ajak teman-teman, saudara, keluarga, dan lingkungan kita untuk membiasakan hidup dengan mengantri dan bersabar. J

Previous:
Peristiwa Bersama Abang Gojek, Profesional dan Kemanusiaan
Next:
Belajar Adil dalam Menilai

You might also enjoy

Belajar Adil dalam MenilaiBelajar Adil dalam Menilai
DRAMA MENJELANG PERNIKAHAN, APAKAH SELALU ADA
BELAJAR UNTUK JALANI HIDUP APA ADANYA, TANPA SYARAT KETENTUAN ORANG LAIN

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

About Me

About Annisa

Annisa is blogger who loves writing about lifestyle, life experiences, personal thought, and everything that i want. As digital strategist at non profit organization and digital consultant for another social community, i care for humanity and universality. Annisa can contacted by e-mail finastricha@gmail.com.

Follow Annisa

Community

Blogger Perempuan

SEARCH

Read this blog at your mail

Enter your mail

Top Post

  • 25 PERTANYAAN QnA UNTUK LEBIH MENGENAL SAHABAT
    25 PERTANYAAN QnA UNTUK LEBIH MENGENAL SAHABAT
  • 15 PERTANYAAN RANDOM TENTANG DIRI SENDIRI
    15 PERTANYAAN RANDOM TENTANG DIRI SENDIRI
  • PENGALAMAN KONSULTASI KE DOKTER GIZI, TERNYATA INILAH RESEPNYA AGAR TUBUH LEBIH SEHAT
    PENGALAMAN KONSULTASI KE DOKTER GIZI, TERNYATA INILAH RESEPNYA AGAR TUBUH LEBIH SEHAT
  • PENGALAMAN MENGGUNAKAN L’OREAL PARIS REVITALIFT CRYSTAL MICRO-ESSENCE UNTUK KULIT WAJAH BERMINYAK
    PENGALAMAN MENGGUNAKAN L’OREAL PARIS REVITALIFT CRYSTAL MICRO-ESSENCE UNTUK KULIT WAJAH BERMINYAK

CATEGORIES

Archives


Instagram post 17934028237454721
Sejak kecil, mungkin saat saya sudah masuk TK, ibu saya sering kali membelikan buku-buku cerita bergambar. Mulai dari cerita dari negeri dongeng, kisah-kisah moral, hingga ke kisah-kisah Nabi dan Rasul dalam Islam.

Setiap pergi jalan-jalan, ibu menyempatkan mampir dan mengajak saya ke Toko Buku. Lihat-lihat dan membeli buku yang jadi pilihan saya.

Kebiasaan ini membawa saya jadi senang dengan buku, apalagi sejak mulai lancar membaca. Setiap minggu, saya selalu menagih ibu untuk membelikan majalah Bobo. Kalau ada uang lebih, sesekali saya juga minta dibelikan buku kumpulan cerpen.

Kenangan saat kecil yang suka dengan buku dan sering berimajinasi dengan cerita di dalamnya, membuat saya sadar bahwa saat nanti memiliki anak dan harus berkewajiban mendidik seorang anak, membiasakan anak membaca buku begitu penting.

Mereka tidak akan menyukai buku secara tiba-tiba jika sejak kecil tidak dipancing terlebih dahulu dengan orang tuanya.

Kalau usia saya saat ini masih anak-anak, mungkin aplikasi ini akan jadi salah satu favorit saya dan saya akan minta pada orang tua untuk setiap hari mengizinkan saya membaca buku cerita bergambar lewat aplikasi ini di gadget. Hehehe. Ya, aplikasi buku digital ini bernama Let’s Read.

Di zaman sekarang ini, sebenarnya enak banget. Baik orang tua, guru, pendamping anak, dan anak-anak sangat dimudahkan untuk membaca dan belajar.

Apalagi buku-buku digital yang ada di Let’s Read sangat banyak variannya. Jadi dari satu aplikasi saja, kita bisa memilih jenis cerita apa yang ingin kita bacakan atau anak lihat sendiri melalui aplikasi tersebut.

Anak-anak juga tentu akan senang karena buku digital Let’s Read memiliki gambar ilustrasi yang sangat menarik dan colourfull. Dengan melihat gambarnya saja, mereka sudah bisa berimajinasi dan mendapat wawasan baru.

Yuk ibu-ibu, bunda-bunda kalau mau tahu selengkapnya tentang aplikasi ini, check di blog post terbaru ideannisa.com ya. Selain itu, punya tips apalagi nih biar anak suka baca?

@letsread.indonesia @bloggerperempuan #LetsReadAsia #AyoMembaca #LetsReadxBloggerPerempuan

Instagram post 17880941939028130
Beberapa waktu lalu, di rumah kedatangan si box pink cantik yang udah pasti bisa ketebak dari mana kan? Ya, dari @sociolla.

Kali ini seneng banget, karena punya skincare lengkap untuk merawat kulit supaya lebih terhidrasi.

Jadi isi box ini ada:
❤️ Micellar Water dari @ariul_id
❤️ Body Lotion dari @klorane_idn
❤️ AHC Cleansing Foam dari @koreanaestheticskincare_id
❤️ Hydrating Mist Toner dari @sukinskincare_idn
❤️ Masker dari @mediheal_idn

Super lengkap buat bikin kulit tambah sehat dan lembap.
Tapi jangan salah ya. Supaya kulit bisa terhidrasi dengan baik, gak cukup cuma dengan skincare atau perawatan dari luar aja, tapi juga butuh perawatan dari dalam.

Caranya adalah dengan minum air mineral yang berkualitas dan teruji dengan baik.

Untuk mendukung wanita Indonesia merawat kulit agar selalu merawat kulit dan terhidrasi, Sociolla bersama dengan Aqua Reflections berkolaborasi menghadirkan edisi spesial Sociolla x Aqua Reflections yang botolnya didesign khusus dengan ciri khas Sociolla.

Saya salah satu yang beruntung karena bisa mendapatkan botol @aqua_reflections edisi spesial ini.

Btw, di botol Aqua Reflections x Sociolla ini ada QRCode yang bisa kamu scan juga lho! Ada voucher senilai Rp25.000 untuk belanja di Sociolla.

So, yuk dapetin Aqua Reflectionnya dan belanja skincare favorit kamu untuk menghidrasi kulit di @sociolla.com!

#hydratetoradiate #aquareflectionsxsociolla #sociollaxaquareflections

Instagram post 17892396910792819
Apa pertanyaan yang sering dilontarkan pada pasangan yang sudah menikah lebih dari dua tahun dan belum juga memiliki keturunan?
.
"Belum isi?"
.
"Kenapa belum isi? (Wajahnya sambil kayak bersedih gitu, sambil nepuk-nepuk bahu saya).
.
"Udah dua tahun ya nikah? Yang sabar ya, semangat terus pokoknya! Udah coba minum ini, minum itu..?"
.
Di kesempatan lain, dalam sebuah moment. Ada lagi yang nyeletuk-nyeletuk
.
"Kapan nih, (nyebut nama anaknya) punya temen?"
.
"Kayaknya lo stress deh.."
.
"Lo kerja terus sih, mikirin kerjaan terus, gimana mau jadi"
.
Biasanya sih, saya cuma ketawa. Sambil mengaminkan karena bisa saja emang mereka kasih doa tulus kan. Terus orang-orang ini, menyemangati dan menyuruh bersabar. Sambil ngasih nasihat-nasihatnya.

Ada dua respon sih dari semua itu.

Yang pertama: Terima kasih, sudah memperhatikan dan mendoakan yang terbaik.

Yang kedua, ada satu anggapan dari saya begini.

Kadang, orang lain melihat sepertinya kondisi pernikahan seperti ini menyedihkan. Sudah lebih dari dua tahun menikah belum juga dikaruniai keturunan.

Padahal, realitanya, belum tentu begitu.

Gak selalu, pasangan yang belum memiliki keturunan hidupnya gak sebahagia pasangan yang udah punya keturunan atau keturunan yang banyak.

Yang memiliki keturunan bisa merasa bahagia, bisa juga tidak merasa bahagia. 

Nyatanya ada juga yang stress dan pusing gak karuan setelah memiliki anak, padahal di sisi lain ada yang iri dengan kehidupannya karena ia belum juga dititipkan keturunan.

Menurut saya ini soal mindset dan gimana setiap detik kita bisa bersyukur dengan yang Allah SWT titipkan.

Yang mungkin perlu jadi highlight: life goals dan kebahagiaan masing-masing orang bisa aja berbeda. Gak selalu diukur dengan kacamata dan sudut pandang yang sama.

Jadi, gak semua orang menyedihkan saat belum atau tidak merasakan kebahagiaan yang seperti kita alami. Semua orang hidup dengan versinya, rezekinya, dan jalannya masing-masing.

Termasuk saya dan suami. Ada hikmah dan kebahagiaan lain yang menurut saya, masih Allah berikan untuk kami.

Selagi kita bisa menikmatinya, maka bersyukurlah. Semoga Allah menambah lagi nikmat-nikmat yang lain

Selamat menjalani hidup & bahagia versimu😎

Instagram post 17854740353362128
Mamahku, yang sampai anaknya gede masih suka tanya udah makan atau belum, makan apa, masak apa hari ini? Udah shalat atau belum? Ada aja yang dibawelin tiap ketemu 😂. Dan pastinya selalu berdoa yang terbaik untuk anak-anaknya.

Sebagai anak, mungkin banyak hal yang membuat beliau kecewa atau sedih. Kadang gak sesuai harapan atau keinginan. Tapi, berusaha sekecil apapun yang bisa dilakukan maka akan coba saya lakukan.

Semoga beliau diberikan kesehatan dan kebahagiaan dunia juga akhirat. Aamiinya Rabbal Alamiin.

Selamat Hari Ibu untuk seluruh perempuan dan ibu tangguh negeri ini ❤❤

#hariibu #hariibu2021

Instagram post 17849041115406067
Biasanya berapa lama dalam sehari kamu menatap gadget? Kalau saya, karena tuntutan pekerjaan mungkin bisa lebih dari 6 jam nih sehari.

Apalagi kalau yang ada di layar gadget itu babang Kim Soe Ho, alias Mas Han Ji Pyeong (tim Han Ji Pyeong mana suaranyaa?) Hehehe.

Walaupun itu risiko seorang pekerja digital, menatap layar gadget terlalu lama juga gak bagus. Harus diimbangi dengan mengistirahatkan mata plus konsumsi vitamin atau suplemen mata supaya mata tetap maksimal bekerja maksimal.

Selengkapnya, check di blog terbaru aku yuk di link: https://ideannisa.com/2020/12/01/cara-menjaga-mata-tetap-sehat/

Nah, kalau kamu gimana nih? Berapa lama menatap layar gadget dalam sehari? Dan punya tips tambahan gak biar mata tetap sehat dan gak stress?

Instagram post 18110146072175435
Eh, guys. Mau nanya deh, suka parno gak sih kalau badan tiba-tiba meriang? Apalagi kalau udah bersin-bersin atau batuk. Di tengah pandemi kayak sekarang ini, sedikit aja ada gejala gak enak di badan rasanya suka khawatir. Persis kayak kejadian kemarin, waktu tenggorokan saya sempat sakit. Langsung dalam hati bertanya-tanya, ini kenapa ya? Bukan Covid-19 kan? Untungnya mereda setelah beberapa hari dan gak sampai hilang penciuman.

Tapi kalau terlalu khawatir juga gak baik sih. Mending kita prepare dengan bangun gaya hidup sehat dan bikin hidup kita lebih fit. Misalnya aja, banyakin makan sayur-buah, olahraga ringan setiap hari, jauhi stress, dan lakukan hal yang menyenangkan biar psikis juga sehat.

Selain itu, saya suka tambahin minum suplemen @Vipro-G biar ada booster imun. Soalnya sekarang ini lagi banyak banget aktivitas dan kerja sampai malam. Suplemen ini juga bisa bantu untuk mengurangi radang tenggorokan dan anti radikal bebas.

Tentang pengalaman konsumsi Vipro-G, saya share di blog ya. Check link nya di bit.ly/ideannisa-viprog

Suplemen ini menarik soalnya pas pertama kali lihat, ada foto Raffi Ahmad-nya. Hehehe. Jadi emang ini sesuai dengan orang yang sibuknya kayak Raffi dari subuh-tengah malam.

Kalau kalian sendiri pernah parno-an kayak saya? Hehehe. Gimana cara ngadepinnya?

Instagram post 17900083378625641
Sudah pada tahu belum, kalau sekarang di Traveloka kita udah bisa beli asuransi. Salah satunya adalah beli asuransi dari FWD Life Asuransi Bebas Handal dan Asuransi FWD Cancer Protection, melalui Traveloka Protect.

Asuransi Bebas Handal adalah asuransi kesehatan berbasis syariah yang terjangkau dengan manfaat rawat inap komprehensif. Kontribusinya mulai dari Rp75.000 per bulan dan pilihan manfaat tahunan hingga Rp100 juta.

Sedangkan, FWD Cancer Protection adalah asuransi kanker terjangkau yang memberikan uang pertanggungan 100% saat diagnosis kanker dengan premi mulai Rp10.000 per bulan dan manfaat hingga Rp150 juta.

Waw banget kan, ada asuransi yang bisa kita beli mulai dari Rp10.000 per bulan aja? Jujur kalau saya sendiri, belum pernah membeli asuransi dengan harga premi Rp10.000. Tapi ini tentu sebuah terobosan agar lebih banyak lagi masyarakat yang memiliki proteksi. Thank you ya @fwd_id & @traveloka.

Selengkapnya sudah saya ulas di blog. Plus, ada sedikit ulasan chit chat dengan dr. Falla Adinda yang bahas juga tentang resiko penyakit kanker untuk masyarakat Indonesia. Mampir ya di ideannisa.com

#FWD #AsuransiMudahBeneran

Instagram post 17873375798052308
Menurut Mbak Githa Argasasmita, seorang financial planner, bukan hanya darurat saja yang
penting untuk kita siapkan, apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini.

Asuransi kesehatan dan asuransi jiwa juga penting banget untuk dipersiapkan supaya hidup kita dan keluarga lebih terproteksi.

Tapi sayangnya, banyak masyarakat Indonesia yang belum punya asuransi jiwa dan asuransi
kesehatan gara-gara males ngurus, males baca polis, dan tiap kali butuh urus-urus adminitrasi harus ke kantor asuransinya.

Well, sekarang udah ada cara gampangnya. Kalau kamu mendaftar sebagai nasabah @fwd_id  udah ada fitur eServices di aplikasi FWD MAX yang memudahkan kita urus-urus asuransi. Gak ada lagi tuh alasan ribet atau males keluar rumah buat mengurus asuransi.

Kebetulan, Jumat 16 Oktober 2020, saya ikutan Virtual Blogger & Media Online. Kita bahas apa itu eServices dan apa saja manfaatnya? Termasuk beberapa tips keuangan dari Mbak Githa Argasasmita.

Simak di blogpost terbaru saya, ya!
#FWD #FWDMax #FWDBeda


2021 blog by annisa Design by SkyandStars.co
Back Top

Copyright © 2021 · Yoon Theme on Genesis Framework · WordPress · Log in