• Home
  • About Me
  • Categories
    • Travelling
    • Beauty
    • Finance
    • Personal Thought
  • Welcome!
    • About Me
    • Annisa’s Tumblr
    • Personal Thought
    • Pernikahan
    • Beauty

Ideannisa

Personal Blog by Finastri Annisa

Personal Thought

Sekelumit Tentang Penafsiran Manusia Pada Islam

November 30, 2016 Leave a Comment

Tulisan ini hanyalah pendapat dan pikiran yang acak dari seorang yang masih awam dan belajar banyak mengenai islam. 100% pendapat di dalamnya masih sangat spekulatif dan belum teruji. Tujuannya hanya ingin belajar menuangkan pikiran dan ide yang sayang jika tak tertuangkan.

Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT sebagai petunjuk kehidupan manusia, khususnya bagi mereka yang beriman terhadapnya. Manusia yang juga memilki hawa nafsu, keserakahan, kejahiliahan tentu membutuhkan petunjuk dan peringatan, agar hidupnya benar-benar dalam jalan kebaikan dan kebenaran.

“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS Al A’raf : 52)

Sebagai bentuk petunjuknya bagi manusia, Allah menurunkan petunjuk lewat Wahyu yang disampaikan oleh Nabi atau Rasul yang ditunjuk dari kalangan manusia sebagai panduan dan teladan.Di setiap ummat atau masa, terdapat Nabi atau Rasul masing-masing. Hingga kini Rasulullah Muhammad SAW dan Al-Quran lah yang menjadi pedoman hidup manusia hingga akhir zaman.

Berbagai penafsiran ataupun pendapat mengenai islam kemudian bermunculan, sejak Rasulullah meninggalkan dunia ini. Banyak friksi, banyak pendapat, penafsiran terhadap wahyu, terhadap hadist, bahkan berbagai hal dasar lainnya mengenai islam seperti masalah keimanan, surga-neraka, sampai pada status kafir pada seseorang.

Kita bisa melihat dalam sejarah bagaimana orang-orang islam pernah memiliki perbedaan pendapat mengenai masalah ketetapan Allah atau takdir yang diwakilii oleh Golongan Jabariah dengan pandangan manusia diekndalikan seluruhnya oleh Allah SWT dan Qadariah dengan pandangan manusia bebas memilih dengan kehendak bebasnya, lalu muncul kembali golongan Ahlussunah Wal Jamaah yang mengambil tengah dari jalan keduanya. Hal ini masih secuplik dari perbedaan mengenai tafsir agama dari sejarah. [1]

Di zaman yang sudah berkembang seperti saat ini, tentunya juga muncul ribuan tafsir dan pendapat tentang agama dan islam. Dengan pendekatan yang berbeda-beda, para ilmuwan, imam mahzab, ulama agama, tokoh-tokoh cendekiawan lainnya melakukan penafsiran yang berbeda-beda mengenai islam dengan sudut pandang, framing, dan keilmuannya masing-masing. Perbedaan bisa terdapat pada masalah epistemologi, masalah teknis, atau masalah lainnya yang semakin berkembang.

Kita bisa melihat contohnya ada kelompok yang memiliki pandangan bahwa islam adalah agama yang murni mengkhususkan masalah pada aqidah dan moralitas sedangkan yang merasa tidak sepakat memiliki pandangan bahwa islam adalah agama yang lengkap sehingga ikut pula mengatur masalah politik, ekonomi, hukum perdata, hukum pidana, keluarga, dan lain sebagainya. Perbedaan juga muncul di tataran konsep penerapan agama, seperti kewajiban wanita berhijab atau tidak. Bahkan di tataran teknis pun juga muncul perbedaan, seperti masalah teknis shalat, teknis berdoa, berzikir, dan lain sebagainya.

Perbedaan tersebut kerap kali membuat umat islam yang notabene berasal dari ruh yang sama (Keyakinan terhadap Allah, Rasul, dan Al-Quran) menjadi terbentuk kelompok, organisasi, friksi, atau aliran tertentu yang memiliki tujuan dan spirit nya masing-masing. Hal ini tentu menjadi wajar, apalagi Allah sendiri menyampaikan di dalam Al-Quran bahwa umat manusia terbagi-bagi dalam berbagai golongan. Sejak Rasulullah ada pun, perbedaan pendapat, perdebatan sengit, dan diskusi yang melahirkan banyak pandangan dan argumentasi juga muncul di dalamnya.

Artinya, memang fitrah manusia adalah memiliki banyak kekurangan. Dalam melihat sesuatu, tidak selalu manusia mendapatkan kesempurnaan. Bahkan klaim bahwa dirinya adalah sempurna dalam melihat dan memandang realitas adalah kelemahan itu sendiri. Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia tidak sadar bahwa dirinya bukan makhluk sempurna dalam memandang keluasan alam semesta jagad raya dan seisinya milik Allah SWT ini.

Akan tetapi, bukan berarti argumentasi di atas menunjukkan bahwa saya adalah penganut relativisme, yang memandang tidak adanya kebenaran mutlak yang bisa dihasilkan oleh manusia. Tentu saja manusia membutuhkan kebenaran mutlak dalam kehidupan ini. Jika tidak ada kebenaran mutlak yang dapat diambil dan diterima manusia, saya yakin hidup ini akan hampa dan gelap tanpa arah tujuan. Lantas bagaimana cara manusia tersebut dapat menjalankan kehidupannya dengan baik dan benar. Karena manusia bukanlah hewan yang hidup tanpa membutuhkan tuntunan nilai dan etika.

Contoh kecilnya, kebenaran mutlak bahwa manusia pasti akan mati. Seperrtinya hal itu adalah kebenaran mutlak yang tidak bisa dihindari. Berbagai ilmu pengetahuan berbasis sains, realitas atau kenyataan adanya orang yang meninggal, dan informasi agama atau wahyu menunjukkan pendapat yang sama. Apalagi diperkuat dengan berbagai ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi ajal itu sendiri seerta informasi wahyu yang mengatakan bahwa hari akhir akan tiba, setelah kehidupan manusia di muka bumi ini selesai. Kalaupun hari ini ada ilmuwan yang mengatakan bahwa usia manusia dapat diperpanjang hal ini belum dapat mematahkan juga menemukan formula bagaimana manusia dapat hidup abadi.

Dalam konteks pernafisran islam, permasalahannya ada berbagai kondisi dimana masing-masing orang atau kelompok membuat pernyataan masing-masing atau memberikan penafsiran terhadap sesuatu (dalam hal ini khususnya agama), merasa hasil penelitiannya sudah final dan berakhir tanpa perlu mengkaji dan membuat perbandingan kembali dengan pendapat atau penafsiran orang yang lain. Inilah yang kemudian muncul perpecahan, friksi, berbagai perbedaan pendapat yang tidak jarang diwarnai oleh kemarahan, rasa memiliki kebenaran, anarkis, kekisruhan, dan bentuk respon emosi lainnya.

Semasa Nabi Muhammad SAW masih ada, perbedaan pendapat dan berbagai argument tentang pembangunan masyarakat dan islam tentu juga sudah ada. Dalam sejarah dikisahkan bahwa Umar Bin Khattan sahabat dekat nabi, pendamping setia dalam perjuangan nabi saja pernah berbeda pendapat mengenai strategi nabi dalam menyikapi perjanjian hudaibiyah pada awalnya. Namun seiring waktu setelah Umar benar-benar memahami maksud dan strategi tersebut, justru ia sangat mendukung dan menjadi garda depan dalam memperjuangkannya. [2]

Saya berpendapat bahwa tidak adanya perpecahan umat islam di masa tersebut bukan hanya karena umat islam yang terbuka, objektif, mau menilai dari berbagai sudut pandang, tetapi juga ada faktor Kredibilitas Muhammad sebagai seorang Nabi yang langsung ditunjuk oleh Allah. Keotentikannya sebagai seorang Nabi membuat umat islam yang sudah bersatu padu tidak mungkin berjauhan, dan menentang Nabi. Adanya perbedaan pendapat tentu saja dapat selesai dan terpecahkan karena kearifan dan kebijakan Muhammad sebagai Rasul saat itu.

Lantas bagaimana di zaman sekarang yang kita hidup dengan Al-Quran dan Informasi peninggalan Nabi, namun berbagai penafsiran muncul yang bisa jadi satu sama lain saling bertentangan. Di zaman saat ini, tidak ada lagi Pemimpin Otentik pilihan Allah yang ditunjuk secara formal. Adapun ulama, para peneliti agama, ataupun tokoh agama lainnnya adalah sama-sama manusia yang serba memiliki kekurangan, dan posisinya tentu bukanlah seperti Nabi, yang ketika salah akan mendapatkan petunjuk atau peringatan dari Allah.

Kemutlakkan Nilai-Nilai dalam Al-Quran

Sebelum saya berpendapat mengenai masalah di atas, saya ingin berpendapat terlebih dahulu mengenai Kemutlakan Al-Quran dan Kerelativan manusia.

Sebagai muslim yang beriman, saya rasa umat islam tentu akan setuju bahwa Al-Quran adalah petunjuk yang mutlak, tidak mungkin salah dan tidak mungkin diturunkan tanpa tujuan pemecahan masalah atau tujuan yang memiliki hikmah bagi manusia. Adanya petunjuk mengenai nilai-nilai etika, hukum, Ketuhanan, Kerasulan, Sejarah hidup ummat dan Rasul di masa lalu, semuanya mengandung beragam hikmah dan nilai yang sangat mendalam jika didekati dengan berbagai sudut pandang.

Keotentikan Al-Quran tentu sama hal nya seperti keotentikan Nabi yang diturunkan Allah melalui perantara Nabi Jibril. Namun saya tidak akan membahas mengenai bagaimana kemutlakan dan keotentikan Al-Quran dapat diambil kesimpulan dalam tulisan ini.

Yang menjadi masalah adalah bukan pada Al-Quran melainkan pada penafsiran manusia. Manusia yang memiliki kekurangan, ketidaksempurnaan ilmu pengetahuan, akal yang terbatas, tentunya menjadikan manusia satu dengan manusia lainnya sangat berpotensi memiliki framing yang berbeda-beda mengenai islam. Terjemahan mengenai islam dan pengejawantahan-nya dalam perilaku keseharian tentu juga ditemukan hal yang berbeda-beda mengenai hal ini.

Bahkan adanya perubahan kondisi, perubahan zaman, dan perubahan konteks sosial politik membuat penafsiran, pengamaliahan terhadap nilai-nilai agama bisa menjadi berbeda-beda oleh manusia. Walaupun tidak semuanya ajaran islam baik dalam Al-Quran ataupun Hadist selalu berubah dan berbeda di setiap kondisi dan konteks. Contohnya saja gerakan shalat yang tidak akan mengalami perubahan sampai kapanpun, sebagai bentuk kesatuan gerak dari ajaran islam sejak Rasulullah dulu.

Namun di sisi lain, dalam konteks pembangunan sosial kemasyarakatan tentu saja dari zaman ke zaman selalu terdapat perbedaan kondisi yang tiada henti-hentinya. Misalnya, bentuk penindasan di zaman dulu terhadap manusia adalah perbudakan dari tuan nya kepada mereka para budak. Hari ini konteks moderen, perbudakan bukanlah hanya dari tuan, melainkan manusia sendiri yang diperbudak oleh ciptaannya seperti teknologi. Oleh sebab itu, penafsiran dalam kebutuhan pengaplikasian islam tentu akan selalu memiliki potensi untuk mengalami perubahan dan perbedaan di setiap orang, waktu, dan zamannya.

Dalam pendapat saya, kemutlakan Al-Quran adalah sepanjang masa dan tidak akan pernah terganti. Al-Quran dalam kehidupan manusia seperti bangunan dasar ilmu pengetahuan. Setiap pengetahuan tentu memiliki bangunan dasarnya. Ilmu Pengetahuan pasti bukanlah tujuan bagi manusia, maka itu ilmu pengetahuan memerlukan muara kemana ia mengalir dan menuju. Al-Quran dalam hal ini memiliki posisi yang lebih penting dari sekedar perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.

Yang sangat penting dan mendasar dalam Al-Quran adalah tujuan, makna, nilai-nilai, dan hikmah yang berada di dalamnya. Nilai-nilai, tujuan, makna, dan hikmah ini tidak akan pernah berganti hingga akhir zaman sekalipun. Hal tersebut akan abadi dan tidak akan pernah tergantikan.

Dapat kita ambil contoh dalam Al-Quran terdapat kisah orang tua yang shaleh bernama Lukmanul Hakim yang selalu menasihati anaknya dengan nilai-nilai ketauhidan, keadilan, dan kebijakan lainnya. Yang abadi dan mutlak dari kisah ini bukanlah pada Subjek-nya itu sendiri, melainkan dari Niali-Nilai kebijakan yang disampaikannya itu sendiri.

Begitupun mengenai perintah Allah mengenai berperang melawan kekafiran di dalam Al-Quran. Dalam Al-Quran perintah melawan kekafiran tersebut dilakukan dengan mengangkat senjata, menggunakan pedang-pedang dan kuda-kuda. Dalam penerapan hari ini tentu mengangkat senjata dan berperang dengan kekerasan perlu pengkajian kembali. Namun yang abadi dan otentik dalam ayat ini adalah bentuk perlawanan terhdap kekafiran, kezaliman, ketidak adilan haruslah dilawan. Bentuk perlawanan dan penghadangan terhadap masalah tersebut tentu saja setiap zaman bisa berbeda-beda. Nilai melawan kezaliman dan kekafiran tentu saja sampai kapanpun diperintahkan oleh Allah SWT.

Untuk itu, dalam kaidah fiqh (ushul fiqh) islam terdapat istilah maqosid syariah. Bahwa setiap ayat dan perintah mengalami tujuan dan maksud yang ingin dicapai. Tentu saja dalam hal ini manusia tidak bisa serta merta menarik nilai-nilai dasar, nilai perintah, hikmah-nya secara sembarangan, apalagi mengaplikasikannya dalam bentuk amaliah dan perjuangan di masyarakat. Kembali lagi, bahwa manusia yang serba kekurangan dan memiliki banyak kelemahan pasti juga akan memiliki kelemahan dan kekurangan dalam menafsirkan agama (termasuk ilmu lainnya) apalagi dalam pengamaliahannya.

Memahami Bersama, Merangkai Pengetahuan dan Penafsiran

Yang sering saya amati, banyak orang-orang yang memiliki pandangan mengenai islam dengan framing tertentu. Entah itu berdasarkan landasan keilmuannya, pengalamannya, atau hanya sekedar lintasan pikiranya. Yang perlu di garis bawahi adalah islam tidak serta merta begitu saja dapat disimpulkan dari satu framing tertentu.

Adanya banyak perbedaan penafsiran dan pandangan bukan berarti dengan serta merta semua pandangan tersebut dapat dibenarkan. Tentu perlu dikaji, diteliti dan didiskusikan lebih mendalam. Apalagi sekarang sudah tidak ada lagi Nabi yang secara penafsiran dan memahami Al-Quran lebih otentik dibanding manusia biasa yang ada saat ini. Tidak ada klaim siapa, golongan mana, kelompok apa yang penafsirannya paling benar, karena seluruhnya hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan melihat, mendengar, merasa, dan memproses akalnya secara sempurna.

Ketaklidan manusia pada manusia lainnya, pemikiran tertentu, atau pada kelompok tertentu dikhawatirkan menimbulkan potensi konflik yang semakin membesar. Perbedaan memang suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindarkan. Membuat islam satu pandangan di hari ini memang sulit bukan main. Akan tetapi bukan berarti, dalam satu masalah tertentu, satu konteks tertentu hal ini tidak dapat dilakukan dan diselesaikan.

Kita ketahui bersama bahwa Ayat Al-Quran – Ajaran ajaran islam, memiliki content yang sangat luas dan beragam. Mulai dari masalah sains, tujuan hidup manusia, keberadaan Allah SWT, aturan hukum, keluarga, ekonomi, dsb. Tentu untuk memahami apa yang ada di dalamnya membutuhkan kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang cukup, tidak terkecuali pemahaman tentang berbagai ilmu pengetahuan.

Contohnya saja berawal dari pandangan terhadap manusia. Saya pernah membaca sebuah tulisan yang penulisnya beranggapan bahwa manusia adalah makhluk homo economicus. Menurut Adam Smith[3], Homo Manusia adalah Homo Economicus, yaitu makhluk yang cenderung tidak pernah merasa puas dengan apa yang diperoehnya dan selalu berusaha secara terus menerus dalam memenuhi kebutuhannya. Jika melihat islam hanya dari aspek homo economicus ini saja, bisa saja terdapat kepincangan dalam menafsirkan soal siapa manusia. Dalam teori dan pendapat yang lain juga ada pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang membutuhkan tujuan atau makna dalam kehidupannya. Dan ada beragam macam ilmu, teori, pendapat, dan lain sebagainya mengenai manusia.

Begitupun dengan bidang-bidang dan hal-hal lainnya. Pendekatan berbagai bidang pengetahuan tentu sangat dibutuhkan untuk dapat memahami Al-Quran yang luasnya tidak terkira. Keterbukaan terhadap berbagai informasi, perkembangan update, dan beragam hal teknologi lainnya juga sangat dibutuhkan untuk dapat menterjemahkan dan mengamaliahkan kemutlakkan Al-Quran di zaman yang semakin moderen ini, dimana sudah 1400 tahun lamanya dari awal Al-Quran diturunkan.

Dalam permasalahan ini yang bisa dilakukan manusia adalah mengumpulkan berbagai framing, pendapat, ilmu pengetahuan, teori-teori yang berkembang, agar penafsiran islam semakin holistik dan mendekati pada yang dimaksudkan Al-Quran itu sendiri. Yang terjadi terkadang manusia membuat framing tertentu mengenai islam lalu mengambil kesimpulan langsung dari hasil framingnya tersebut. Tidak jarang hasilnya tentu akan pincang.

Oleh karena itu, pendapat saya pribadi tidak ada orang yang benar-benar disebut sebagai Ahli Al-Quran. Yang ada adalah orang yang memahami sebagian dari keluasannya ilmu dalam Al-Quran. Mempotret dan memframing Al-Quran dari pendekatan yang dia gunakan. Entah dari aspek nilai dasar dalam Al-Quran, aspek fiqh, aspek kebahasaan, sejarah, dsb. Ia membutuhkan Ahli, Ilmuwan, dan berbagai perangkat lain untuk memahaminya. Untuk itu, penafsiran Al-Quran adalah tugas bersama umat islam. Bukan hanya tugas ulama atau tokoh agama tertentu saja.

Keluasan Al-Quran harus pula didukung oleh penafsiran dari berbagai sudut pandang, ilmu pengetahuan terkait, dan konteks yang memadai untuk menjadikannya bisa diaplikasikan dengan benar sesuai dengan nilai-nilai yang mutlak dan menjadi pemecahan masalah di masa moderen ini. Tidak bisa tentunya Al-Quran hanya dipahami dari satu sudut pandang saja, penafsiran satu orang saja yang tentunya selalu ada kelemahan.

Tentu saja menemukan kebenarannya, membutuhkan kesabaran, ketelitian, dan keterbukaan terhadap berbagai penafsiran, keahlian, dan ilmu pengetahuan satu orang dari yang lainnya. Asalkan duduk bersama, membuka akal masing-masing, maka Al-Quran bukan saja jadi petunjuk hidup, melainkan pencerahan yang terus menerangi hingga akhir zaman kelak.

Waulahuallam Bishawab.

[1] Harun Nasution, Teologi Islam

[2] Sejarah Muhammad, M. Husain Haikal

[3] https://id.wikipedia.org/wiki/Zoon_Politikon

You might also enjoy

FIRST TRAVEL : GAYA HIDUP MEWAH DAN MEGAH DIATAS KETERPURUKAN JAMAAH
SAAT SUAMI SAYA DINYATAKAN SEBAGAI PASIEN DALAM PENGAWASAN CORONA
#BeraniBaik Dompet Dhuafa Campaign Akhir Tahun 2021SEBUAH CATATAN, TENTANG BERANI BERBUAT BAIK
Previous:
Saatnya Bersama-Sama Bergerak untuk Indonesia | Review Seminar IP Fest 2016
Next:
Mengapa Saya Menulis? Inilah Alasannya

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

About Me

About Annisa

Annisa is Digital Marketing Lecturer and Practitioners who loves blogging and writing. You can contact Annisa by mail at finastricha@gmail.com

Read this blog at your mail

Enter your mail

Follow Annisa

SEARCH

Artikel Lainnya

Categories

Ideannisa Podcast

Dewaweb


Instagram post 17896984779189173
Kebahagiaan kecil di tengah carut-marutnya bulan Maret 2025. Dapet tikel Halal Bihalal Kasualnya Maliq & bangga aku tuh menang war 😂

Bukber bareng @dessentialsteam plus nonton konser intimate bareng sesama pecinta @maliqmusic. Tiga jam penuh nyanyi, senyum, dan recharge ❤️🫰🏻

✨ Gak apa apa gak keliatan jelas di foto tapi beneran ada di situ juga udah happy banget 😇

Instagram post 18051100942926075
Pertama kalinya travelling ke Jepang pas Juni 2024 lalu, rasanya pengen balik lagi😭Eksplor lagi tempat-tempat seru, bersejarah, dan unik.

Jadi, waktu saya dan suami untuk eksplor Jepang ga banyak. Tapi kita sempet untuk menjelajah ke beberapa kota & wilauah. Mulai dari Osaka, Kyoto, Otsu, Nara, dan Kobe. 

Aku gak expect bisa mampir ke Otsu. Saat perjalanan dari Osaka naik JR pun kami sempat salah jalan dan bingung ada dimana. Otsu ini, Salah satu kota yang bakal aku inget terus vibesnya sepanjang hidup😂 Kota kecil, sepi, ga banyak orang apalagi lalu lalang kendaraan. Tapi, di Otsu ini ternyata banyak hidden gems. Ada danau biwa yg merupakan danau terbesar di Jepang, sampai salah satu kuil tertua yaitu Enriyakuji. Entah darimana suami saya research tempat-tempat ini. Tapi, di kota ini saya bener-bener bisa menikmati Jepang dari sisi yang berbeda, jauh dari hingar bingar pusat kota seperti Tokyo atau Osaka.

Buat orang yang lebih suka suasana santai, sepi, bisa menikmati suasana, tempat-tempat yg saya sebut ini sangat cocok. Kami gak pergi ke tempat-tempat viral, karena menghindari keramaian, antrian dan penuh sesak dengan banyaknya turis. Jiwa introvert kami meronta-ronta kalau ada di keramaian yg penuh sesak begini😆

Well, aku coba list lagi beberapa tempat ini siapa tahu kamu mau berkunjung juga yah:

Otsu
✅ Naik cablecar Sakamoto
✅ Enriyakuji Temple

Nara
✅ Itsuen Garden
✅ Todaiji Temple (Harus ke belakang & naik ke atas buat pemandangan yg lebih keren - Nigatsudo)

Kobe
✅ Kitano Kobe (Jepang Rasa Eropa🫶)
✅ Jangan lupa keliling Kobe dengan city bus yang very cutsy

Sebenernya banyak yg saya kunjungin, tapi itu dalah satu yg mungkin ga banyak disebut orang-orang, dan cenderung gak ramai turis global, lebih banyak lokal❤️😇

Boleh share rekomendasi tempat lain yang menurut kamu menarik di Jepang yah...

#HiddenGemJepangku @jntoid #jntoid

Instagram post 18297600640231697
Terima kasih 1,5 tahunnya @univ_indonesia ✨
-----
Veritas - Probitas - Iustitia
(Kejujuran - Kebenaran - Keadilan)

Proud to be Yellow Jacket Family!

Instagram post 17921511950905802
Nyobain Trial Class @abccookingstudio_id bikin Ham Cheese & Mocha Roll bareng @utamidamimo. Dari percakapan random jadi juga baking-bakingan setelah nunda berminggu-minggu, dan akhirnya di Minggu pagi yg super effort ini kejadian 😂

Next, nyobain resep apa lagi ya?

Instagram post 18343503850187256
Japan when it rains ☔️☔️⛈️⛈️🌧️🌧️

Instagram post 18082378198442495
Kota terakhir yang kami kunjungi di Jepang, adalah Kobe. Waktu edit video ini sedih sebenarnya, karena malam ke 4 ini jadi malam terakhir di Jepang.

Selain berkunjung ke rumah teman yang sedang kuliah di sana, sebelumnya kami berkeliling Kobe dengan bis ternyata jadi pengalaman yang unik. Kota yang antik karena ada percampuran budaya Jepang dan Eropa.

Belum ke Kobe, kalau belum Jalan jalan di Kobe Port serta berkeliling di kawasan Kitano-cho melihat rumah-rumah mantan dubes Eropa di Jepang. Kobe tidak terlalu ramai, hangat, dan tentram rasanya berada di sini.

Oya, tidak lupa juga mampir ke Masjid Kobe yang katanya masjid pertama di Jepang 😊 

Malam terakhir ini, setelah dari Kobe kami kembali ke Osaka dan disambut dengan hujan yang cukup deras sampai pagi. 

Kalau ada rezeki lagi, ingin kembali Jepang dan mampir ke Kobe 🙂

#kobe #kobejepang #japan #kobeport #kobeporttower 
#kitanocho #kitanochokobe

Instagram post 17886763110063758
Day 3 in Japan - Nara

Sampai di Nara, kami disambut dengan adanya Matsuri, semacam festival yang diadakan di sekitaran Stasiun Nara.

Festival ini juga semacam upacara persembahan untuk dewa dengan membawa bunga Lili langka yang katanya hampir punah.

Berlanjut ke Nara Park untuk bermain dengan rusa-rusa yang sangat "sopan", karena selalu menunduk saat kita menunduk 😀

Sekitar 2Km dari Nara Park, ada taman bagus yang dekat juga dengan Todayji Temple.

What a beautiful city, Nara!

Instagram post 17982117953700696
Kyoto, Japan🍃🇯🇵
----
Just seeing this in Japan makes me happy. It truly is the literal meaning of a peaceful and serene city.

#Jepang #Japan #Kyoto #sightseeing #sightseeingjapan #kyotojapan🇯🇵


Design by SkyandStars.co