• Home
  • About Me
  • Categories
    • Travelling
    • Beauty
    • Finance
    • Personal Thought
  • Welcome!
    • About Me
    • Annisa’s Tumblr
    • Personal Thought
    • Pernikahan
    • Beauty

Ideannisa

Personal Blog by Finastri Annisa

FIlm

5 Hal Menarik Tentang Film Kartini 2017 Versi Hanung Bramantyo

April 17, 2017 Comments : 13

Assalammualaikum.

Alhamdulillah, ini kali pertamanya saya mendapat undangan nonton gratis sebuah film yang belum ditampilkan di bioskop untuk umum. Thank you very much for Bank Mandiri dan Kumpulan Emak Blogger KEB yang sudah memberi kesempatannya untuk saya.

Sebelum memasuk tahun 2017, saya sudah sering mendengar dan melihat beberapa trailer tentang film Kartini di Instagram Mas Hanung Bramantyo, Mbak Zaskia Adya Mecca, dan artis-artis lainnya. Penasaran pastinya karena ingin tahu kisah Kartini versi interpretasi Mas Hanung ini seperti apa. Yang jelas, film-film beliau selalu khas gayanya dan selalu bikin penasaran.

Alhamdulillah kesampaianlah akhirnya untuk bisa menonton prescreening film Kartini sebelum 19 April 2017 nanti.

Ada beberapa hal yang saya soroti mengenai Film Kartini ini. Yang jelas ada hal-hal baru yang menjadi pengetahuan saya sekaligus hal-hal lainnya yang saya dapatkan ketika menonton. Film Kartini versi Mas Hanung ini diangkat dari Novel Pramoedya Ananta Toer yang berjudul “Panggil Aku Kartini Saja”.

Untuk itu jalan cerita dan kisahnya banyak disadur dari novel Pram. Tapi yang membuat menarik, film Kartini ini sangat berbeda dari film Kartini di tahun 2016 (Surat Cinta Kartini) yang tidak seberapa mengangkat nilai dan historis mendalam dari Kartini. Anemonya di masyarakat pun juga tidak seberapa besar.

Apik Menampilkan Sosio Kultur Jawa di Masa Kartini

Di film kartini, saya bisa menikmati dan merasakan bagaimana sosio kultur dan histori budaya jawa yang sangat kental saat itu. Seakan-akan saya benar-benar berada di masa itu dan melihat langung kondisi budaya, aturan, dan nilai-nilai yang ada. Hal ini karena latar dalam Film benar-benar bisa menghadirkannya secara nyata lewat bangunan yang digunakan, artefak yang ada seperti: ukiran jepara, rumah pendopo, delman, pakaian, bahkan musik jawa yang kental digunakan dari awal hingga akhir film.

Hampir tidak ada musik moderen yang digunakan di film Kartini kecuali saat penutup film (tampilan credit film) yaitu lagu “Memang Kenapa Kalau Aku Perempuan” yang dinyanyikan oleh Melly Guslow dan Gita Gutawa.

Awalnya saya agak kecewa, mengapa lagu Teh Melly dan Gita Gutawa tidak diputar di tengah film saat adegan dramatis supaya lebih bisa menghayati dinamikanya. Tapi setelah dipikir-pikir, memang pas diputar di akhir agar tidak mengganggu latar musik jawa yang konsisten di putar dari awal hingga akhir.

Bagi saya pribadi, latar atau background film adalah hal yang penting. Terkadang kita sulit untuk memahami dan menghayati dinamika film, jika latar dan sosio historis dari cerita tidak bisa ditangkap. Alhamdulillahnya, Mas Hanung begitu apik menampilkan latar dan kultur yang begitu melekat di Jawa pada masa itu.

Bahkan, saya pun juga bisa merasakan bagaimana kultur politik, kekuasaan, adanya orang-orang Belanda yang turut campur dalam pemerintahan atau kehidupan jawa, dan terutama nilai-nilai patriarkis yang begitu kuat. Misalnya, bagaimana posisi bupati dianggap sangat penting, strata keturunan bangsawan yang sangat tinggi, terlihatnya jurang pemisah antara kaum bangsawan dan kaum biasa, serta nilai jawa lainnya seperti khawatirnya para pengukir ketika Kartini meminta mereka untuk membuatkan ukiran berbentuk wayang.

Dari awal film, latar ini sudah bisa saya rasakan.  Nah, jika ini sudah ditangkap, selanjutnya pasti tambah fokus, tambah bisa menghayati dinamika film.

Kuatnya Pertentangan Terhadap Patriarkis

Selain kuatnya kultur Jawa yang ditampilkan, inti dari film ini adalah menampilkan pertentangan nilai-nilai patriarkis dengan kesetaraan hak dengan perempuan. Hal ini tentunya yang menjadi titik tolak perjuangan dan tujuan yang ingin dicapai oleh Kartini.

Tetapi, saya pun tidak ingin mengatakan bahwa Kartini adalah seorang Feminist murni karena yang diperjuangkan Kartini bukanlah Perempuan diatas segalanya, menguasai segalanya atau menjadi tujuan tertinggi sehingga merendahkan kaum lelaki.

Yang diperjuangkan oleh Kartini dalam film adalah bagaimana ia memperjuangkan hak yang sama atau setara perempuan dan laki-laki tanpa harus meninggalkan kewanitaannya. Di dalam film masih ada kekhasan wanita dan fitrah-kebiasaan wanita lainnya. Misalnya saja ia tetap menyukai memasak, menikah, tapi dengan pilihan dan orang yang dicintainya, bukan karena paksaan kehendak orang lain.

Yang paling menarik adalah, ada adegan dimana kartini memberikan 4 syarat saat akan dinikahi oleh pria seorang Bupati. Permintaan dan syarat tersebut jelas-jelas menentang kultur dan budaya saat itu. Seperti menghilangkan tradisi mengusap kaki suami saat menikah dan memohon untuk mendukung cita-cita kartini mendirikan sekolah perempuan serta anak-anak miskin.

Menurut saya ini lah khas dari film Mas Hanung. Selalu ada konflik nilai atau budaya yang ingin dipertentangkan untuk memunculkan satu pemikiran atau pandangan yang lain. Diskursus benar-benar terasa.

Film Kartini benar-benar fokus menampilkan dinamika masalah ini sehingga penonton pun dibuat geram dengan tokoh-tokoh yang sangat patriarkis dan merendahkan wanita. Ditambah lagi kultur dimana wanita harus mau dinikahi oleh suami beristri 3, dipingit dari mulai haid pertama hingga ada yang melamarnya, dan lain-lain. Dari sini, tentu berhasil membuat penonton merasakan betul bagaimana perjuangan Kartini dalam meruntuhkan pandangan dan budaya tersebut.

Konflik dalam film Kartini fokus pada bagaimana perjuangan kartini memperjuangkan hak kaum-nya agar setara dengan Laki-laki khususnya dalam memperoleh pendidikan dan berbuat sesuatu untuk masyarakat. Bahkan disana terlihat bagaimana kekhawatiran para kaum lelaki jika wanita mendapatkan hak berpolitik dan turut menguasai daerah. Maka itu, seperti aib dan sesuatu yang memalukan ketika Kartini berbicara di khalayak publik, ingin bersekolah tinggi, dan tulisan-tulisannya diterbitkan.

Tentu saja saya sangat suka, akhirnya tidak ada konflik-konflik yang tidak penting seperti percintaan, pernikahan atau hal-hal lainnya, yang di luar frame konflik antara Patriarkis dan Kesamaan Hak Perempuan.

Misalnya saja bagaimana Kartini berontak saat terpisah dari Ibunya sejak kecil, saat ia menentang ibu tirinya untuk sekolah , saat ia memilih jodohnya, saat ia geram melihat adiknya dipaksa menikah dengan laki-laki sudah beristri, saat ia berinteraksi dengan para noni Belanda, dan saat ia mampu mengembangkan usaha ukiran Jepara dan mampu menghidupkan perekonomiannya. Semuanya dalam frame kesamaan hak perempuan untuk berjuang dan mendapatkan pendidikan yang layak.

Good Job, Mas Hanung!

Sejujurnya saat menonton film ini, rasanya seperti flashback melihat film Wanita Berkalung Sorban yang framenya hampir sama walaupun dalam sosio kultur yang berbeda.

Ada Sentuhan Kecil Tentang Islam di Kartini

Walaupun tidak banyak, sepertinya Mas Hanung memiliki interpretasi bahwa Kartini mendapatkan inspirasi salah satunya dari ayat Al-Quran. Hal ini sebagaimana dalam adegan saat Kartini bertemu dengan seorang Khiyai dan merasa sangat bahagia juga penasaran terhadap apa yang disampaikan oleh Islam dalam Al-Quran. Termasuk soal Ilmu dan hak mendapatkannya.

Walau hanya sekilas, menurut saya ini juga menjadi penting. Bahwa Kartini adalah sosok yang bukan hanya gadis yang dipengaruhi nilai jawa namun ada sentuhan islam disana.

Menampilkan Alur yang Mendetil

Alur yang dibawakan dalam film ini adalah alur campuran. Menurut saya Film Kartini berhasil membawakan penonton bisa menghayati secara mendetail kisah di dalamnya. Sesekali, kita diajak berimajinasi seakan-akan apa yang ada di pikiran, bacaan, dan tulisan kartini benar-benar terjadi. Film ini membawa kita ke detail apa yang menjadi inspirasi dan pikiran Kartini.

Lagi-lagi saya harus bilang, Film Kartini berhasil membawa saya bukan hanya pada masa Kartini, melainkan masuk lebih dalam ke alam pikiran serta kegelisahan Kartini.

Misalnya saja adegan saat Kartini membaca surat korespondensi dari Stella temannya di Belanda yang seorang Feminist, saat membaca buku-buku tentang wanita-wanita berpengaruh di Belanda, benar-benar seperti adegan yang nyata.

Acting Para Pemain yang Alamiah dan Penuh Penjiwaan

Yang paling saya apresiasi lagi adalah tentang para pemain dalam film yang benar-benar penuh penjiwaan dan alamiah terlebih kepada beberapa pemain senior seperti Christine Hakim (Berperan sebagai Ngasirah, Ibu Kandung Kartini), Deddy Sutomo (Raden Mas Aryo Sosroningrat, Ayah Kartini), dan Djenar Maesa Ayu (ibu tiri Kartini).

Christine Hakim berhasil menjadi seorang Ibu yang harus menjadi pembatu di keluarga atau kekuasaan suaminya sendiri. Perannya sangat alamiah dan benar-benar terlihat ketulusannya sebagai ibu yang ikhlas mendapatkan nasib seperti itu demi anak-anaknya. Selain itu, peran Djenar Measa Ayu juga sangat bagus sekali. Ia berhasil menjadi seorang ibu yang dingin, ketus, dan merasa tertekan akibat sosio kultur dan keterpaksaannya menjadi seorang istri kedua dari Raden Mas Aryo Sosroningrat.

Dian Sastro sebagai pemeran utama menurut saya ada beberapa hal yang menjadi catatan tersendiri. Dalam aktingnya sebagai Kartini Dian menurut saya masih terkesan ada gaya-gaya moderen masa kekinian. Seperti saat ia mengajarkan adik-adiknya melawan kultur dengan tertawa terbahak, gaya yang sedikit agak maskulin, dan cara berbicara yang kadang lepas dari kultur jawa. Padahal frame film masih kental dengan kultur jawa itu sendiri. Dan menurut saya pribadi, acting Dian Sastro masih kurang alamiah dan mengalir. Masih terkesan dibuat-buat dan belum masuk sebagai putri jawa.

Saya malah berpikir Acha Septriasa justru lebih cocok dan lebih mampu menghayati perannya walaupun bukan sebagai pemeran utama sebagaimana Kartini.

But, so far saya suka dengan semua pemainnya. Apalagi semua pemain adalah pemain-pemain hebat negeri ini. Tentu saja film Kartini menjadi lebih apik dan hebat didukung oleh semua aktor ini. Dan untuk Mas Hanung, ini film yang paling saya sukai diantara film-film lainnya yang pernah dibuat.

Terimakasih sudah membawa saya ke masa sejarah 200 tahun yang silam. Nampaknya film-film seperti ini harus sering-sering diangkat ke layar lebar. Walaupun Film Kartini menurut Mas Hanung adalah merupakan interpretasinya, menurut saya itu ungkapan yang objektif. Sejauh itu diutarakan, tentu sebagai penonton kita juga boleh memiliki interpretasi dan mencari sejarah pembanding untuk memperkuat khazanah kebangsaan kita.

Terimakasih, Sukses Selalau Film-Film Indonesia!

 

Setelah nonton Film ini, jadi tertarik dengan sejarah perempuan di Indonesia. Ada temen yang lihat buku ini, mungkin ini salah satu sumber dan inspirasi dari Film ini juga. Jadi saya tertarik untuk baca deh. Hehehe.

You might also enjoy

My Generation, Potret Realitas Remaja Generasi Millenial
Perfect Love Vidio Original Series, Karena Cinta Tak Selalu dengan Logika
Ayat-Ayat Cinta 2 dari Pesan Perdamaian Hingga Sosok Manusia yang Sempurna
Previous:
Menikmati Sajian di Cafe Instagramable Jakarta Selatan : Happiness Kitchen and Coffee
Next:
Menikmati Nila Bakar Kremes di Ayam Kremes Uenak Pisan Jakarta Selatan

Comments

  1. Vita Pusvitasari says

    April 18, 2017 at 4:52 am

    Wah bagus nih filmnya gak sabar nonton nih ?

    Reply
    • Finastri Annisa says

      April 18, 2017 at 7:48 am

      Selamat nonton mbak 🙂

      Reply
  2. Oline says

    April 18, 2017 at 4:57 am

    Wahh kmrn pas nobar kita gak ketemu ya.

    Reply
    • Finastri Annisa says

      April 18, 2017 at 7:49 am

      Hehehe, sepertinya aku liat dirimu mbak. Tapi samar-samar hehehe. Biasa ama cewek-cewek jadi nggak ngeh sekitaran deh hehe

      Reply
  3. nur rochma says

    April 18, 2017 at 6:31 am

    Akupun penasaran pengen nonton filmnya. Review yang menarik dan detail. Suka.

    Reply
    • Finastri Annisa says

      April 18, 2017 at 7:50 am

      Terimakasih. Selamat nonton dan antri tiket mbak hehehe.

      Reply
  4. nur rochma says

    April 18, 2017 at 6:33 am

    Review yang menarik dan detail. Suka. Ingin nonton filmnya.

    Reply
  5. Finastri Annisa says

    April 18, 2017 at 7:49 am

    Selamat nonton dan antri tiker mbak….bagus kok filmnya. 🙂

    Reply
  6. sinta says

    April 18, 2017 at 7:59 am

    ah sepertinya menarik filmnya..

    review yang bagus mba 🙂

    Reply
  7. Uwien Budi says

    April 18, 2017 at 8:57 am

    Review ini berhasil membuat saya pengen nonton film Kartini versi Hanung.
    Makasih mbak.

    Reply
  8. Hastira says

    April 18, 2017 at 7:38 pm

    makasih infonya, belum nonton sih

    Reply
  9. Akarui Cha says

    April 21, 2017 at 11:50 am

    Aihhh … saya belum punya kesempatan untuk menonton film ini. Setelah membaca rreview mba ini, saya pun makin penasaran.

    Reply
  10. syamsul says

    April 22, 2017 at 1:14 pm

    Membaca interpretasi diatas, ada yang menggelitik dalam menilai peran Dian Sastro sebagai Kartini. Sah sah saja memberikan penilaian tersebut.
    Saya mencermatinya hampir semua tokoh, dalam bertutur dgn logat jawa hampir tdk ada yg aksennya persis, medoknya beda saja dgn yg asli jawa dan biasa bertutur dgn bahasa jawa.
    Dian sastro, saya nilai sukses membawakan tokoh kartini secara keseluruhan,dan luar biasa penjiwaannya, dan tentu bukan hal mudah menjadi sosok kartini.
    Ini film apik utk ditonton, dan bisa menjadi tuntunan.
    Mas hanung kami tunggu kelanjutannya, kartini dan kehidupannya di rembang.
    Mantabzzz!!!

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

About Me

About Annisa

Annisa is Digital Marketing Lecturer and Practitioners who loves blogging and writing. You can contact Annisa by mail at finastricha@gmail.com

Read this blog at your mail

Enter your mail

Follow Annisa

SEARCH

Artikel Lainnya

Categories

Ideannisa Podcast

Community

Blogger Perempuan


Instagram post 17936993632993078
Family portrait in Idul Fitri 2022
By @jonasphotoid, Bandung's favorite photo studio

Instagram post 17924827904168942
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1443H
Taqabalaullahu minna wa minkum.
Mohon maaf lahir dan batin. Semoga ibadah kita di bulan Ramadan diterima oleh Allah SWT

Alhamdulillah bisa bertemu lebaran kembali. Semoga kita juga bisa mengambil esensi dari Idul Fitri 😀🙏

Instagram post 17910020327255202
Pernah nyobain treatment di salah satu klinik kecantikan dan salin gitu, buat bersihin white comedo di wajah. Hasilnya ya lumayan sih, komedo kecabut, tapi wajah jadi merah-merah, dan pas dicabut gitu sakitnya minta ampun.

Gak lagi-lagi akhirnyaaa dan memilih pake semacam comedo strap buat bersihin. Tapi gak bersih total juga. Masih aja ada yg membandel. Skincare yg dipake selama ini juga kayaknya belum bener-bener optimal buat bersihin komedo.

Sampai akhirnya ketemu nih sama program Comedoless & Poreless dari @erha_ultimateacnecure. Penasaran dan bener-bener pengen banget bersihin komedo, akhirnya aku nyobain langsung treatment yang Comedo Peeling.

Treatment ini aku rasanya cocok banget. Soalnya metodenya adalah pengelupasan kulit wajah untuk yang berminyak dan suka beruntusan. Ya udah lah yaaa, itu kulit gw bangeeet! 😂😂

Treatment kurang lebih 30 menit + 20 menit konsultasi jadi treatment paling membagiakan karena jadi tahu kondisi kulit plus dokter ngasih rekomendasi produk yang tepat.

Thanks to dr Evelyne yang udah mentreatment dan kasih konsultasi. Kalau kata dr Evelyne, kulit wajah saya masih aman. Flek hitam belum ada, jerawat juga ga parah, cuma tinggal beruntusan aja yang suka muncul.

Gak pake sakit, gak pake perih, udah lah ya treatment bersihin komedo dan wajah di Erha aja.

Btw review lengkap ada di blog yaaa. Click aja di bioo. Siapa tahu mau nyobain biar kulit makin glowing 😍

#UACSquad

Instagram post 17916938369065428
Welcome to 2022!

Semoga kita bisa seperti Yamaha
"Selalu di Depan. Dan Seperti Polytron, yang "Memang Canggih. 💪🏻😌

Kalau kata Nike, Just Do It, aja lah. Dan kata Tokopedia, Mulai Aja Dulu.

Bismillah😄🙏

Instagram post 17938347916740275
Kali ini nyobain produk skincare Scarlett Whitening untuk Acne Series. Sebenernya kulit wajah saya gak teralu berjerawat, tapi beruntusan dan suka muncul jerawat pas mau PMS. Kadang gede-gede juga tuh jerawat yang muncul 🥲🥲.

Buat teksturnya lumayan cepet menyerap di wajah dan ada wangi yang bikin relax. Sejauh ini, paling nyaman dan rajin pake night cream nya. Siang suka lupa bund 😅 

Sebelumnya nyobain facial wash dan serumnya. Ternyata cocok, lanjut sampai sekarang. Nah, yang acne night cream dan day creamnya juga cocok. Gak ada masalah dan jerawat lumayan berkurang menjelang PMS.

Secinta itu aku tuh sama @scarlett_whitening. Beneran suka sama produknya, jauh sebelum Song Jong Ki jadi Brand Ambassador😜.

Jujur aja dulu suka banget beli beli ambil ambil body treatment atau skincare di supermarket. Tapi gak cocok buang atau kadang males pake.

Sama scarlett, mulai dari body treatment, hair treatment, sampai skincare gatau deh udah habis berapa botol😂.

So far, the best product yang paling aku suka adalah: Facial Wash, Shampoo yang ada Sea Saltnya itu wanginya enak banget, Body Lotion yang  Freshy & Jolie, dan Body Wash yang Cucumber.

Ada yang sama kayak aku, suka sama Scarlett Whitening juga?

Instagram post 17894266649418005
Lagi decluttering memory handhphone, ternyata banyak foto-foto bertiga @gandinious @cintamaulida yang isinya pipi semua😆😆😆

Setidaknya cukup menggambarkan kalau mereka ini ada di perjalanan hidup saya 🥰🥰. Bedanya yang foto pertama udah ada member baru dengan pose tidur tapi pusing kepala. Wkwkw.

Daripada disimpen dan terlupakan gitu aja, jadi mari kita upload aja.

Ditambah ini IG juga jarang diisi dan diupload foto. Jadi next mau upload memory masa-masa bahagia. Biar ga numpuk di laptop atau memory handphone aja.

Foto slide terakhir, ceritanya waktu mau ke Cianjur ketemu @fitrianurainis sebelum dia ke Jerman. Ngejar kereta ke Bogor sampai lari-lari gegara kesiangan.

Kita bertiga minta nasihat pernikahan sama suhunya langsung dan emang belum pada nikah 😂. Terus foto bareng pake hijab brand sendiri. Hahaha. Ada yg masih inget namanya?

#sliceoflife #memoryofmine

Instagram post 17899099451233861
Tentang childfree yang kemarin-kemarin ramai dibicarakan dan membuat saya berusaha untuk memahaminya dari sudut pandang sendiri.

Semoga kita saling menghargai 😀🙏

Instagram post 17970956890425747
Abis nonton Blood Red Sky di Netflix, jadi terpikir aja kalau di tengah krisis atau konflik suka muncul karakter atau tipe-tipe orang kayak gini.

Yang mana ya kalau kita? 😬

Anyway, film ini seru dan menguras emosi. Bisa dibilang film thriller tapi juga ada sisi humanisnya. Buat yang ga suka darah, harap berhati-hati ya karena adegan berdarah-darahnya lumayan banyak.

Tapi kalau kamu suka Train to Busan, Into The Night, The Rain Series, mungkin bakalan suka juga sama film ini. Karakter seperti ini juga psti ada di film-film lainnya kok.

Penasaran buat nonton? Check dulu tipe-tipe karakter orang dari Blood Red Sky ini👍


Design by SkyandStars.co