Menikah dan berkeluarga, hampir setiap orang punya keinginan menuju ke arah sana. Tapi yang pasti tidak mudah membangun pondasi pernikahan dan keluarga, apalagi jika sudah memiliki anak. Perencanaan yang matang dan tentunya kemampuan orang tua untuk terus belajar memahami perkembangan zaman, penting sekali untuk dilakukan. Termasuk bagi saya, yang (saat tulisan ini dibuat), masih 3 bulan berjalan pernikahan.
Sejak awal sebelum menikah, saya pun sadar bahwa banyak sekali kasus-kasus rumah tangga dan keluarga yang gagal di tengah jalan. Bukan hanya suami istri yang hubungannya kandas, tetapi bisa berefek terhadap masa depan anak-anak. Sebabnya banyak sekali. Ada yang karena finansial, ketidaksamaan visi misi keluarga, masalah karir, atau komunikasi yang sudah tidak lancar. Efek paling besar adalah anak-anak yang broken, atau melampiaskan pada hal yang negatif. Akupun sempat takut, bagaimana kalau ini terjadi pada keluarga yang akan saya bangun?
Saat ada informasi bahwa BKKBN mengundang teman-teman blogger untuk mengikuti acara diskusi tentang #RevolusiKeluargaIndustri4 , #KeluargaIndustri4, dan Platform Family 4.0 di Gedung BKKBN Jakarta Timur, saya pun langsung tertarik dan ingin tahu sebagai bekal ilmu berkeluarga. Menambah banyak informasi tentang keluarga, sedang sangat saya butuhkan sekali. Bagaimanapun, membangun keluarga itu adalah membangun bagian terkecil dan pondasi dari masyarakat. Kontribusi kita terhadap masyarakat pastinya dibangun dari keluarga yang kuat.
Dampak Industri 4.0 Terhadap Keluarga
Kalau sedang pidato, pak Jokowi sering banget sebut-sebut istilah era Industri 4.0. Era ini, dimana masyarakat kita sudah memasuki dunia industri dengan memanfaatkan berbagai teknologi digital dan beragam kecanggihannya. Di masa ini, semua dimudahkan dengan kehadiran teknologi dan platform digital untuk semua kebutuhan. Siapa sih diantara kita, terutama masyarakat di kota besar, yang tidak memanfaatkan aplikasi ojek online, aplikasi payment gateway di smartphone-nya, dsb? Tetapi, seperti dua mata pisau : bisa bermanfaat untuk sesuatu yang baik atau justru merusak dan berefek negatif.
Hal ini yang juga disampaikan oleh Bapak M. Yani, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, BKKBN dalam acara diskusi bersama blogger November 2018. Beliau menyampaikan bahwa memasuki Era Industri 4.0 ini ternyata, Revolusi Industri 4.0 menjadi harapan sekaligus tantangan bagi keluarga di Indonesia. Keluarga kini dituntut untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang dan mempengaruhi kehidupan setiap anggota keluarga secara struktural maupun kultural.
Hal ini, khususnya terjadi bagi para generasi Z atau generasi Millenial, yang hidupnya banyak tergantung pada gadget, informasi dari internet, dan berbagai kemudahan teknologi lainnya. (Yes, generasi saya!). Namun, tentunya ada dampak-dampak Industru 4.0 ini yang juga sekaligus menjadi tantangan bagi keluarga yang sedang kita bangun. Misalnya saja pada beberapa aspek seperti:
- Interaksi Langsung Antar Keluarga
Sedang makan, main gadget. Sedang tiduran juga main gadget. Perhatian orang tua, keluarga anak, tidak lepas dari group chat di whatsapp ataupun di sosial media. Ibaratnya, menjauhkan yang dekat, tapi yang dekat satu rumah pun menjadi jauh. Pernah mengalami ini atau pernah melihat hal ini?
Keluarga harus tahu bahwa dengan hadirnya gadget dan kesalahan penggunaan gadget ini, dapat berakibat minimnya interaksi langsung dengan keluarga. Hal ini berbeda dengan masa-masa dulu, dimana gadget belum ada, maka interaksi dan komunikasi langsung dengan keluarga se rumah menjadi sangat intens dan dekat.
- Perhatian Orang Tua Terhadap Anak
Persaingan karir yang tinggi, intensitas komunikasi di sosial media menjadi sangat masif, membuat orang tua lama-lama terkurangi perhatiannya terhadap anak. Bagaimanapun, kehadiran sosial media yang tentu bisa buat ketagihan dan ketergantungan ini. Jika tidak diatasi akan berakibat buruk pada tumbuh kembang anak karena orang tua yang tidak memperhatikan anak.
- Knowledge Gap
Sekarang, semua orang dapat mengetahui berbagai informasi dan hal apapun yang ingin diketahui dengan sangat mudah. Dengan searching di web engine, semuanya akan muncul dan dengan mudah kita melihat dan mempelajari. Jika orang tua tidak terbiasa menggunakan gadget, atau bagi orang tua yang sudah lahir sebelum era digital ini muncul, tentu ini bisa jadi knowledge gap. Biasanya anak menjadi malas berdiskusi dengan orang tua, karena orang tua sudah tidak update dan tidak tahu dengan perkembangan zaman. Dunia dan kultur yang diterima anak sangat berbeda dengan yang orang tuanya tahu.
- Gadget dan Arus Informasi yang Didapatkan Anak
Lahirnya gadget, digital platform, dan berbagai aplikasi yang muncul, memang sangat baik bagi pemenuhan kebutuhan keluarga. Akan tetapi, jika anak tidak didampingi maka arus informasi yang didapatkan bukan membuat anak menjadi tumbuh dengan baik. Misalnya saja, jadi kecanduan game online dan ia menjadi anak yang kurang bergaul, minim sosialisasi, atau menjadi A-Sosial. Atau bahkan, anak-anak menjadi sangat banyak tahu hal-hal yang belum siap ia terima, sedangkan orang tua tidak mampu memberikan pembanding atau benteng yang kuat.
- Transfer Informasi Budaya dan Kultur Global
Hidup di zaman ini, bukan hanya budaya Indonesia yang akan anak-anak dapatkan. Pertukaran budaya dengan negara lain pun juga kita lakukan. Alhasil, ada budaya-budaya yang masuk dari luar juga mempengaruhi perkembangan anak dan keluarga. Padahal, belum di filter sesuai dengan nilai-nilai yang hendak keluarga bangun.
Segala macam tantangan ini tentunya menjadi tugas kita bersama, para orang tua, dan menjadi pengetahuan setiap mereka yang hendak membangun keluarga. Hal ini juga yang disampaikan oleh Dr Pribudiarta Nur Sitepu, MM, Sekretaris Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan RI, dalam diskusi kali ini. Ia menyampaikan bahwa pemerintah memiliki tugas untuk menguatkan keluarga-keluarga di Indonesia. Namun, tentu pemerintah saja tidak cukup untuk bisa mengembangkan program-program keluarga yang kuat. Butuh bantuan dari berbagai pihak, kolaborasi berbagai komunitas, dan pengembangan informasi untuk bisa menjawab berbagai tantangan industri 4.0 ini.
Menjawab Revolusi Industri 4.0, BKKBN Hadirkan Platform Family 4.0
Adanya tantangan Industri 4.0 tentu bukan berarti sama dengan kita menghilangkan segalam macam efek positifnya juga. Dalam menjawab beragam tantangan Industri 4.0, BKKBN pun mengupayakan beragam program dan proyek untuk keluarga yang siap menghadapinya dengan Platform Family 4.0.
Disampaikan oleh Bapak M. Yani, bahwa BKKBN akan mengembangkan kebijakan pembangunan keluarga yang disesuaikan dengan semangat revolusi industri 4.0, dengan harapan BKKBN akan selalu relevan dengan perkembangan zaman yang ada. Penerapan Family 4.0 pada setiap jajaran BKKBN akan membuat setiap program dan kebijakan menjadi lebih adaptif, sinergis, terintegrasi dan holistik.
Proyek ini, tentunya akan melibatkan sejumlah aspek seperti :
- Tradisi : merubah mindset keluarga, norma, dan tantangan keluarga
- Regulasi : Kebijakan yang adaptif terhadap revolusi industri 4.0, money followprogram, dan aparatur digital
- Birokarasi : Disruptive Birokrasi
- Advokasi : Adaptasi Marketing 4.0 dalam KJE, Family Centric Marketing
Dengan penerapan strategi yang menunjuang kepada Family 4.0 ini, ada beberapa hal yang juga dilakukan oleh BKKBN untuk menjawab tantangan zaman. Diantaranya adalah seperti:
- Memfokuskan pengelolaan dana di BKKBN untuk Family 4.0
- Evaluasi kebjakan, program, dan kegiatan yang sudah dijalankan agar seiring dengan Family 4.0
- Menerbitkan aturan dengan landasan dan operasionalnya sesuai Semangat Industri 4.0
- Memperbaiki strategi komunikasi agar kebijakan ini dipahami dan dengan sangat mudah diakses oleh setiap anggota keluarga di Indonesia
Harapannya, di tahun 2019 nanti BKKBN sudah dapat mengaplikasikan Platform Family 4.0 ini dengan baik di Indonesia. Misalnya saja dengan beberapa program seperti : Diseminasi Family 4.0 melalui kegiatan Indonesian Family Summit, Sosialisasi dan Branding Platform 4.0 melalui Multimedia, dan diselenggarakannya pelatihan platform Family 4.0 kepada seluruh jajaran staff dan kader BKKBN.
Sebagai calon orang tua dan orang yang baru saja membangun keluarga, bagi saya hal ini jadi kebutuhan yang segera harus dijawab. Pemerintah memang sangat memegang peranan penting agar keluarga Indonesia semakin kuat dan mampu menghadapi berbagai tantangan zaman. Di era disruptif sekarang ini, mungkin era revolusi industri 4.0 akan segera berlalu. Kalau tidak segera dijawab, pasti kita akan ketinggalan.
Kembali Ke Meja Makan untuk Untuk Menguatkan dan Selamatkan Keluarga
Selain dari pihak pemerintah, diskusi ini juga semakin hangat dan seru dengan kehadiran Ibu Roslina Verauli, M. Psi, Seorang Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga. Dengan berbagai tantangan yang dihadapi di era 4.0 ini, beliau menyampaikan bahwa kuncinya untuk membuat keluarga kuat adalah satu. Yaitu KOMUNIKASI.
Ibu Vera menyampaikan, bahwa memang setiap keluarga memiliki kondisi yang berbeda-beda. Ia mencontohkan seperti model keluarga dalam film-film, hahaha. Misalnya saja, keluarga Cemara, Keluarga Si Doel, Keluarga yang broken, dsb. Tapi, apapun kondisinya, tantangan apapun yang menghadapi keluarga, cobaan apapun yang datang menghampiri akan mampu dilewati jika keluarga tersebut mampu berkomunikasi dengan baik.
Perceraiaan suami istri, timbul anak yang pemberontak, anak yang broken, bisa terjadi karena tidak ada saling pengertian dan memahami perkembangan satu sama lain. Andai orang tua dan anak saling memahami, saling bercerita, dan saling berbagi update kondisi dirinya, maka satu sama lain akan saling tahu dan membuat hubungan keluarga semakin erat.
Bagaimana mungkin keluarga itu erat dan kuat, jika orang tua lebih banyak di kantor dibanding di rumah? Atau lebih banyak dengan sosial media dan anak tidak pernah berinteraksi langsung? Dan di era industri ini, mungkin saja anak sangat suka update status, foto di sosial media, sedangkan orang tua tidak memiliki dan mengikuti sosial media, padahal perkembangan anak-anak banyak terlihat di situ?
Untuk itu, Ibu Vera memberikan satu solusi yang menurutnya harus menjadi gerakan seluruh orang tua dan keluarga Indonesia, yaitu KEMBALI KE MEJA MAKAN. Di meja makan, kita tidak hanya makan, tapi berbincang, bercerita, berdiskusi, dan saling berbagai keluh kesah. Di meja makan pula hilang semua sekat, hilang semua batas, dan hilangkan juga gadget di meja makan.
Saat di meja makan, semuanya hanya fokus pada masing-masing anggota keluarga. Di meja makan, orang tua dapat tahu kisah anaknya di sekolah. Anak juga tahu apa yang orang tuanya kerjakan di kantor dengan segala dinamikanya. Jika tidak bisa setiap hari melakukan ini, luangkan waktu setidaknya komunikasi di meja makan dapat dilakukan.
Selain itu, orang tua juga jangan berhenti belajar dan mengikuti perkembangan zaman. Jika tidak, maka pola didik dan update informasi yang kita dapatkan membuat anak menjadi tidak nyaman dan tidak dekat dengan orang tua itu sendiri.
Inspirasi ini mengingatkan kembali saat saya masih sekolah sampai dengan SMA. Sebelum kuliah jauh di luar kota, kegiatan ini biasa saya lakukan dengan keluarga di rumah. Tetapi saat dewasa, rasanya sangat jauh dari keluarga karena kebiasaan ini sudah jarang dilakukan dan gap informasi dengan orang tua sudah semakin jauh. Baiklah, kita mulai lagi dengan kembali ke meja makan dan pastinya akan coba saya terapkan dengan suami serta kelak jika sudah memiliki anak.
Membangun keluarga di era industri 4.0 ini memang tidak mudah. Tetapi, jika dilakukan dengan beberapa inspirasi yang saya dapatkan di diskusi ini, rasanya tentu keluarga jadi sangat menyenangkan. Bagaimanpun, yuk sama-sama bangun keluarga kita! Mudah-mudahan, keluarga kuat bisa kita bangun dan tentunya memiliki efek terhadap pembangunan masyarakat.
Dian Safitri says
Ayo Mbak kita berjuang membangun kelurga harmonis di era industri 4.0.
Acaranya menarik banget ya. Alhamdulillah aku dapat banyak ilmu baru.
gita siwi says
Pndasi terkuat adalah keluarga memang nggak bisa dianggap remeh. Pun banyak juga yang abai yang penting kuantitas tapi kualitas nggak dipikirkan
Nur Dalilah Putri says
Aku termasuk baru belajar dalam berumah tangga dan mendidik anak
Doakan ya aku bisa amanah dengan titipan ini
Eka Murti says
Banyak hal yg berubah & harus dipelajari oleh keluarga di era industri 4.0 ini ya?
Dedy Darmawan says
Kembali Ke Meja Makan untuk Untuk Menguatkan dan Selamatkan Keluarga – Setuju banget!
Tika Samosir says
Yuk kita membangun keluarga harmonis di era revolusi industri 4.0 ini ya mba. Dengan kembali ke meja makan
Ria Buchari says
saatnya kembali ke meja makan yukk mba,,, semoga ke depannya kita bisa menerapkan ke keluarga kita dengn konsisten
Sifora says
Hehehe jadi ketawa sama diri sendiri, aku waktu muda cee berasa tua kali ya. Dulu tuh mau nikah sempat ditanya sama mama. Emangnya bekal kamu menikah apa? Aku jawab emm…. Cinta! Lho kata mamaku emang hidup butuh cinta aja. Makan juga iya! Terus kamu itu kudu pikir ke depan. Buat masa depan pernikahan. Emangnya mau hidup berduaan aja gitu sampai tua. Ini nih terbukti dari BKKBN aja udah mencetuskan “Saatnya Yang Muda Berencana”
Indri isharyanti says
Senangnya ada BKKBN yang membantu membangun keluarga agar siap menghadapi revolusi industri 4.0
Hanni Handayani says
setuju mba, memang tidak mudah karena faktor eksternal bisa mempengaruhi anak -anak. maka nya perlu peran orang tua membentengi keluarga
Uci says
Sebagai ortu saya harus banyak belajar nih mengikuti kecanggihan teknologi yanh ada, agar bisa menemani anak agar tidak trrjadi gap
Novita Leviyanti says
Kembali k meja makan saling diskusi keluarga Indonesia banget y menuju keluarga bahagia
Tina Sindi says
Sekarang saya juga menerapkan ini loh. Makan bersama setiap hari dan no gadget. Dengan mengasuh pengertian anak, Alhamdulillah mereka mau mengerti
Vita Pusvitasari says
Pembangunan karakter pada anak dimulai di keluarga, jika komunikasi baik dan pola asuh benar anak akan menjadi pemuda pemudi harapan bangsa 🙂
ovianty says
susah ya kalau orang tua kerja terus tanpa memperhatikan anak. di rumah juga malah main medsos. anak kesal dan melarikan diri ke game atau pornografi, bahaya nih.
Anisa Deasty Malela says
Senangnya saat keluarga kita menjalin komunikasi yang baik, sehingga dampak negatif dari revolusi industri tidak banyak mempengaruhi keluarga kita.
Nefertite Fatriyanti says
Komunikasi yang ada di keluarga akan menjadi perekat bagi semua individu di dalamnya.
Ini yang membuat anak jadi kuat menghadapi dunia luar
Nur Said Rahmatullah says
menjawab tantangan dari 5 aspek industri 4 ini emang harus adanya kedekatan lebih instens. komunikasi langsung untuk mendapatkan keharmonisan keluarga kembali. jangan sampai dalam satu rumah, dijauhkan lantaran komunikasi yang jarang terjadi secara langsung. gerakan kembali meja makan mungkin jadi salah satu solusi yang sudah ada sejak lama dan harus dikembalikan tradisi ini. mantul tulisannya. lengkap dan bermanfaat.
Helena says
Iya Cha, meski anak baru satu tapi duduk bertiga makan bareng itu big effort lho. Soalnya ribet suapin anak, ambil makanan jatuh, dsb. Jadi jarang ngobrol. So, udah siap dong hadapi revolusi industri 4.0?
sie-thi nurjanah says
Dalam sebuah pondasi keluarga, kerap sekali maslah datang silih berganti. Terlebih di era industri 4.0 yang segalanya berbasis digital butuh banget sebuah kebijakan dlm menghadapi perubahan global ini
Dewi Nuryanti says
Banyak bgt faktor yg mempengaruhi kehidupan berkeluarga. Klo aku mah gmn komitmen antara suami istri dan gmn kesepakatan diantara suami istri utk menjalankan bahtera keluarganya. Termasuk terhadap anak2nya