• Home
  • About Me
  • Travelling
  • Beauty
  • Finance
  • Personal Thought
  • Welcome!
    • About Me
    • Annisa’s Tumblr
    • Personal Thought
    • Pernikahan
    • Beauty

Ideannisa

Personal Blog by Finastri Annisa

Healthy, Personal Thought

SAAT SUAMI SAYA DINYATAKAN SEBAGAI PASIEN DALAM PENGAWASAN CORONA

March 21, 2020 Comment : 1

Bagaimana pengalaman saya saat suami dinyatakan sebagai Pasien Dalam Pengawasan Corona? Pasien dalam Pengawasan atau PDP adalah kondisi saat seseorang memiliki sebuah gejala seperti batuk, pilek, sesak napas, disertai demam atau sakit lainnya.

Mereka yang dalam kondisi seperti ini harus dirawat dan diisolasi di rumah sakit. Selain PDP, ada juga status sebagai Suspect Corona, jika seseorang tersebut berinteraksi secara aktif atau kontak dekat dengan orang yang sudah dinyatakan positif corona. Sedangkan Orang dalam Pemantauan (ODP), mereka yang baru saja pulang dari luar negeri, khususnya yang mewabah virus corona atau covid-19.

Berikut adalah cerita pengalaman saya, beserta kronologi bagaimana sampai akhirnya suami saya mendapatkan status Pasien dalam Pengawasan Corona.

Liburan di Bali dan Rasa Was-Was

Awal bulan Maret 2020 pandemi virus corona atau covid-19 sudah ramai dibicarakan banyak orang di seluruh dunia. Walaupun di Wuhan dan beberapa wilayah di negara lain sudah banyak yang terinfeksi dan mewabah, Indonesia masih adem ayem aja. Belum ada yang suspect dan belum ada yang positif juga.

Sudah jauh-jauh hari saya dan suami berencana untuk travelling ke luar negeri. Rencananya jalan-jalan di Singapore dan lanjut ke Malaysia. Tapi karena adanya virus ini yang menyebar di berbagai negara, saya dan suami pun mengurungkan niat untuk ke sana. Alhamdulillah, belum pesan tiket ataupun hotel. Suami pun menyarankan kita tetap liburan, tapi di Indonesia saja dan akhirnya kami pun ke Bali. Bulan Maret kami pilih, karena setelah itu sampai nanti Idul Kurban bahkan setelahnya, tidak ada lagi kesempatan karena padatnya jadwal pekerjaan.

Pemerintah menyampaikan saat itu bahwa Bali aman dan tidak diperbolehkan dari Wuhan/China masuk dulu. Tapi sebenarnya, saya pun masih mempertanyakan kebenarannya.

Di Bali, kita liburan seperti biasanya. Namun, kabar mengagetkan saat Senin, 2 Maret 2020 bahwa Indonesia sudah ada yang positif corona sebanyak dua orang dan berdomisili di Depok. Saya dan suami pun agak was-was walaupun tetap tenang dan tidak panik. Untuk berjaga-jaga kami pun memilih banyak diam di hotel, tidak berenang karena di kolam kadang ada banyak bule-bule, dan tentunya menggunakan masker saat di bandara yang banyak orang. Untungnya besok siang kami pun segera pulang ke Jakarta karena jatah liburan sudah habis.

Ada Sedikit Keluhan di Pernapasan dan Check ke Rumah Sakit

4 hari setelah pulang dari Bali, kira-kira di hari Jumat atau Sabtu, 7 atau 8 Maret 2020, suami saya mengeluhkan ada sedikit sesak napas, batuk, dan hidung mampet. Saya pun berusaha positif thinking, apalagi keluhan tersebut tidak disertai demam. Tapi suami saya memutuskan untuk langsung ke IGD Rumah Sakit Aulia Jagakarsa, yang berada dekat dari rumah. Perlu diketahui, RS Aulia Jagakarsa, Jakarta Selatan bukanlah rumah sakit rujukan corona.

Di sana, dokter mencatat berbagai keluhan-keluhan dan masih menganggap suami saya aman hanya batuk biasa. Selain itu dokter juga memberikan obat, vitamin, dan antibiotik untuk dikonsumsi. Dokter menyarankan agar segera kembali ke rumah sakit untuk dironsen dan cek darah, jika tidak kunjung membaik. Karena suami saya menceritakan pernah ke Bali juga dalam seminggu terakhir, ia pun dicatat dokter sebagai Orang Dalam Pengawasan.

Bagaimana dengan kondisi saya? Apakah ada gejala yang sama? Tidak sama sekali. Saat itu, keluhan saya hanyalah sakit maag dan bagian empedu saja yang memang sedang bermasal dari sejak awal bulan lalu.

Hari Senin, 10 Maret 2020, suami saya masih merasa ada batuk, mampet, dan sedikit sesak. Ia pun langsung memutuskan untuk ronsen dan check darah. Walaupun saat itu, suami saya pernah dicatat sebagai Orang Dalam Pemantauan (ODP) tapi semua pembayaran ronsen dan check darah menggunakan biaya sendiri dan tidak menggunakan BPJS. Waktu itu kami memutuskan menggunakan biaya sendiri, karena tidak siap dengan berkas-berkas untuk BPJS. Jika mengurus, khawatir lebih lama lagi.

Hasil ronsen dan check darah keluar dalam waktu kurang dari 1 jam. Dokter di IGD pun menjelaskan beberapa hal terkait hasil ronsen dan check darah tersebut kepada suami saya. Penjelasannya, kurang lebih seperti ini:

  • Hasil ronsen suami saya baik tidak ada masalah. Tidak teindikasi virus dan tidak pula ada sesuatu yang mengganggu. Hanya saja, sepertinya batuk tersebut ada permasalahan ISPA. Suami saya bukan seorang perokok, tapi saya rasa dia sering berdekatan dengan teman-teman yang merokok. Dokter pun menyarankan untuk tidak dekat-dekat jika ada asap rokok.
  • Hasil check darah pun bagus. Dokter menyampaikan bahwa jika ada virus atau gangguan maka luekosit akan cenderung tinggi. Hasil check darah menunjukkan bahwa leukosit pun dalam nilai yang baik atau normal.

Akhirnya, kami pun lega dan merasa bahwa ini permasalahan batuk biasa dan harus banyak istirahat. Suami saya pun bekerja seperti biasa dan mengantar saya ke pasar seperti biasanya untuk belanja mingguan.

Berita Menegangkan: Menteri Perhubungan, Budi Karya Positif Corona

Sabtu, 14 Maret 2020 di malam hari, berita mengejutkan pun datang. Menteri Perhubungan, Bapak Budi Karya dinyatakan positif corona. Saat membaca itu dari berbagai media saya pun tidak panik dan tidak ada rasa was-was sama sekali. Di group-group pun heboh dan banyak yang membagikan rasa paniknya.

Namun dari ruang tengah, saat suami saya menonton televisi, dia pun menyampaikan pada saya bahwa di tanggal 4 Maret 2020, ia bertemu dan kontak erat dengan Pak Budi Karya. Suami saya adalah seorang jurnalis dari salah satu media nasional dan tugasnya adalah melaksanakan liputan di Istana Negara. Saat itu Pak Presiden Jokowi sedang mengadakan rapat terbatas, dan salah satu pesertanya adalah Pak Menhub alias Pak Budi Karya.

Suami saya di tanggal tersebut, sedang liputan dan sempat ngobrol-ngobrol dengan beliau, bahkan foto-foto bersama dengan Pak Budi. Dari situ saya mulai agak sedikit tegang. Tapi jarak waktu bertemu Pak Budi pun sudah berlalu 10 hari. Suami saya tidak ada tanda-tanda demam dan masih bersisa mampet di hidung saja. Sisanya, batuk pun sudah hilang dan membaik. Jadi saya pun berpikiran positif, insya Allah suami saya tidak apa-apa.

Minggu, 15 Maret 2020, suami saya pun memutuskan untuk pergi ke rumah sakit terdekat untuk langsung melakukan test swab. Ia merasa sudah kontak dekat dengan Pak Budi dan mau tidak mau harus melakukan check. Teman-teman wartawan pun banyak yang segera ke rumah sakit, pasca informasi Pak Budi positif corona.

Saat itu, saya juga ingin sebenarnya melakukan test swab. Tapi suami saya menyarankan untuk di rumah saja dulu dan jika ada apa-apa barulah saya juga ikut untuk test. Pagi itu, mendadak banyak informasi bahwa beberapa rumah sakit rujukan ada yang tutup dan salah satunya yang pasti buka adalah di Rumah Sakit Persahabatan.

Namun, suami saya memutuskan untuk ke rumah sakit terdekat lebih dahulu yaitu RSUD Pasar Minggu. Suami saya langsung menuju IGD, menjelaskan semua detil dan kronologis. Tanpa panjang lebar, dokter pun menyatakan bahwa suami saya adalah Pasien dalam Pengawasan. Mengapa sampai diberikan status PDP? Karena ada gejala batuk dan pilek serta sedikit sesak yang membuat ini harus dicurigai. Ditambah suami saya pun menunjukkan foto bersama para wartawan dan Pak Budi Karya selama di istana negara serta berakivitas di sana.

Dokter pun langsung melakukan test swab, ronsen, dan check darah kembali. Walaupun sebenarnya dalam seminggu terakhir, suami saya sudah melakukannya di RS Aulia Jagakarsa, dan hasilnya tidak apa-apa. Setelah itu, dokter dan rumah sakit pun memasukkan suami saya ke dalam ruang isolasi sementara (transit). Saat itu, saya diberi kabar oleh suami saya pukul 13.00 dan ia pun meminta saya langsung ke IGD Pasar Minggu untuk mengurus segala kebutuhan serta membawa barang-barang, karena ada kemungkinan akan diisolasi lebih dari 1 hari.

Masuk ke Ruang Isolasi Pasien dalam Pengawasan Corona

Pukul 13.00 suami saya mulai masuk di ruang isolasi RS Pasar Minggu. Tanpa menunggu lama, saya pun datang pukul 14.00 ke IGD RS Pasar Minggu sambil membawa barang-barang kebutuhan suami jika harus menginap. Sesampainya di rumah sakit, saya pun segera menemui dokter. Saya sampai lupa tidak menanyakan nama dokter yang pertama ini.

Saya       : “Dok, bagaimana kondisi suami saya?”

Dokter  : “Hasil test swab harus menunggu dulu ya bu kurang lebih 3 hari. Suami ibu ada kondisi batuk, mampet, dan sesak ditambah kontak dekat dengan Pak Budi Karya. Jadi mau tidak mau statusnya adalah Pasien dalam Pengawasan. Kami harus isolasi, tidak boleh kemana-mana dan harus kami rawat”

Saya       : “Saya istrinya, dok. Dan apakah saya harus di test swab juga?”

Dokter  : “Kalau mbak tidak ada gejala apapun, merasa sehat, tidak perlu mbak. Cukup jaga kesehatan saja. Suami mbak akan dirawat di rumah sakit selama 3 hari. Tapi kami belum tahu, di rumah sakit mana akan di rawat karena ruang rawat isolasi untuk PDP Corona, hingga sekarang full di RS Pasar Minggu”

Dari mulai pukul 14.00 saya pun hanya bisa berkomunikasi via whatsapp call bersama suami saya. Tentu saya tidak bisa masuk dan hanya diam di luar kamar isolasi sambil melihat kondisi di dalam yang berdinding kaca. Kamar isolasi transit atau sementara ini ukurannya tidak besar, kurang lebih 4x4meter, bahkan kurang sepertinya.

Di dalam kamar isolasi saat itu ada sekitar 4 orang pasien. Satu orang pasien wanita, adalah teman wartawan suami saya dari media yang berbeda dan sama-sama kontak dekat dengan Pak Budi Karya di Istana Negara. Satu lagi pasien wanita juga menjadi PDP karena setelah kontak dan pulang dari Jepang. Satunya lagi, adalah seorang bapak paruh baya. Di ruangan tersebut hanya ada 2 bed. Suami saya dan wanita yang baru pulang dari Jepang itu tidak mendapat bed, dan hanya duduk di kursi roda.

Sambil menunggu kepastian, dimana suami saya akan dirawat saya pun mengobrol dengan beberapa orang ibu-ibu. Ibu ini bercerita kalau adiknya (pasien laki-laki paruh baya) sudah dua hari satu malam berada di ruang isolasi tersebut. Tidak ada pengecekan oleh dokter, tidak ada perawatan apapun, hanya diberikan makanan saja dan diinfus. Ibu tersebut juga bercerita, kalau pihak rumah sakit bilang dokter yang memeriksa haruslah dokter specialis paru, dan di weekend, dokter-dokter spesialis libur. Yang ada hanyalah dokter jaga saja di IGD. Saya pun saat itu berpikir, bagaimana bisa dokter spesialis libur sedangkan kondisi saja sudah begitu darurat begini?

Ibu itu pun mengatakan pada saya, “Mbak, suaminya kan wartawan! Bilang dong ini kondisinya di sini seperti apa sama temen-temennya. Biar di liput mbak! Kita gak siap nih ngadepin corona! Saya gak terima, masa anak saya ada di ruang isolasi sementara sudah dari malam. Dan dokter masih bilang belum ada kepastian di mana! Kalau gini caranya saya sih mau cabut aja dari sini, dan langsung ke persahabatan!”.

Ada banyak ibu-ibu di sekitar ruang isolasi IGD tersebut. Dan semuanya mengobrol satu sama lain dan saling panik juga. Jujur saat itu saya hanya bisa diam dan menunggu. Percuma juga panik dan marah-marah, kesal sih tentu ya, tapi kondisinya saat itu benar-benar hectic. Bayangkan saya, dokter IGD hanya ada sedikit. Suster dan pegawai lainnya juga bukan saja mengurus pasien isolasi corona, tapi juga ada pasien-pasien IGD lainnya.

Saya sempat bertanya pada seorang dokter. Dokter kedua ini menggantikan dokter jaga pertama yang sempat menjelaskan kepada saya soal suami saya harus dirawat. Saat itu, saya bertanya tentang hasil lab (ronsen dan darah) suami saya. Wajahnya sangat tidak enak (mungkin dia badmood dan kelelahan), dan berbicara sedikit sinis juga ngegas.

Saya bilang baik-baik, kalau suami saya ada di dalam dan sebagai pasien dalam pengawasan corona. Dan saya ingin mengetahui hasil lab.

Dokter tersebut bilang, “Oh mbak, istirnya bapak Rakhmat yang wartawan k***** ya? Hasil lab nya bagus kok. Gak ada apa-apa, bagus. Tunggu aja dari rumah sakit mindahin perawatannya”.

Entah kenapa setelah saya bilang saya istri dari suami saya, dokter tersebut agark sedikit berjaga-jaga omongannya. Mungkin takut, karena tahu suami saya wartawan. Begitu juga para suster yang saat itu berjaga untuk ruang isolasi. Saya sempat mendengar mereka bisik-bisik dan mengatakan bahwa ada dua wartawan di ruang isolasi tersebut.

Semakin sore, saya pun belum mendapat kepastian apapun. Menjelang magrib ada 3 pasien tambahan masuk ke dalam ruang isolasi. Satu orang laki-laki yang kebetulan juga jurnalis dari media yang sama dengan suami saya, satu orang laki-laki masih agak lebih muda (setelah saya ketahui ternyata dia adalah pemilik akun @fmuchtar_) yang threadnya di twitter sempat viral, dan satu lagi adalah bapak-bapak yang sepertinya usianya sudah hampir 60 tahun lebih.

Tujuh orang berada di ruang isolasi yang kecil. Diantara semuanya dinyatakan PDP dan semuanya belum ada kejelasan, mana yang positif dan tidak. Yang saya dan semua keluarga pasien pikirkan adalah, bagaimana jika yang awalnya tidak apa-apa, malah jadi positif karena berada di ruang tersebut.

Salah seorang bapak dan ibu yang anak wanitanya baru pulang dari Jepang pun, memaksa rumah sakit untuk memulangkan saja anaknya. Awalnya pihak rumah sakit tidak mengizinkan. Namun si Bapak memaksa karena merasa anaknya sehat-sehat saja, kenapa harus sampai diisolasi? Saya pun tidak mengerti kronologinya mengapa ia sampai diisolasi dan ada gejala seperti apa hingga menjadi pasien dalam pengawasan corona. Rumah sakit pun mengizinkan, karena hasil ronsen dan darah mbak tersebut bagus. Namun dengan syarat, harus diisolasi di rumah, tidak boleh kemana-mana dulu, dan orang tua harus menandatangani surat bahwa tidak akan menyalahkan rumah sakit jika ada apa-apa.

Ibu yang adiknya sudah dua hari di dalam ruang isolasi sementara pun bercerita, “Kemarin mbak, ada yang ngamuk. Gedor-gedor kaca, ga mau di dalam. Pengen pulang. Dia juga gitu nasibnya sama kayak adik saya. Dua malam di sini. Gimana ga jadi stress tuh”.

Sampai akhirnya, setelah magrib saya pun dipanggil oleh suster untuk mengurus perawatan suami saya. Akhirnya diputuskan bahwa suami saya dan temannya yang jurnalis perempuan dari media berbeda itu, akan dipindah rawat di RSUP Fatmawati. Sekali lagi saya sangat bersyukur, karena Fatmawati letaknya juga masih dekat dengan rumah saya. Saya masih bisa pulang pergi untuk mengecek kondisi dan mengurus keperluan administrasi.

Setelah itu saya pun diarahkan oleh suster untuk menuju loket SPGDT. Saya diminta berkas-berkas fotocopy lengkap, seperti Kartu Keluarga, Fotocopy KTP Pasien, Fotocopy Kartu BPJS, menulis form dari rumah sakit.

Ibu yang adiknya sudah dua malam di ruang isolasi pun protes ke pihak rumah sakit. “Mengapa dua orang itu yang mendapat kamar duluan? Padahal adiknya sudah 2 hari di ruang isolasi dan belum ada kepastian juga dirawat di mana. Ini gak adil ya, jangan mentang-mentang mereka wartawan terus kalian takut gitu diberitakan!”, ungkap ibu tersebut sambil kesal dan marah berbicara ke para perawat.

Saya pun jujur tidak bisa berkata apa-apa. Karena bingung juga. Namun tidak lama si ibu tersebut bercerita ke saya, akhirnya adiknya akan dipindah ke RSUP Persahabatan. Tapi itu pun inisasi dia sendiri karena kebetulan dia ada kenalan di sana. Untuk pemindahannya pun ia bilang akan menggunakan kendaraan sendiri karena rumah sakit sampai saat itu belum juga memberikan kepastian apapun. Sampai situ, saya tidak tahu lagi bagaimana update si ibu tersebut.

Selesai semua persoalan administrasi di sekitar pukul 19.00, pihak rumah sakit pun menyampaikan untuk saya menunggu Ambulance Gawat Darurat datang. Mobil AGD untuk mengangkut pasien dalam pengawasan corona di Jakarta hanya ada satu dan sangat terbatas. Semua PDP harus diangkut oleh AGD tidak boleh mobil sendiri apalagi kendaraan umum, karena ada protokoler khusus. Sedangkan pasien untuk antar jemput sangat jauh-jauh, sehingga mau tidak mau harus menunggu dan tidak ada yang tahu kapan AGD tersebut datang.

Tulisan pengalaman saya selanjutnya bisa dibaca di SAAT SUAMI SAYA DINYATAKAN SEBAGAI PASIEN DALAM PENGAWASAN CORONA (Bagian-2)

Previous:
INILAH DESTINASI WISATA PAPUA YANG INGIN SAYA KUNJUNGI
Next:
SAAT SUAMI SAYA DINYATAKAN SEBAGAI PASIEN DALAM PENGAWASAN CORONA (BAGIAN-2)

You might also enjoy

PUNYA RESOLUSI HIDUP SEHAT DI TAHUN 2019, SUN LIFE AJAK MASYARAKAT INDONESIA IKUT RESOLUTION RUN
BERBAGI NIVEA CREME TIN UNTUK PAHLAWAN COVID-19
FRAME – Jangan Hidup di dalam Frame

Comments

  1. Wichan says

    March 25, 2020 at 3:05 am

    Ya ampun, begini banget ya, jaga kesehatan masing-masing ya, semoga kita terhindar dari virus ini. Aamiin

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

About Me

About Annisa

Annisa is blogger who loves writing about lifestyle, life experiences, personal thought, and everything that i want. As digital strategist at non profit organization and digital consultant for another social community, i care for humanity and universality. Annisa can contacted by e-mail finastricha@gmail.com.

Follow Annisa

Community

Blogger Perempuan

SEARCH

Read this blog at your mail

Enter your mail

Top Post

  • 25 PERTANYAAN QnA UNTUK LEBIH MENGENAL SAHABAT
    25 PERTANYAAN QnA UNTUK LEBIH MENGENAL SAHABAT
  • 15 PERTANYAAN RANDOM TENTANG DIRI SENDIRI
    15 PERTANYAAN RANDOM TENTANG DIRI SENDIRI
  • PENGALAMAN KONSULTASI KE DOKTER GIZI, TERNYATA INILAH RESEPNYA AGAR TUBUH LEBIH SEHAT
    PENGALAMAN KONSULTASI KE DOKTER GIZI, TERNYATA INILAH RESEPNYA AGAR TUBUH LEBIH SEHAT
  • Cara Mudah Hilangkan Komedo dengan Biore Pore Pack Black
    Cara Mudah Hilangkan Komedo dengan Biore Pore Pack Black

CATEGORIES

Archives


Instagram post 17934028237454721
Sejak kecil, mungkin saat saya sudah masuk TK, ibu saya sering kali membelikan buku-buku cerita bergambar. Mulai dari cerita dari negeri dongeng, kisah-kisah moral, hingga ke kisah-kisah Nabi dan Rasul dalam Islam.

Setiap pergi jalan-jalan, ibu menyempatkan mampir dan mengajak saya ke Toko Buku. Lihat-lihat dan membeli buku yang jadi pilihan saya.

Kebiasaan ini membawa saya jadi senang dengan buku, apalagi sejak mulai lancar membaca. Setiap minggu, saya selalu menagih ibu untuk membelikan majalah Bobo. Kalau ada uang lebih, sesekali saya juga minta dibelikan buku kumpulan cerpen.

Kenangan saat kecil yang suka dengan buku dan sering berimajinasi dengan cerita di dalamnya, membuat saya sadar bahwa saat nanti memiliki anak dan harus berkewajiban mendidik seorang anak, membiasakan anak membaca buku begitu penting.

Mereka tidak akan menyukai buku secara tiba-tiba jika sejak kecil tidak dipancing terlebih dahulu dengan orang tuanya.

Kalau usia saya saat ini masih anak-anak, mungkin aplikasi ini akan jadi salah satu favorit saya dan saya akan minta pada orang tua untuk setiap hari mengizinkan saya membaca buku cerita bergambar lewat aplikasi ini di gadget. Hehehe. Ya, aplikasi buku digital ini bernama Let’s Read.

Di zaman sekarang ini, sebenarnya enak banget. Baik orang tua, guru, pendamping anak, dan anak-anak sangat dimudahkan untuk membaca dan belajar.

Apalagi buku-buku digital yang ada di Let’s Read sangat banyak variannya. Jadi dari satu aplikasi saja, kita bisa memilih jenis cerita apa yang ingin kita bacakan atau anak lihat sendiri melalui aplikasi tersebut.

Anak-anak juga tentu akan senang karena buku digital Let’s Read memiliki gambar ilustrasi yang sangat menarik dan colourfull. Dengan melihat gambarnya saja, mereka sudah bisa berimajinasi dan mendapat wawasan baru.

Yuk ibu-ibu, bunda-bunda kalau mau tahu selengkapnya tentang aplikasi ini, check di blog post terbaru ideannisa.com ya. Selain itu, punya tips apalagi nih biar anak suka baca?

@letsread.indonesia @bloggerperempuan #LetsReadAsia #AyoMembaca #LetsReadxBloggerPerempuan

Instagram post 17880941939028130
Beberapa waktu lalu, di rumah kedatangan si box pink cantik yang udah pasti bisa ketebak dari mana kan? Ya, dari @sociolla.

Kali ini seneng banget, karena punya skincare lengkap untuk merawat kulit supaya lebih terhidrasi.

Jadi isi box ini ada:
❤️ Micellar Water dari @ariul_id
❤️ Body Lotion dari @klorane_idn
❤️ AHC Cleansing Foam dari @koreanaestheticskincare_id
❤️ Hydrating Mist Toner dari @sukinskincare_idn
❤️ Masker dari @mediheal_idn

Super lengkap buat bikin kulit tambah sehat dan lembap.
Tapi jangan salah ya. Supaya kulit bisa terhidrasi dengan baik, gak cukup cuma dengan skincare atau perawatan dari luar aja, tapi juga butuh perawatan dari dalam.

Caranya adalah dengan minum air mineral yang berkualitas dan teruji dengan baik.

Untuk mendukung wanita Indonesia merawat kulit agar selalu merawat kulit dan terhidrasi, Sociolla bersama dengan Aqua Reflections berkolaborasi menghadirkan edisi spesial Sociolla x Aqua Reflections yang botolnya didesign khusus dengan ciri khas Sociolla.

Saya salah satu yang beruntung karena bisa mendapatkan botol @aqua_reflections edisi spesial ini.

Btw, di botol Aqua Reflections x Sociolla ini ada QRCode yang bisa kamu scan juga lho! Ada voucher senilai Rp25.000 untuk belanja di Sociolla.

So, yuk dapetin Aqua Reflectionnya dan belanja skincare favorit kamu untuk menghidrasi kulit di @sociolla.com!

Instagram post 17892396910792819
Apa pertanyaan yang sering dilontarkan pada pasangan yang sudah menikah lebih dari dua tahun dan belum juga memiliki keturunan?
.
"Belum isi?"
.
"Kenapa belum isi? (Wajahnya sambil kayak bersedih gitu, sambil nepuk-nepuk bahu saya).
.
"Udah dua tahun ya nikah? Yang sabar ya, semangat terus pokoknya! Udah coba minum ini, minum itu..?"
.
Di kesempatan lain, dalam sebuah moment. Ada lagi yang nyeletuk-nyeletuk
.
"Kapan nih, (nyebut nama anaknya) punya temen?"
.
"Kayaknya lo stress deh.."
.
"Lo kerja terus sih, mikirin kerjaan terus, gimana mau jadi"
.
Biasanya sih, saya cuma ketawa. Sambil mengaminkan karena bisa saja emang mereka kasih doa tulus kan. Terus orang-orang ini, menyemangati dan menyuruh bersabar. Sambil ngasih nasihat-nasihatnya.

Ada dua respon sih dari semua itu.

Yang pertama: Terima kasih, sudah memperhatikan dan mendoakan yang terbaik.

Yang kedua, ada satu anggapan dari saya begini.

Kadang, orang lain melihat sepertinya kondisi pernikahan seperti ini menyedihkan. Sudah lebih dari dua tahun menikah belum juga dikaruniai keturunan.

Padahal, realitanya, belum tentu begitu.

Gak selalu, pasangan yang belum memiliki keturunan hidupnya gak sebahagia pasangan yang udah punya keturunan atau keturunan yang banyak.

Yang memiliki keturunan bisa merasa bahagia, bisa juga tidak merasa bahagia. 

Nyatanya ada juga yang stress dan pusing gak karuan setelah memiliki anak, padahal di sisi lain ada yang iri dengan kehidupannya karena ia belum juga dititipkan keturunan.

Menurut saya ini soal mindset dan gimana setiap detik kita bisa bersyukur dengan yang Allah SWT titipkan.

Yang mungkin perlu jadi highlight: life goals dan kebahagiaan masing-masing orang bisa aja berbeda. Gak selalu diukur dengan kacamata dan sudut pandang yang sama.

Jadi, gak semua orang menyedihkan saat belum atau tidak merasakan kebahagiaan yang seperti kita alami. Semua orang hidup dengan versinya, rezekinya, dan jalannya masing-masing.

Termasuk saya dan suami. Ada hikmah dan kebahagiaan lain yang menurut saya, masih Allah berikan untuk kami.

Selagi kita bisa menikmatinya, maka bersyukurlah. Semoga Allah menambah lagi nikmat-nikmat yang lain

Selamat menjalani hidup & bahagia versimu😎

Instagram post 17854740353362128
Mamahku, yang sampai anaknya gede masih suka tanya udah makan atau belum, makan apa, masak apa hari ini? Udah shalat atau belum? Ada aja yang dibawelin tiap ketemu 😂. Dan pastinya selalu berdoa yang terbaik untuk anak-anaknya.

Sebagai anak, mungkin banyak hal yang membuat beliau kecewa atau sedih. Kadang gak sesuai harapan atau keinginan. Tapi, berusaha sekecil apapun yang bisa dilakukan maka akan coba saya lakukan.

Semoga beliau diberikan kesehatan dan kebahagiaan dunia juga akhirat. Aamiinya Rabbal Alamiin.

Selamat Hari Ibu untuk seluruh perempuan dan ibu tangguh negeri ini ❤❤

#hariibu #hariibu2021

Instagram post 17849041115406067
Biasanya berapa lama dalam sehari kamu menatap gadget? Kalau saya, karena tuntutan pekerjaan mungkin bisa lebih dari 6 jam nih sehari.

Apalagi kalau yang ada di layar gadget itu babang Kim Soe Ho, alias Mas Han Ji Pyeong (tim Han Ji Pyeong mana suaranyaa?) Hehehe.

Walaupun itu risiko seorang pekerja digital, menatap layar gadget terlalu lama juga gak bagus. Harus diimbangi dengan mengistirahatkan mata plus konsumsi vitamin atau suplemen mata supaya mata tetap maksimal bekerja maksimal.

Selengkapnya, check di blog terbaru aku yuk di link: https://ideannisa.com/2020/12/01/cara-menjaga-mata-tetap-sehat/

Nah, kalau kamu gimana nih? Berapa lama menatap layar gadget dalam sehari? Dan punya tips tambahan gak biar mata tetap sehat dan gak stress?

Instagram post 18110146072175435
Eh, guys. Mau nanya deh, suka parno gak sih kalau badan tiba-tiba meriang? Apalagi kalau udah bersin-bersin atau batuk. Di tengah pandemi kayak sekarang ini, sedikit aja ada gejala gak enak di badan rasanya suka khawatir. Persis kayak kejadian kemarin, waktu tenggorokan saya sempat sakit. Langsung dalam hati bertanya-tanya, ini kenapa ya? Bukan Covid-19 kan? Untungnya mereda setelah beberapa hari dan gak sampai hilang penciuman.

Tapi kalau terlalu khawatir juga gak baik sih. Mending kita prepare dengan bangun gaya hidup sehat dan bikin hidup kita lebih fit. Misalnya aja, banyakin makan sayur-buah, olahraga ringan setiap hari, jauhi stress, dan lakukan hal yang menyenangkan biar psikis juga sehat.

Selain itu, saya suka tambahin minum suplemen @Vipro-G biar ada booster imun. Soalnya sekarang ini lagi banyak banget aktivitas dan kerja sampai malam. Suplemen ini juga bisa bantu untuk mengurangi radang tenggorokan dan anti radikal bebas.

Tentang pengalaman konsumsi Vipro-G, saya share di blog ya. Check link nya di bit.ly/ideannisa-viprog

Suplemen ini menarik soalnya pas pertama kali lihat, ada foto Raffi Ahmad-nya. Hehehe. Jadi emang ini sesuai dengan orang yang sibuknya kayak Raffi dari subuh-tengah malam.

Kalau kalian sendiri pernah parno-an kayak saya? Hehehe. Gimana cara ngadepinnya?

Instagram post 17900083378625641
Sudah pada tahu belum, kalau sekarang di Traveloka kita udah bisa beli asuransi. Salah satunya adalah beli asuransi dari FWD Life Asuransi Bebas Handal dan Asuransi FWD Cancer Protection, melalui Traveloka Protect.

Asuransi Bebas Handal adalah asuransi kesehatan berbasis syariah yang terjangkau dengan manfaat rawat inap komprehensif. Kontribusinya mulai dari Rp75.000 per bulan dan pilihan manfaat tahunan hingga Rp100 juta.

Sedangkan, FWD Cancer Protection adalah asuransi kanker terjangkau yang memberikan uang pertanggungan 100% saat diagnosis kanker dengan premi mulai Rp10.000 per bulan dan manfaat hingga Rp150 juta.

Waw banget kan, ada asuransi yang bisa kita beli mulai dari Rp10.000 per bulan aja? Jujur kalau saya sendiri, belum pernah membeli asuransi dengan harga premi Rp10.000. Tapi ini tentu sebuah terobosan agar lebih banyak lagi masyarakat yang memiliki proteksi. Thank you ya @fwd_id & @traveloka.

Selengkapnya sudah saya ulas di blog. Plus, ada sedikit ulasan chit chat dengan dr. Falla Adinda yang bahas juga tentang resiko penyakit kanker untuk masyarakat Indonesia. Mampir ya di ideannisa.com

#FWD #AsuransiMudahBeneran

Instagram post 17873375798052308
Menurut Mbak Githa Argasasmita, seorang financial planner, bukan hanya darurat saja yang
penting untuk kita siapkan, apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini.

Asuransi kesehatan dan asuransi jiwa juga penting banget untuk dipersiapkan supaya hidup kita dan keluarga lebih terproteksi.

Tapi sayangnya, banyak masyarakat Indonesia yang belum punya asuransi jiwa dan asuransi
kesehatan gara-gara males ngurus, males baca polis, dan tiap kali butuh urus-urus adminitrasi harus ke kantor asuransinya.

Well, sekarang udah ada cara gampangnya. Kalau kamu mendaftar sebagai nasabah @fwd_id  udah ada fitur eServices di aplikasi FWD MAX yang memudahkan kita urus-urus asuransi. Gak ada lagi tuh alasan ribet atau males keluar rumah buat mengurus asuransi.

Kebetulan, Jumat 16 Oktober 2020, saya ikutan Virtual Blogger & Media Online. Kita bahas apa itu eServices dan apa saja manfaatnya? Termasuk beberapa tips keuangan dari Mbak Githa Argasasmita.

Simak di blogpost terbaru saya, ya!
#FWD #FWDMax #FWDBeda


2021 blog by annisa Design by SkyandStars.co
Back Top

Copyright © 2021 · Yoon Theme on Genesis Framework · WordPress · Log in