• Home
  • About Me
  • Travelling
  • Beauty
  • Finance
  • Personal Thought
  • Welcome!
    • About Me
    • Annisa’s Tumblr
    • Personal Thought
    • Pernikahan
    • Beauty

Ideannisa

Personal Blog by Finastri Annisa

Healthy, Personal Thought

SAAT SUAMI SAYA DINYATAKAN SEBAGAI PASIEN DALAM PENGAWASAN CORONA (BAGIAN-2)

March 21, 2020 Leave a Comment

Cerita yang saya tulis di sini adalah lanjutan dari dari tulisan pertama saya yaitu SAAT SUAMI SAYA DINYATAKAN SEBAGAI PASIEN DALAM PENGAWASAN CORONA. Sebelum membaca ini, kalian bisa membaca dulu tentang kronologi bagaimana suami saya dinyatakan dokter sebagai Pasien dalam Pengawasan (Corona).

Menunggu Ambulance yang Tak Kunjung Datang

Sejak pukul 14.00 saya sudah berada di IGD RSUD Pasar Minggu. Pukul 19.00 saya pun sudah selesai mengurus administrasi rumah sakit. Biaya untuk keseluruhannya, dari RSUD Pasar Minggu menyampaikan bahwa ditanggung oleh Kementrian Kesehatan. Memang setahu saya, masalah Corona ini, pemerintah sudah menjamin dan menggratiskan untuk segala biaya. Walaupun tidak ditanggung pemerintah, saat itu kantor media suami saya sudah berjaga-jaga dan menyampaikan akan menanggung semua kebutuhannya.

Saya mulai gelisah dan sangat lelah saat waktu menunjukkan pukul 22.00. Saat itu saya mulai was-was karena ruang isolasi full dengan PDP. Saya pun mulai berpikiran, apa suami saya pulang saja sebagaimana wanita yang baru pulang dari Jepang itu dan memaksa rumah sakit untuk memulangkan? Saya pun diajak oleh suami dari jurnalis wanita teman suami saya untuk berbicara ke rumah sakit dan pulang saja. Kami tidak mau membiarkan menginap di sini dan bercampur baur di ruang sekecil itu.

Dokter yang berjaga saat itu (Dokter ketiga), sedikit marah dan berbicara dengan nada tinggi. Intinya tidak boleh dan kita harus menerima kekurangan rumah sakit. Saya pun hanya diam dan memasang wajah kesal karena sudah sangat lelah sekali. Saat itu kami pun bingung, apakah benar akan dipindah rawat ke RSUP Fatmawati? Sudah menunggu cukup lama dan tidak ada yang bisa memastikan kedatangan AGD. Tapi tidak ada yang bisa memastikan.

Akhirnya setelah bersabar cukup lama, menahan rasa kesal, dan memahami begitu hecticnya rumah sakit beserta seluruh dokter juga pegawainya, pukul 01.00 dini hari (Senin, 16 Maret), suami saya dipindahkan dari RSUD Pasar Minggu menuju RSUP Fatmawati. Karena mobil AGD hanya ada satu, itu pun bergantian dengan Mbak Jurnalis yang satunya, walaupun sama-sama ke Fatmawati.

Perlu diketahui bahwa, Mobil AGD itu sangat terbatas. Protokolnya ada banyak. Sebelum dan sesudah naik, mobil harus disemprot dulu dengan disinfectan. Harus dipastikan dulu bahwa mobil steril. Satu mobil hanya bisa mengangkut satu pasien dan satu bed sekaligus. Pelaksananya hanya ada dua. Satu driver dan satu yang berjaga di belakang. Itu pun mereka harus meggunakan Alat Pengaman yang super lengkap. Mulai dari masker, sarung tangan, kacamata, baju pelindung putih ditambah plastik luar. Bahkan sepatu yang digunakan pun juga dibungkus dengan pelastik.

Saya pun juga ikut untuk naik mobil AGD, membawa barang-barang, dan bersiap mengurus administrasi di RSUP Fatmawati. Selama di ambulance, saya merasa sangat lelah sekali, mata sudah mulai ingin menutup dan beristirahat. Tapi tidak bisa. Saya harus mendampingi suami saya sampai selesai seluruhnya.

Di Isolasi di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan

Kira-kira pukul 01.30 saya sudah berada di RSUP Fatmawati. Suami saya pun langsung masuk ke dalam ruang Isolasi khusus untuk Pasien Dalam Pengawasan Corona. Perawat pun menjelaskan bahwa ruang isolasi PDP berbeda dengan ruang isolasi bagai pasien yang sudah positif sehingga saya tidak perlu khawatir. Ruang isolasi pun juga cukup luas dan besar. Seperti biasa saya hanya bisa melihat suami saya dari luar yang dibatasi oleh pintu dan dinding kaca.

Selesai suami saya masuk ke dalam ruang isolasi, saya pun masih belum bisa untuk pulang. Tadinya saya berencana untuk kembali pulang setelah suami saya aman di ruang isolasi fatmawati. Ternyata saya masih harus mengurus berkas administrasi terlebih dahulu, tanda tangan, dan urusan lainnya. Jangan lupa ya, bagi kalian yang juga mengalami seperti saya, berkas-berkas seperti KTP, Kartu Keluarga, dan Kartu BPJS harus selalu dibawa kemana-mana. Karena pasti saat-saat seperti ini sangat dibutuhkan.

Selesai mengurus berkas, saya masih belum diperbolehkan pulang oleh perawat. Saya masih harus menunggu dokter jaga datang. Awalnya saya menolak karena saya sudah sangat kelelahan berjam-jam di rumah sakit, dan khawatir jatuh sakit. Tapi kembali lagi, perawat bilang saya harus bertemu dulu dokter jaga dan menjelaskan kondisi suami saya. Saat itu dokter jaga (bukan dokter spesialis), masih mengurus pasien-pasien di IGD lainnya.

Di rumah sakit saya pun tidak bisa tidur dan hanya diam di kursi, kadang duduk di lantai. Kebetulan saat itu juga bersama dengan suami mbak jurnalis perempuan yang juga sudah masuk ruang isolasi. Mau ngemil atau makan pun rasanya nggak enak. Jadi saya hanya diam saja menahan lelah sampai pukul 04.30. Dokter pun menanyakan kondisi suami saya pada saya dan meminimalisir interaksi dengan pasien. Pasien hanya diperiksa secara umum saja dan akan diperiksa oleh dokter paru di pagi/siang hari.

Setelah mengobrol dengan dokter pukul 04.30 lebih, saya pun langsung pulang ke rumah menggunakan taksi. Rasanya badan benar-benar lelah, kantuk sudah tidak bisa ditahan, dan seluruh badan rasanya pegal. Sekitar pukul 05.00 seusai shalat subuh, saya langsung tidur pulas dan baru terbangun kembali pukul 09.30.

Kembali ke Rumah Sakit di Siang Hari

Saat terbangun pukul 09.30 saya baru tersadar bahwa rumah sakit menelpon lebih dari 4 kali ke handphone saya. Saya tidak menyadari sama sekali. Pukul 10.00 suami saya menelepon bahwa rumah sakit meminta saya untuk kembali mengurus berkas-berkas maksimal pukul 16.00, karena setelah itu loket khusus untuk pengurusan tersebut tutup.

Saya pun kembali ke rumah sakit untuk mengurusnya. Saat mengurus, saya pun langsung dipanggil oleh bagian Penjaminan Biaya Rawat di RSUP Fatmawati. Saat itu, si bapak pegawai menyampaikan bahwa suami saya ini biaya untuk perawatannya dari mana? Saya bingung sekali saat ditanya seperti itu, karena saat di RSUD Pasar Minggu, tidak ada sama sekali mengenai pertanyaan tersebut.

Bahkan bagian SPGDT RSUD Pasar Minggu menyampaikan bahwa biaya perawatan ditanggung oleh Kemenkes. Saya pun menyampaikan kembali hal tersebut kepada si Bapak. Si Bapak bilang, bahwa ia ditanya oleh atasannya. Saya bilang saja, seharusnya ini kan soal biaya urusan pemerintah dan suami saya dinyatakan PDP oleh rumah sakit. Dinyatakan juga harus isolasi oleh rumah sakit, bukan atas dasar sendiri apalagi pemerintah menyampaikan bahwa biaaya ditanggung semua. Kemudian si bapak pun bingung sendiri dan menyampaikan akan menelepon saya kembali.

Saat itu saya heran dan menceritakan pada suami saya. Betapa alur informasi seperti ini pun juga belum jelas. Padahal suami saya sudah diklaim sebagai PDP. Setelah mengurus itu pun, saya kembali ke ruang isolasi dan menanyakan pada perawat yang jaga apakah saya perlu standby atau ada hal yang diurus lagi? Ternyata tidak, dan saya tinggal menunggu saja.

Akhirnya, Boleh Pulang ke Rumah

Senin, 16 Maret 2020, pukul 21.00 suami saya menelepon dan menyampaikan bahwa ia dan temannya yang juga diisolasi boleh pulang ke rumah. Dokter mengklaim bahwa dari hasil ronsen dan darah, tidak ada persoalan dan tidak mengarah pada corona. Namun, sebagai antisipasi dokter meingistruksikan agar suami saya diisolasi mandiri di rumah selama dua minggu sambil menunggu kepastian dari hasil test swab. Tidak boleh kemana-mana dan harus beristirahat untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Setelah itu, pukul 23.00 semua urusan di rumah sakit pun selesai. Saya dan suami kembali pulang ke rumah dengan menggunakan taxi.

Selama isolasi mandiri di rumah, ada beberapa hal yang saya lakukan. Saya tetap menjaga jarak dengan suami saya dan benar-benar menjaga kesehatan. Beberapa yang saya lakukan adalah seperti:

  • Tidak berdekatan atau menjaga jarak saat aktivitas di rumah
  • Berpisah kamar untuk sementara waktu
  • Menggunakan alat shalat (sajadah) berbeda
  • Makan dan minum menggunakan barang yang terpisah dan berbeda
  • Makan-makanan yang bergizi seimbang, memperbanyak sayur dan buah
  • Minum vitamin tambahan
  • Tidak mengkonsumsi atau membeli makanan dari luar rumah, kecuali yang sifatnya tertutup seperti biskuit atau camilan dan sayur atau buah untuk memasak

Saya pun juga diinstruksikan oleh kantor untuk bekerja dari rumah full selama dua minggu, walaupun kantor tidak full menerapkan WFH seutuhnya karena banyak pekerjaan kemanusiaan yang harus tetap dilakukan. Tapi untuk berjaga-jaga maka saya harus di rumah juga dua minggu.

Menunggu Hasil Test Swab

Berbeda dengan pejabat, karena rakyat sipil biasa, test swab pun tidak bisa langsung diberikan. Saat di rumah sakit, suami saya sempat bertanya pada perawat bagaimana nanti ia bisa tahu hasil test swab? Apakah akan dikabari ataukah nanti harus menghubungi? Jika harus menghubungi, maka menghubungi siapa?

Ternyata perawat tersebut juga tidak tahu pasti jawabannya. Ada yang bilang hubungi RS Fatmawati, ada yang bilang hubungi RS Pasar Minggu, ada juga yang bilang hubungi Dinas Kesehatan. Namun supaya berjaga-jaga pihak fatmawati pun memberikan nomer SPGDT pada suami saya.

Sampai dengan hari Kamis, hasil pun belum juga ada. Keluarga dan teman-teman sudah banyak yang menanyakan. Suami saya menelepon RSUP Fatmawati dan RSUD Pasar Minggu pun belum juga ada kabar.

Sampai akhirnya, di hari Jumat, suami saya mencari informasi lewat teman-teman jurnalis. Ada salah seorang yang memberikan nomor contact dokter, yang katanya sebagai Dirut di RSUD Pasar Minggu. Suami saya pun mengkontak dokter tersebut, namun ternyata si dokter sudah bukan lagi sebagai Dirut. Namun, dokter tersebut berbaik hati akan mencari informasi dan menanyakan lewat dokter yang menangani test swab di RSUD Pasar Minggu.

Sampai akhirnya dokter tersebut mencarikan informasi dan di malam hari disampaikan bahwa suami saya NEGATIF DARI VIRUS CORONA/COVID-19. Suami saya pun menanyakan tentang hasil test swab dari temannya yang jurnalis perempuan. Dokter tersebut pun mencarikan datanya, dan Alhamdulillah juga negatif.

Saya pun bersyukur sekali. Namun, walaupun hasilnya negatif sebagai upaya berjaga-jaga kami tetap melakukan upaya distancing. Sampai benar-benar aman minimal sampai dua minggu sejak test swab dilakukan.

Indonesia, Siapkah Melawan Corona?

Kalau teman-teman membaca cerita saya yang panjang lebar ini, teman-teman pasti akan menangkap bahwa sebenarnya pemerintah kita, Indonesia, belum benar-benar siap dan sigap menghadapi virus covid-19. Saya agak sedikit menyesal, kenapa tidak diantisipasi sejak awal kali virus ini ada dan benar-benar menutup berbagai aksesnya.

Terbukti bahwa ambulance gawat darurat masih minim, ruang isolasi terbatas, dokter terbatas, fasilitas juga masih belum maksimal, ditambah alur koordinasi pun (masalah pejaminan, masalah informasi hasil test swab) masih belum terkoordinasi dengan baik.

Terlepas dari itu semua, saya menghargai kerja keras para dokter, tenaga medis, dan seluruh pegawai yang ada di rumah sakit dalam melayani masyarakat. Tentunya itu butuh sebuah pengorbanan dan kekuatan hati.

Dari sini, saya ingin meyampaikan bahwa keterbatasan kita ini harus dipahami dengan baik. Walaupun pemerintah sekarang sedang menyiapkan berbagai fasilitas ekstra, seperti misalnya wisma atlet di Kemayoran, Rapid Test Masal, dan hal-hal lainnya, itu semua belum cukup kalau PDP dan Pasien Positif Corona semakin membludak. Tidak terbayang harus bagaimana lagi kerja tenaga kesehatan menghadapi hal ini. Ditambah, tidak semua masyarakat Indonesia terdidik dan mau bersabar untuk menghadapi berbagai kekurangan ini.

Jadi, tolong jaga kesehatan. Tetaplah di rumah kecuali ada hal penting dan darurat dilakukan bolehlah keluar. Tapi tidak untuk pergi keluar untuk mudik, jalan-jalan, apalagi sampai pelesiran keluar negeri seperti yang dilakukan pejabat-pejabat sekelas direktur BUMN di Cianjur.

Semoga cerita pengalaman ini bermanfaat! Jaga kesehatan diri dan keluarga, semoga Indonesia bisa segera melewati seluruh ujian ini.

Previous:
SAAT SUAMI SAYA DINYATAKAN SEBAGAI PASIEN DALAM PENGAWASAN CORONA
Next:
4 JENIS INVESTASI JANGKA PENDEK YANG COCOK UNTUK PEMULA

You might also enjoy

Peristiwa Bersama Abang Gojek, Profesional dan KemanusiaanPeristiwa Bersama Abang Gojek, Profesional dan Kemanusiaan
7 HAL YANG SAYA LAKUKAN UNTUK MENINGKATKAN SKILL DAN KUALITAS DIRI
Minyak DedakMEMASAK AMAN DAN SEHAT DENGAN MINYAK DEDAK

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

About Me

About Annisa

Annisa is blogger who loves writing about lifestyle, life experiences, personal thought, and everything that i want. As digital strategist at non profit organization and digital consultant for another social community, i care for humanity and universality. Annisa can contacted by e-mail finastricha@gmail.com.

Follow Annisa

Community

Blogger Perempuan

SEARCH

Read this blog at your mail

Enter your mail

Top Post

  • 25 PERTANYAAN QnA UNTUK LEBIH MENGENAL SAHABAT
    25 PERTANYAAN QnA UNTUK LEBIH MENGENAL SAHABAT
  • 15 PERTANYAAN RANDOM TENTANG DIRI SENDIRI
    15 PERTANYAAN RANDOM TENTANG DIRI SENDIRI
  • Cara Mudah Hilangkan Komedo dengan Biore Pore Pack Black
    Cara Mudah Hilangkan Komedo dengan Biore Pore Pack Black
  • PENGALAMAN KONSULTASI KE DOKTER GIZI, TERNYATA INILAH RESEPNYA AGAR TUBUH LEBIH SEHAT
    PENGALAMAN KONSULTASI KE DOKTER GIZI, TERNYATA INILAH RESEPNYA AGAR TUBUH LEBIH SEHAT

CATEGORIES

Archives


Instagram post 17934028237454721
Sejak kecil, mungkin saat saya sudah masuk TK, ibu saya sering kali membelikan buku-buku cerita bergambar. Mulai dari cerita dari negeri dongeng, kisah-kisah moral, hingga ke kisah-kisah Nabi dan Rasul dalam Islam.

Setiap pergi jalan-jalan, ibu menyempatkan mampir dan mengajak saya ke Toko Buku. Lihat-lihat dan membeli buku yang jadi pilihan saya.

Kebiasaan ini membawa saya jadi senang dengan buku, apalagi sejak mulai lancar membaca. Setiap minggu, saya selalu menagih ibu untuk membelikan majalah Bobo. Kalau ada uang lebih, sesekali saya juga minta dibelikan buku kumpulan cerpen.

Kenangan saat kecil yang suka dengan buku dan sering berimajinasi dengan cerita di dalamnya, membuat saya sadar bahwa saat nanti memiliki anak dan harus berkewajiban mendidik seorang anak, membiasakan anak membaca buku begitu penting.

Mereka tidak akan menyukai buku secara tiba-tiba jika sejak kecil tidak dipancing terlebih dahulu dengan orang tuanya.

Kalau usia saya saat ini masih anak-anak, mungkin aplikasi ini akan jadi salah satu favorit saya dan saya akan minta pada orang tua untuk setiap hari mengizinkan saya membaca buku cerita bergambar lewat aplikasi ini di gadget. Hehehe. Ya, aplikasi buku digital ini bernama Let’s Read.

Di zaman sekarang ini, sebenarnya enak banget. Baik orang tua, guru, pendamping anak, dan anak-anak sangat dimudahkan untuk membaca dan belajar.

Apalagi buku-buku digital yang ada di Let’s Read sangat banyak variannya. Jadi dari satu aplikasi saja, kita bisa memilih jenis cerita apa yang ingin kita bacakan atau anak lihat sendiri melalui aplikasi tersebut.

Anak-anak juga tentu akan senang karena buku digital Let’s Read memiliki gambar ilustrasi yang sangat menarik dan colourfull. Dengan melihat gambarnya saja, mereka sudah bisa berimajinasi dan mendapat wawasan baru.

Yuk ibu-ibu, bunda-bunda kalau mau tahu selengkapnya tentang aplikasi ini, check di blog post terbaru ideannisa.com ya. Selain itu, punya tips apalagi nih biar anak suka baca?

@letsread.indonesia @bloggerperempuan #LetsReadAsia #AyoMembaca #LetsReadxBloggerPerempuan

Instagram post 17880941939028130
Beberapa waktu lalu, di rumah kedatangan si box pink cantik yang udah pasti bisa ketebak dari mana kan? Ya, dari @sociolla.

Kali ini seneng banget, karena punya skincare lengkap untuk merawat kulit supaya lebih terhidrasi.

Jadi isi box ini ada:
❤️ Micellar Water dari @ariul_id
❤️ Body Lotion dari @klorane_idn
❤️ AHC Cleansing Foam dari @koreanaestheticskincare_id
❤️ Hydrating Mist Toner dari @sukinskincare_idn
❤️ Masker dari @mediheal_idn

Super lengkap buat bikin kulit tambah sehat dan lembap.
Tapi jangan salah ya. Supaya kulit bisa terhidrasi dengan baik, gak cukup cuma dengan skincare atau perawatan dari luar aja, tapi juga butuh perawatan dari dalam.

Caranya adalah dengan minum air mineral yang berkualitas dan teruji dengan baik.

Untuk mendukung wanita Indonesia merawat kulit agar selalu merawat kulit dan terhidrasi, Sociolla bersama dengan Aqua Reflections berkolaborasi menghadirkan edisi spesial Sociolla x Aqua Reflections yang botolnya didesign khusus dengan ciri khas Sociolla.

Saya salah satu yang beruntung karena bisa mendapatkan botol @aqua_reflections edisi spesial ini.

Btw, di botol Aqua Reflections x Sociolla ini ada QRCode yang bisa kamu scan juga lho! Ada voucher senilai Rp25.000 untuk belanja di Sociolla.

So, yuk dapetin Aqua Reflectionnya dan belanja skincare favorit kamu untuk menghidrasi kulit di @sociolla.com!

Instagram post 17892396910792819
Apa pertanyaan yang sering dilontarkan pada pasangan yang sudah menikah lebih dari dua tahun dan belum juga memiliki keturunan?
.
"Belum isi?"
.
"Kenapa belum isi? (Wajahnya sambil kayak bersedih gitu, sambil nepuk-nepuk bahu saya).
.
"Udah dua tahun ya nikah? Yang sabar ya, semangat terus pokoknya! Udah coba minum ini, minum itu..?"
.
Di kesempatan lain, dalam sebuah moment. Ada lagi yang nyeletuk-nyeletuk
.
"Kapan nih, (nyebut nama anaknya) punya temen?"
.
"Kayaknya lo stress deh.."
.
"Lo kerja terus sih, mikirin kerjaan terus, gimana mau jadi"
.
Biasanya sih, saya cuma ketawa. Sambil mengaminkan karena bisa saja emang mereka kasih doa tulus kan. Terus orang-orang ini, menyemangati dan menyuruh bersabar. Sambil ngasih nasihat-nasihatnya.

Ada dua respon sih dari semua itu.

Yang pertama: Terima kasih, sudah memperhatikan dan mendoakan yang terbaik.

Yang kedua, ada satu anggapan dari saya begini.

Kadang, orang lain melihat sepertinya kondisi pernikahan seperti ini menyedihkan. Sudah lebih dari dua tahun menikah belum juga dikaruniai keturunan.

Padahal, realitanya, belum tentu begitu.

Gak selalu, pasangan yang belum memiliki keturunan hidupnya gak sebahagia pasangan yang udah punya keturunan atau keturunan yang banyak.

Yang memiliki keturunan bisa merasa bahagia, bisa juga tidak merasa bahagia. 

Nyatanya ada juga yang stress dan pusing gak karuan setelah memiliki anak, padahal di sisi lain ada yang iri dengan kehidupannya karena ia belum juga dititipkan keturunan.

Menurut saya ini soal mindset dan gimana setiap detik kita bisa bersyukur dengan yang Allah SWT titipkan.

Yang mungkin perlu jadi highlight: life goals dan kebahagiaan masing-masing orang bisa aja berbeda. Gak selalu diukur dengan kacamata dan sudut pandang yang sama.

Jadi, gak semua orang menyedihkan saat belum atau tidak merasakan kebahagiaan yang seperti kita alami. Semua orang hidup dengan versinya, rezekinya, dan jalannya masing-masing.

Termasuk saya dan suami. Ada hikmah dan kebahagiaan lain yang menurut saya, masih Allah berikan untuk kami.

Selagi kita bisa menikmatinya, maka bersyukurlah. Semoga Allah menambah lagi nikmat-nikmat yang lain

Selamat menjalani hidup & bahagia versimu😎

Instagram post 17854740353362128
Mamahku, yang sampai anaknya gede masih suka tanya udah makan atau belum, makan apa, masak apa hari ini? Udah shalat atau belum? Ada aja yang dibawelin tiap ketemu 😂. Dan pastinya selalu berdoa yang terbaik untuk anak-anaknya.

Sebagai anak, mungkin banyak hal yang membuat beliau kecewa atau sedih. Kadang gak sesuai harapan atau keinginan. Tapi, berusaha sekecil apapun yang bisa dilakukan maka akan coba saya lakukan.

Semoga beliau diberikan kesehatan dan kebahagiaan dunia juga akhirat. Aamiinya Rabbal Alamiin.

Selamat Hari Ibu untuk seluruh perempuan dan ibu tangguh negeri ini ❤❤

#hariibu #hariibu2021

Instagram post 17849041115406067
Biasanya berapa lama dalam sehari kamu menatap gadget? Kalau saya, karena tuntutan pekerjaan mungkin bisa lebih dari 6 jam nih sehari.

Apalagi kalau yang ada di layar gadget itu babang Kim Soe Ho, alias Mas Han Ji Pyeong (tim Han Ji Pyeong mana suaranyaa?) Hehehe.

Walaupun itu risiko seorang pekerja digital, menatap layar gadget terlalu lama juga gak bagus. Harus diimbangi dengan mengistirahatkan mata plus konsumsi vitamin atau suplemen mata supaya mata tetap maksimal bekerja maksimal.

Selengkapnya, check di blog terbaru aku yuk di link: https://ideannisa.com/2020/12/01/cara-menjaga-mata-tetap-sehat/

Nah, kalau kamu gimana nih? Berapa lama menatap layar gadget dalam sehari? Dan punya tips tambahan gak biar mata tetap sehat dan gak stress?

Instagram post 18110146072175435
Eh, guys. Mau nanya deh, suka parno gak sih kalau badan tiba-tiba meriang? Apalagi kalau udah bersin-bersin atau batuk. Di tengah pandemi kayak sekarang ini, sedikit aja ada gejala gak enak di badan rasanya suka khawatir. Persis kayak kejadian kemarin, waktu tenggorokan saya sempat sakit. Langsung dalam hati bertanya-tanya, ini kenapa ya? Bukan Covid-19 kan? Untungnya mereda setelah beberapa hari dan gak sampai hilang penciuman.

Tapi kalau terlalu khawatir juga gak baik sih. Mending kita prepare dengan bangun gaya hidup sehat dan bikin hidup kita lebih fit. Misalnya aja, banyakin makan sayur-buah, olahraga ringan setiap hari, jauhi stress, dan lakukan hal yang menyenangkan biar psikis juga sehat.

Selain itu, saya suka tambahin minum suplemen @Vipro-G biar ada booster imun. Soalnya sekarang ini lagi banyak banget aktivitas dan kerja sampai malam. Suplemen ini juga bisa bantu untuk mengurangi radang tenggorokan dan anti radikal bebas.

Tentang pengalaman konsumsi Vipro-G, saya share di blog ya. Check link nya di bit.ly/ideannisa-viprog

Suplemen ini menarik soalnya pas pertama kali lihat, ada foto Raffi Ahmad-nya. Hehehe. Jadi emang ini sesuai dengan orang yang sibuknya kayak Raffi dari subuh-tengah malam.

Kalau kalian sendiri pernah parno-an kayak saya? Hehehe. Gimana cara ngadepinnya?

Instagram post 17900083378625641
Sudah pada tahu belum, kalau sekarang di Traveloka kita udah bisa beli asuransi. Salah satunya adalah beli asuransi dari FWD Life Asuransi Bebas Handal dan Asuransi FWD Cancer Protection, melalui Traveloka Protect.

Asuransi Bebas Handal adalah asuransi kesehatan berbasis syariah yang terjangkau dengan manfaat rawat inap komprehensif. Kontribusinya mulai dari Rp75.000 per bulan dan pilihan manfaat tahunan hingga Rp100 juta.

Sedangkan, FWD Cancer Protection adalah asuransi kanker terjangkau yang memberikan uang pertanggungan 100% saat diagnosis kanker dengan premi mulai Rp10.000 per bulan dan manfaat hingga Rp150 juta.

Waw banget kan, ada asuransi yang bisa kita beli mulai dari Rp10.000 per bulan aja? Jujur kalau saya sendiri, belum pernah membeli asuransi dengan harga premi Rp10.000. Tapi ini tentu sebuah terobosan agar lebih banyak lagi masyarakat yang memiliki proteksi. Thank you ya @fwd_id & @traveloka.

Selengkapnya sudah saya ulas di blog. Plus, ada sedikit ulasan chit chat dengan dr. Falla Adinda yang bahas juga tentang resiko penyakit kanker untuk masyarakat Indonesia. Mampir ya di ideannisa.com

#FWD #AsuransiMudahBeneran

Instagram post 17873375798052308
Menurut Mbak Githa Argasasmita, seorang financial planner, bukan hanya darurat saja yang
penting untuk kita siapkan, apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini.

Asuransi kesehatan dan asuransi jiwa juga penting banget untuk dipersiapkan supaya hidup kita dan keluarga lebih terproteksi.

Tapi sayangnya, banyak masyarakat Indonesia yang belum punya asuransi jiwa dan asuransi
kesehatan gara-gara males ngurus, males baca polis, dan tiap kali butuh urus-urus adminitrasi harus ke kantor asuransinya.

Well, sekarang udah ada cara gampangnya. Kalau kamu mendaftar sebagai nasabah @fwd_id  udah ada fitur eServices di aplikasi FWD MAX yang memudahkan kita urus-urus asuransi. Gak ada lagi tuh alasan ribet atau males keluar rumah buat mengurus asuransi.

Kebetulan, Jumat 16 Oktober 2020, saya ikutan Virtual Blogger & Media Online. Kita bahas apa itu eServices dan apa saja manfaatnya? Termasuk beberapa tips keuangan dari Mbak Githa Argasasmita.

Simak di blogpost terbaru saya, ya!
#FWD #FWDMax #FWDBeda


2021 blog by annisa Design by SkyandStars.co
Back Top

Copyright © 2021 · Yoon Theme on Genesis Framework · WordPress · Log in