• Home
  • About Me
  • Categories
    • Travelling
    • Beauty
    • Finance
    • Personal Thought
  • Welcome!
    • About Me
    • Annisa’s Tumblr
    • Personal Thought
    • Pernikahan
    • Beauty

Ideannisa

Personal Blog by Finastri Annisa

Healthy, Personal Thought

SAAT SUAMI SAYA DINYATAKAN SEBAGAI PASIEN DALAM PENGAWASAN CORONA (BAGIAN-2)

March 21, 2020 Leave a Comment

Cerita yang saya tulis di sini adalah lanjutan dari dari tulisan pertama saya yaitu SAAT SUAMI SAYA DINYATAKAN SEBAGAI PASIEN DALAM PENGAWASAN CORONA. Sebelum membaca ini, kalian bisa membaca dulu tentang kronologi bagaimana suami saya dinyatakan dokter sebagai Pasien dalam Pengawasan (Corona).

Menunggu Ambulance yang Tak Kunjung Datang

Sejak pukul 14.00 saya sudah berada di IGD RSUD Pasar Minggu. Pukul 19.00 saya pun sudah selesai mengurus administrasi rumah sakit. Biaya untuk keseluruhannya, dari RSUD Pasar Minggu menyampaikan bahwa ditanggung oleh Kementrian Kesehatan. Memang setahu saya, masalah Corona ini, pemerintah sudah menjamin dan menggratiskan untuk segala biaya. Walaupun tidak ditanggung pemerintah, saat itu kantor media suami saya sudah berjaga-jaga dan menyampaikan akan menanggung semua kebutuhannya.

Saya mulai gelisah dan sangat lelah saat waktu menunjukkan pukul 22.00. Saat itu saya mulai was-was karena ruang isolasi full dengan PDP. Saya pun mulai berpikiran, apa suami saya pulang saja sebagaimana wanita yang baru pulang dari Jepang itu dan memaksa rumah sakit untuk memulangkan? Saya pun diajak oleh suami dari jurnalis wanita teman suami saya untuk berbicara ke rumah sakit dan pulang saja. Kami tidak mau membiarkan menginap di sini dan bercampur baur di ruang sekecil itu.

Dokter yang berjaga saat itu (Dokter ketiga), sedikit marah dan berbicara dengan nada tinggi. Intinya tidak boleh dan kita harus menerima kekurangan rumah sakit. Saya pun hanya diam dan memasang wajah kesal karena sudah sangat lelah sekali. Saat itu kami pun bingung, apakah benar akan dipindah rawat ke RSUP Fatmawati? Sudah menunggu cukup lama dan tidak ada yang bisa memastikan kedatangan AGD. Tapi tidak ada yang bisa memastikan.

Akhirnya setelah bersabar cukup lama, menahan rasa kesal, dan memahami begitu hecticnya rumah sakit beserta seluruh dokter juga pegawainya, pukul 01.00 dini hari (Senin, 16 Maret), suami saya dipindahkan dari RSUD Pasar Minggu menuju RSUP Fatmawati. Karena mobil AGD hanya ada satu, itu pun bergantian dengan Mbak Jurnalis yang satunya, walaupun sama-sama ke Fatmawati.

Perlu diketahui bahwa, Mobil AGD itu sangat terbatas. Protokolnya ada banyak. Sebelum dan sesudah naik, mobil harus disemprot dulu dengan disinfectan. Harus dipastikan dulu bahwa mobil steril. Satu mobil hanya bisa mengangkut satu pasien dan satu bed sekaligus. Pelaksananya hanya ada dua. Satu driver dan satu yang berjaga di belakang. Itu pun mereka harus meggunakan Alat Pengaman yang super lengkap. Mulai dari masker, sarung tangan, kacamata, baju pelindung putih ditambah plastik luar. Bahkan sepatu yang digunakan pun juga dibungkus dengan pelastik.

Saya pun juga ikut untuk naik mobil AGD, membawa barang-barang, dan bersiap mengurus administrasi di RSUP Fatmawati. Selama di ambulance, saya merasa sangat lelah sekali, mata sudah mulai ingin menutup dan beristirahat. Tapi tidak bisa. Saya harus mendampingi suami saya sampai selesai seluruhnya.

Di Isolasi di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan

Kira-kira pukul 01.30 saya sudah berada di RSUP Fatmawati. Suami saya pun langsung masuk ke dalam ruang Isolasi khusus untuk Pasien Dalam Pengawasan Corona. Perawat pun menjelaskan bahwa ruang isolasi PDP berbeda dengan ruang isolasi bagai pasien yang sudah positif sehingga saya tidak perlu khawatir. Ruang isolasi pun juga cukup luas dan besar. Seperti biasa saya hanya bisa melihat suami saya dari luar yang dibatasi oleh pintu dan dinding kaca.

Selesai suami saya masuk ke dalam ruang isolasi, saya pun masih belum bisa untuk pulang. Tadinya saya berencana untuk kembali pulang setelah suami saya aman di ruang isolasi fatmawati. Ternyata saya masih harus mengurus berkas administrasi terlebih dahulu, tanda tangan, dan urusan lainnya. Jangan lupa ya, bagi kalian yang juga mengalami seperti saya, berkas-berkas seperti KTP, Kartu Keluarga, dan Kartu BPJS harus selalu dibawa kemana-mana. Karena pasti saat-saat seperti ini sangat dibutuhkan.

Selesai mengurus berkas, saya masih belum diperbolehkan pulang oleh perawat. Saya masih harus menunggu dokter jaga datang. Awalnya saya menolak karena saya sudah sangat kelelahan berjam-jam di rumah sakit, dan khawatir jatuh sakit. Tapi kembali lagi, perawat bilang saya harus bertemu dulu dokter jaga dan menjelaskan kondisi suami saya. Saat itu dokter jaga (bukan dokter spesialis), masih mengurus pasien-pasien di IGD lainnya.

Di rumah sakit saya pun tidak bisa tidur dan hanya diam di kursi, kadang duduk di lantai. Kebetulan saat itu juga bersama dengan suami mbak jurnalis perempuan yang juga sudah masuk ruang isolasi. Mau ngemil atau makan pun rasanya nggak enak. Jadi saya hanya diam saja menahan lelah sampai pukul 04.30. Dokter pun menanyakan kondisi suami saya pada saya dan meminimalisir interaksi dengan pasien. Pasien hanya diperiksa secara umum saja dan akan diperiksa oleh dokter paru di pagi/siang hari.

Setelah mengobrol dengan dokter pukul 04.30 lebih, saya pun langsung pulang ke rumah menggunakan taksi. Rasanya badan benar-benar lelah, kantuk sudah tidak bisa ditahan, dan seluruh badan rasanya pegal. Sekitar pukul 05.00 seusai shalat subuh, saya langsung tidur pulas dan baru terbangun kembali pukul 09.30.

Kembali ke Rumah Sakit di Siang Hari

Saat terbangun pukul 09.30 saya baru tersadar bahwa rumah sakit menelpon lebih dari 4 kali ke handphone saya. Saya tidak menyadari sama sekali. Pukul 10.00 suami saya menelepon bahwa rumah sakit meminta saya untuk kembali mengurus berkas-berkas maksimal pukul 16.00, karena setelah itu loket khusus untuk pengurusan tersebut tutup.

Saya pun kembali ke rumah sakit untuk mengurusnya. Saat mengurus, saya pun langsung dipanggil oleh bagian Penjaminan Biaya Rawat di RSUP Fatmawati. Saat itu, si bapak pegawai menyampaikan bahwa suami saya ini biaya untuk perawatannya dari mana? Saya bingung sekali saat ditanya seperti itu, karena saat di RSUD Pasar Minggu, tidak ada sama sekali mengenai pertanyaan tersebut.

Bahkan bagian SPGDT RSUD Pasar Minggu menyampaikan bahwa biaya perawatan ditanggung oleh Kemenkes. Saya pun menyampaikan kembali hal tersebut kepada si Bapak. Si Bapak bilang, bahwa ia ditanya oleh atasannya. Saya bilang saja, seharusnya ini kan soal biaya urusan pemerintah dan suami saya dinyatakan PDP oleh rumah sakit. Dinyatakan juga harus isolasi oleh rumah sakit, bukan atas dasar sendiri apalagi pemerintah menyampaikan bahwa biaaya ditanggung semua. Kemudian si bapak pun bingung sendiri dan menyampaikan akan menelepon saya kembali.

Saat itu saya heran dan menceritakan pada suami saya. Betapa alur informasi seperti ini pun juga belum jelas. Padahal suami saya sudah diklaim sebagai PDP. Setelah mengurus itu pun, saya kembali ke ruang isolasi dan menanyakan pada perawat yang jaga apakah saya perlu standby atau ada hal yang diurus lagi? Ternyata tidak, dan saya tinggal menunggu saja.

Akhirnya, Boleh Pulang ke Rumah

Senin, 16 Maret 2020, pukul 21.00 suami saya menelepon dan menyampaikan bahwa ia dan temannya yang juga diisolasi boleh pulang ke rumah. Dokter mengklaim bahwa dari hasil ronsen dan darah, tidak ada persoalan dan tidak mengarah pada corona. Namun, sebagai antisipasi dokter meingistruksikan agar suami saya diisolasi mandiri di rumah selama dua minggu sambil menunggu kepastian dari hasil test swab. Tidak boleh kemana-mana dan harus beristirahat untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Setelah itu, pukul 23.00 semua urusan di rumah sakit pun selesai. Saya dan suami kembali pulang ke rumah dengan menggunakan taxi.

Selama isolasi mandiri di rumah, ada beberapa hal yang saya lakukan. Saya tetap menjaga jarak dengan suami saya dan benar-benar menjaga kesehatan. Beberapa yang saya lakukan adalah seperti:

  • Tidak berdekatan atau menjaga jarak saat aktivitas di rumah
  • Berpisah kamar untuk sementara waktu
  • Menggunakan alat shalat (sajadah) berbeda
  • Makan dan minum menggunakan barang yang terpisah dan berbeda
  • Makan-makanan yang bergizi seimbang, memperbanyak sayur dan buah
  • Minum vitamin tambahan
  • Tidak mengkonsumsi atau membeli makanan dari luar rumah, kecuali yang sifatnya tertutup seperti biskuit atau camilan dan sayur atau buah untuk memasak

Saya pun juga diinstruksikan oleh kantor untuk bekerja dari rumah full selama dua minggu, walaupun kantor tidak full menerapkan WFH seutuhnya karena banyak pekerjaan kemanusiaan yang harus tetap dilakukan. Tapi untuk berjaga-jaga maka saya harus di rumah juga dua minggu.

Menunggu Hasil Test Swab

Berbeda dengan pejabat, karena rakyat sipil biasa, test swab pun tidak bisa langsung diberikan. Saat di rumah sakit, suami saya sempat bertanya pada perawat bagaimana nanti ia bisa tahu hasil test swab? Apakah akan dikabari ataukah nanti harus menghubungi? Jika harus menghubungi, maka menghubungi siapa?

Ternyata perawat tersebut juga tidak tahu pasti jawabannya. Ada yang bilang hubungi RS Fatmawati, ada yang bilang hubungi RS Pasar Minggu, ada juga yang bilang hubungi Dinas Kesehatan. Namun supaya berjaga-jaga pihak fatmawati pun memberikan nomer SPGDT pada suami saya.

Sampai dengan hari Kamis, hasil pun belum juga ada. Keluarga dan teman-teman sudah banyak yang menanyakan. Suami saya menelepon RSUP Fatmawati dan RSUD Pasar Minggu pun belum juga ada kabar.

Sampai akhirnya, di hari Jumat, suami saya mencari informasi lewat teman-teman jurnalis. Ada salah seorang yang memberikan nomor contact dokter, yang katanya sebagai Dirut di RSUD Pasar Minggu. Suami saya pun mengkontak dokter tersebut, namun ternyata si dokter sudah bukan lagi sebagai Dirut. Namun, dokter tersebut berbaik hati akan mencari informasi dan menanyakan lewat dokter yang menangani test swab di RSUD Pasar Minggu.

Sampai akhirnya dokter tersebut mencarikan informasi dan di malam hari disampaikan bahwa suami saya NEGATIF DARI VIRUS CORONA/COVID-19. Suami saya pun menanyakan tentang hasil test swab dari temannya yang jurnalis perempuan. Dokter tersebut pun mencarikan datanya, dan Alhamdulillah juga negatif.

Saya pun bersyukur sekali. Namun, walaupun hasilnya negatif sebagai upaya berjaga-jaga kami tetap melakukan upaya distancing. Sampai benar-benar aman minimal sampai dua minggu sejak test swab dilakukan.

Indonesia, Siapkah Melawan Corona?

Kalau teman-teman membaca cerita saya yang panjang lebar ini, teman-teman pasti akan menangkap bahwa sebenarnya pemerintah kita, Indonesia, belum benar-benar siap dan sigap menghadapi virus covid-19. Saya agak sedikit menyesal, kenapa tidak diantisipasi sejak awal kali virus ini ada dan benar-benar menutup berbagai aksesnya.

Terbukti bahwa ambulance gawat darurat masih minim, ruang isolasi terbatas, dokter terbatas, fasilitas juga masih belum maksimal, ditambah alur koordinasi pun (masalah pejaminan, masalah informasi hasil test swab) masih belum terkoordinasi dengan baik.

Terlepas dari itu semua, saya menghargai kerja keras para dokter, tenaga medis, dan seluruh pegawai yang ada di rumah sakit dalam melayani masyarakat. Tentunya itu butuh sebuah pengorbanan dan kekuatan hati.

Dari sini, saya ingin meyampaikan bahwa keterbatasan kita ini harus dipahami dengan baik. Walaupun pemerintah sekarang sedang menyiapkan berbagai fasilitas ekstra, seperti misalnya wisma atlet di Kemayoran, Rapid Test Masal, dan hal-hal lainnya, itu semua belum cukup kalau PDP dan Pasien Positif Corona semakin membludak. Tidak terbayang harus bagaimana lagi kerja tenaga kesehatan menghadapi hal ini. Ditambah, tidak semua masyarakat Indonesia terdidik dan mau bersabar untuk menghadapi berbagai kekurangan ini.

Jadi, tolong jaga kesehatan. Tetaplah di rumah kecuali ada hal penting dan darurat dilakukan bolehlah keluar. Tapi tidak untuk pergi keluar untuk mudik, jalan-jalan, apalagi sampai pelesiran keluar negeri seperti yang dilakukan pejabat-pejabat sekelas direktur BUMN di Cianjur.

Semoga cerita pengalaman ini bermanfaat! Jaga kesehatan diri dan keluarga, semoga Indonesia bisa segera melewati seluruh ujian ini.

You might also enjoy

CARA MENGOBATI SARIAWAN TANPA SAKIT DENGAN ALOCLAIR PLUS
Belajar Adil dalam Menilai
KITA HANYA MANUSIA
Previous:
SAAT SUAMI SAYA DINYATAKAN SEBAGAI PASIEN DALAM PENGAWASAN CORONA
Next:
4 JENIS INVESTASI JANGKA PENDEK YANG COCOK UNTUK PEMULA

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

About Me

About Annisa

Annisa is Digital Marketing Lecturer and Practitioners who loves blogging and writing. You can contact Annisa by mail at finastricha@gmail.com

Read this blog at your mail

Enter your mail

Follow Annisa

SEARCH

Artikel Lainnya

Categories

Ideannisa Podcast

Community

Blogger Perempuan


Instagram post 17936993632993078
Family portrait in Idul Fitri 2022
By @jonasphotoid, Bandung's favorite photo studio

Instagram post 17924827904168942
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1443H
Taqabalaullahu minna wa minkum.
Mohon maaf lahir dan batin. Semoga ibadah kita di bulan Ramadan diterima oleh Allah SWT

Alhamdulillah bisa bertemu lebaran kembali. Semoga kita juga bisa mengambil esensi dari Idul Fitri 😀🙏

Instagram post 17910020327255202
Pernah nyobain treatment di salah satu klinik kecantikan dan salin gitu, buat bersihin white comedo di wajah. Hasilnya ya lumayan sih, komedo kecabut, tapi wajah jadi merah-merah, dan pas dicabut gitu sakitnya minta ampun.

Gak lagi-lagi akhirnyaaa dan memilih pake semacam comedo strap buat bersihin. Tapi gak bersih total juga. Masih aja ada yg membandel. Skincare yg dipake selama ini juga kayaknya belum bener-bener optimal buat bersihin komedo.

Sampai akhirnya ketemu nih sama program Comedoless & Poreless dari @erha_ultimateacnecure. Penasaran dan bener-bener pengen banget bersihin komedo, akhirnya aku nyobain langsung treatment yang Comedo Peeling.

Treatment ini aku rasanya cocok banget. Soalnya metodenya adalah pengelupasan kulit wajah untuk yang berminyak dan suka beruntusan. Ya udah lah yaaa, itu kulit gw bangeeet! 😂😂

Treatment kurang lebih 30 menit + 20 menit konsultasi jadi treatment paling membagiakan karena jadi tahu kondisi kulit plus dokter ngasih rekomendasi produk yang tepat.

Thanks to dr Evelyne yang udah mentreatment dan kasih konsultasi. Kalau kata dr Evelyne, kulit wajah saya masih aman. Flek hitam belum ada, jerawat juga ga parah, cuma tinggal beruntusan aja yang suka muncul.

Gak pake sakit, gak pake perih, udah lah ya treatment bersihin komedo dan wajah di Erha aja.

Btw review lengkap ada di blog yaaa. Click aja di bioo. Siapa tahu mau nyobain biar kulit makin glowing 😍

#UACSquad

Instagram post 17916938369065428
Welcome to 2022!

Semoga kita bisa seperti Yamaha
"Selalu di Depan. Dan Seperti Polytron, yang "Memang Canggih. 💪🏻😌

Kalau kata Nike, Just Do It, aja lah. Dan kata Tokopedia, Mulai Aja Dulu.

Bismillah😄🙏

Instagram post 17938347916740275
Kali ini nyobain produk skincare Scarlett Whitening untuk Acne Series. Sebenernya kulit wajah saya gak teralu berjerawat, tapi beruntusan dan suka muncul jerawat pas mau PMS. Kadang gede-gede juga tuh jerawat yang muncul 🥲🥲.

Buat teksturnya lumayan cepet menyerap di wajah dan ada wangi yang bikin relax. Sejauh ini, paling nyaman dan rajin pake night cream nya. Siang suka lupa bund 😅 

Sebelumnya nyobain facial wash dan serumnya. Ternyata cocok, lanjut sampai sekarang. Nah, yang acne night cream dan day creamnya juga cocok. Gak ada masalah dan jerawat lumayan berkurang menjelang PMS.

Secinta itu aku tuh sama @scarlett_whitening. Beneran suka sama produknya, jauh sebelum Song Jong Ki jadi Brand Ambassador😜.

Jujur aja dulu suka banget beli beli ambil ambil body treatment atau skincare di supermarket. Tapi gak cocok buang atau kadang males pake.

Sama scarlett, mulai dari body treatment, hair treatment, sampai skincare gatau deh udah habis berapa botol😂.

So far, the best product yang paling aku suka adalah: Facial Wash, Shampoo yang ada Sea Saltnya itu wanginya enak banget, Body Lotion yang  Freshy & Jolie, dan Body Wash yang Cucumber.

Ada yang sama kayak aku, suka sama Scarlett Whitening juga?

Instagram post 17894266649418005
Lagi decluttering memory handhphone, ternyata banyak foto-foto bertiga @gandinious @cintamaulida yang isinya pipi semua😆😆😆

Setidaknya cukup menggambarkan kalau mereka ini ada di perjalanan hidup saya 🥰🥰. Bedanya yang foto pertama udah ada member baru dengan pose tidur tapi pusing kepala. Wkwkw.

Daripada disimpen dan terlupakan gitu aja, jadi mari kita upload aja.

Ditambah ini IG juga jarang diisi dan diupload foto. Jadi next mau upload memory masa-masa bahagia. Biar ga numpuk di laptop atau memory handphone aja.

Foto slide terakhir, ceritanya waktu mau ke Cianjur ketemu @fitrianurainis sebelum dia ke Jerman. Ngejar kereta ke Bogor sampai lari-lari gegara kesiangan.

Kita bertiga minta nasihat pernikahan sama suhunya langsung dan emang belum pada nikah 😂. Terus foto bareng pake hijab brand sendiri. Hahaha. Ada yg masih inget namanya?

#sliceoflife #memoryofmine

Instagram post 17899099451233861
Tentang childfree yang kemarin-kemarin ramai dibicarakan dan membuat saya berusaha untuk memahaminya dari sudut pandang sendiri.

Semoga kita saling menghargai 😀🙏

Instagram post 17970956890425747
Abis nonton Blood Red Sky di Netflix, jadi terpikir aja kalau di tengah krisis atau konflik suka muncul karakter atau tipe-tipe orang kayak gini.

Yang mana ya kalau kita? 😬

Anyway, film ini seru dan menguras emosi. Bisa dibilang film thriller tapi juga ada sisi humanisnya. Buat yang ga suka darah, harap berhati-hati ya karena adegan berdarah-darahnya lumayan banyak.

Tapi kalau kamu suka Train to Busan, Into The Night, The Rain Series, mungkin bakalan suka juga sama film ini. Karakter seperti ini juga psti ada di film-film lainnya kok.

Penasaran buat nonton? Check dulu tipe-tipe karakter orang dari Blood Red Sky ini👍


Design by SkyandStars.co