Beberapa kali saya pernah merasa insecure dan over thinking sama diri sendiri setiap akan membuat sebuah content yang benar-benar hasil pikiran dan hati, baik untuk social media atau pun di blog pribadi Seperti ada perasaan khawatir takutnya ada judgement dari orang lain yang bikin nyesek, takut gak sesuai sama kebanyakan orang, atau kadang ngerasa kalau content yang saya buat itu gak layak untuk dinikmati. Padahal, sebenarnya saya bisa jalani hidup apa adanya, menjadi diri sendiri, tanpa syarat ketentuan dari orang lain. Asalkan, kita bisa bertanggung jawab atas apa yang kita bagikan.
Mungkin hal ini karena saya pernah punya pengalaman buruk saat berbeda pandangan dan pendapat dengan orang lain. Kejadian ini pernah saya alami, dulu saat di masa SMA. Perbedaan pendapat ini sampai membawa saya dimusuhi oleh banyak teman, dituduh macam-macam, sampai pernah dijauhi juga oleh beberapa orang terdekat saya. Padahal, hanya karena masalah pendapat dan keyakinan, semuanya jadi runyam. Sejak saat itu, saya sedikit menahan diri, tidak bisa mengeluarkan apa isi hati dan pikiran terdalam, karena kekhawatiran dihakimi dan dijauhi oleh lingkungan terdekat.
Tapi lambat laun, saya mulai belajar tentang bagaimana seharusnya kita percaya dengan diri kita sendiri. Kalaupun salah, kalaupun ada sesuatu yang kurang tepat, tentu sebagai manusia kita bisa memperbaikinya. Kita bisa berubah lebih baik karena tidak ada manusia yang tanpa cacat. Kalau kita terkungkung oleh belenggu tersebut, kreativitas tidak akan keluar, begitupun dengan hal-hal atau pengalaman baru tidak akan pernah saya dapatkan. Saya pun mulai melihat di sosial media bahwa ada banyak orang-orang yang membagikan hasil pemikiran dan hatinya begitu gamplang di sosial media, tanpa khawatir di judgement oleh banyak orang. Apalagi kalau yang dia bagikan itu juga punya nilai manfaat dan menginsipirasi orang banyak.
Belajar dari Mbak Kalis Mardiasih
Salah satu orang yang membuat saya belajar tentang hidup itu gak perlu takut apa kata orang lain adalah Mbak Kalis Mardiasih. Menurut saya, dia begitu gamblang membagikan apa yang jadi pemikiran pribadinya kepada banyak orang, salah satunya lewat sosial media. Tanpa basa-basi dan tanpa kepura-puraan, ia menyampaikan keyakinannya tentang kesetaraan antara wanita dan laki-laki. Bahwa wanita juga punya peran yang sama sebagaimana laki-laki. Bisa berkarya, bisa bermanfaat untuk umat, dan tentunya tetap tidak meninggalkan fitrah dari Tuhan untuk wanita.
Di sisi yang lain, ada banyak orang-orang yang menghujat beliau karena tidak sependapat. Ada yang sampai komen dengan kata-kata kasar, bahkan menghakiminya atas nama agama dan Tuhan. Tapi beliau tetap santai menghadapinya, bahkan malah semakin semangat membagikan pemikiran-pemikirannya. Tak jarang, ia juga dibahas di beberapa akun social media yang kontra dengan pendapatnya, namun semuanya seakan tidak berpengaruh.
Walaupun saya tidak 100% sepakat dengan argumentasi dan content yang mbak Kalis buat, tapi dalam hal ini saya begitu salut dengan beliau. Salah satu influencer yang menyampaikan pendapatnya straight forward alias tanpa tedeng aling-aling. Bodo amat dengan apa yang orang lain bilang dengan dirinya. Pendapat dilawan dengan pendapat, pengetahuan diuji dengan pengetahuan, dan itulah yang saya lihat serta pelajari dari beliau.
Dari Mbak Kalis, saya juga belajar tentang hidup yang apa adanya. Saya masih ingat, bagaimana saat ia menikah dengan suaminya (Agus Magelangan). Acara resepsi ia sebut dengan syukuran biasa, menggunakan kebaya sederhana, makeup yang sederhana, dan suaminya juga hanya menggunakan batik. Mungkin jika dibandingkan dengan tamu yang datang, ada yang pakaiannya lebih “wah” daripada pengantin. Hehehe. Tapi itulah, hidup tanpa syarat ketentuan orang lain, tanpa kepura-puraan, tanpa basa-basi, menjadi diri sendiri apa adanya. Di tengah banyaknya influencer yang mungkin mengadakan berbagai pesta lebih mewah, tapi Mbak Kalis tetap selow, dengan kondisi dirinya sendiri. Tidak memaksakan untuk pencitraan palsu, apalagi membuat keadaan yang tidak real.
Belajar Menjadi Blogger Tanpa Kepura-Puraan
Saat ini saya hidup sebagai seorang Digital Strategist di sebuah NGO. Di sisi lain saya juga seorang blogger yang senang menuliskan tentang kehidupan sehari-hari saya. Sebagai seorang blogger lepas, saya juga belajar dari Mbak Kalis banyak hal.
Pertama, saya belajar untuk menuliskan apapun yang saya pikirkan dan saya yakini selama hal tersebut mampu saya pertanggungjawabkan kebenarannya. Bukan suatu yang palsu apalagi mengada-ngada. Ini juga yang saya harus lakukan, ketika blog saya diajak bekerja sama dengan sebuah brand atau mungkin produk tertentu. Yang saya yakini benar akan saya tulis secara objektif tanpa harus mengada-ngada. Bahkan tidak perlu bekerja sama kalau memang hati kita tidak terpaut dengan brand atau produk tersebut.
Kedua, saya juga belajar untuk hidup tanpa kepalsuan. Misalnya saja, sebagai seorang blogger kita juga harus mengoptimasi sosial media. Tentunya tidak perlu membeli follower palsu, mereka-reka kondisi blog yang padahal tidak sesuai kenyataan, demi bisa mendapatkan keuntungan. Dari mbak Kalis saya belajar, bahwa setiap orang punya keunikan sendiri. Keunikan tersebut akan mengundang orang-orang dengan interest yang sama terhadap kita. Jadi tidak perlu lakukan berbagai hal palsu, karena kerja keras kita dan keunikan kita akan mengundang keuntungannya sendiri.
Ketiga, menulis di blog adalah hak semua orang. Selagi tidak merugikan orang lain, tentu tidak masalah kalau kita mencurahkan apapun yang jadi bagian dari diri kita. Sekali lagi, jika tidak merugikan orang lain, maka sebenarnya sah-sah saja. Kadang saya terlalu over thinking. Sering kali takut jika dibilang terlalu berlebihan, terlalu curhat, dan hal-hal lain yang menghambat saya berkembang. Tentu semua itu sedang saya perbaiki dan kikis secara perlahan.
Keempat, saya belajar juga bahwa kita tidak bisa menjadi baik di hadapan semua orang. Sebaik-baiknya kita dihadapan orang tertentu, pasti ada saja yang tidak suka. Pasti ada saja yang menghakimi, menganggap remeh, dan mungkin ingin menjatuhkan dengan berbagai cara. Saya yakini saat ini, khususnya saat dalam bekerja dan menulis. Bagaimanapun, saya hanyalah manusia biasa yang membahagikan diri sendiri dan berbuat baik dihadapan Tuhan saja juga masih punya banyak PR. Apalagi untuk membahagikan dan menjadi baik dihadapan orang.
Termasuk saat harus menulis di blog. Wajarlah jika ada perbedaan pendapat dengan banyak orang. Memang begitulah manusia. Dan kalau semua manusia atau blogger menulis hal yang sama, lalu buat apa ada banyak blogger di dunia ini kan? Hehehe. So, lakukan saja apa yang saya yakini benar, apalagi jika mampu memberi manfaat atau menginspirasi orang lain.
Tentang menjalani hidup apa adanya dan tanpa syarat ketentuan orang lain, saya juga belajar banyak dari value yang dibagikan oleh IM3 Ooredoo, yaitu provider yang sudah saya gunakan sejak hampir 17 tahun lamanya (nomor saya sejak SMP gak ganti-ganti, hehehe). Untuk itu, check dulu video ini ya. Ini salah satu video yang juga menginspirasi saya supaya hidup tanpa kepura-puraan.
Lihat video tersebut, tentu saya jadi terinspirasi bahwa hidup itu begitu ringan, damai, dan bahagia kalau kita menjalani dengan simple. Yang membuat semuanya jadi berat adalah saat kita berpura-pura menjadi orang lain, menyembunyikan jati diri sendiri, dan membuat hal-hal palsu yang sebenarnya tidak ada dalam diri kita. Kita pun akhirnya jadi takut semua itu terbongkar.
Untuk melengkapi hidup saya yang juga sedang belajar untuk percaya pada diri sendiri dan hidup apa adanya, IM3 Ooredoo juga akan menghandirkan produk telekomunikasi yang simple, bebas syarat ketentuan seperti Freedom Internet. Tentunya, ini akan sangat membantu bagi saya yang bekerja di dunia digital dan sebagai seorang blogger yang sehari-hari sangat membutuhkan kebebasan untuk berinternet. Sedikit saja internet terganggu, tentu kebebasan untuk menulis, kebebasan untuk mencari informasi pasti akan terhambat.
Terima kasih IM3 Ooredoo telah memberikan inspirasi lewat value yang sedang diangkat saat ini. Semoga saya bisa terus menjalani hidup #TanpaSyaratKetentuan orang lain dan mengekspresikan diri dengan sebenar-benarnya.
Indrifairy says
Betul sekali mba, godaan paling berat buat blogger adalah harus tetap menjadi diri sendiri apalagi saat mereview sesuatu, semoga bisa tetap amanah dalam berkarya
Bambang Irwanto says
Kalau saya saat menulis sesuatu, saya akan menulis “menurut saya atau sesuai pengalaman saya”. Jadi sejak awal saya sudah menegaskan, apa yang saya tulis sesuaoi pandangan atau apa yang saya alami. Karena segala sesuatu memang terkadang berbeda, saat dilihat dari sudut andang berbeda juga. Bisa saja tulisan saya ini pas, tapi orang lain tidak hehehe.
Ade UFi says
Bener, Mba apa yang kita lakukan bahkan samapi kita tulis itu ada pertanggungjawabannya di akhirat. Kalau nulisnya tipu-tipu khawatir ga lolos ujian akhirat. Mending apa adanya aja ya, Mba. saya juga menggunakan Indosat buat urusan ngeblog. soalnya di rumah kualitas sinyalnya yang paling cakep.
Kartika says
Sepakat mbak. Aku juga berusaha jujur dalam setiap tulisan saya. Meski kadang menulis tentang hal-hal retjeh tapi saya bisa bangga mengakuinya. Pengennya sih pembaca bisa relate dengan tulisan saya ☺
Eni Rahayu says
yes mbak, setuju banget, hidup ini simple jika dijalani apa adanya tanpa kepura-puraan. memang ya berpura-pura itu bikin lelah hati dan pikiran. Mending menjadi diri sendiri. Eh aku baru tahu nih mbak Kalis, kisahnya kok kayaknya bagus untuk diikutin ya
Thanks for sharing
Mutia Ramadhani says
Blogger bikin kita menjadi apa adanya ya mba. Kita bisa saling memotivasi dan menginspirasi. Saya belajar banyak dari postingan teman-teman blogger yang bermanfaat. Emang hidup tanpa S&K Berlaku itu jauh lebih afdol dan lebih indah.
Taumy Alif says
Iya nih. Sebagai blogger, artikel yang kita tulis selalu berdasarkan pengalaman diri. Kalau saya sih lebih senang berdasarkan pengalaman langsung. Tanpa pura2.
BayuFitri says
Nah setuju bngt nih hidup apa adanya lebih melegakan ya kak jadi diri sendiri dan bisa lakukan yg sesuai dengan kata hati top lah..
Kurnia amelia says
Ya memang lebih enak jalani hidup apa adanya sih ya, kita juga harus bisa memfilter apa kata orang lain hehe soale orang lain hanya bisa berkomentar tanpa tahu lebih dalam diri kita. Soa, senyamannya aja jalani hidup ini mah.
Yeni Sovia says
Aduh aku kalau sampai dihujat dan ada yang berkata kasar ama aku di media sosial. Pasti bikin aku baper itu. Tapi dipikir-pikir capek juga sih denger kata orang dan ngikutin kata orang. Mending jadi diri sendiri ya mba jalani hidup apa adanya dengan rasa bahagia. Seperti taglinenya ime ooredooo tanpa kepura-puraan ?
Selvijua says
Jadi terinspirasi, untuk menjadi dirimu sendiri. Semuanya tanpa kepuraan jadi tanpa beban. Mantap nih tulisannya jadi lebih semangat.
Dian Restu Agustina says
Memang sulit hari gini jalani hidu tanpa syarat ketentuan. Tapi kalau kita jalankan rasanya hidup bakal tanpa beban. Mengalir dan jadi diri sendiri itu bikin hepiii
Mei Wulandari says
Mbak Kalis Mardiasih ini juga salah satu idolaku Kak, seperti yang diajarkan dan sharingnya tuh tentang pengalaman hidup. Keren. Jadi blogger juga gitu ya, harus jujur dan pede aja kali, hehehe tosss dong jalani hidup apa adanya
Devi says
Menjalani hidup tanpa syarat dan ketentuan dari orang lain bakal lebih hepi ya mbak. Nggak usah pusing untuk selalu menyenangkan orang lain. Yang penting diri sendiri seneng dulu, insyaAllah senengnya bisa menular ke orang-orang sekitar.
Putri Istiana says
terimakasih ba sudah diingatkan kalo kita tidak perlu terlalu khawatir tentang pandangan orang terhadap tulisan kita.. kadang aku masih merasa insecure dengan blogger blogger yang sudah hebat:’)
Faisol Abrori says
Saya lebih suka hidup yang seperti itu sih mbak, tanpa di remot – remot siapapun, karena sejatinya, itulah diri saya sendiri. Makasih buat tulisannya. Salam kenal ya
Lidia says
Sebenernya simpel aja ya mb kalau kita mau menjadi diri sendiri, apa adanya. Hidup jadi lebih enteng dan tenang. Kalau untuk M3 saya juga langganan banget dari nomornya masih sedikit hihi.
Rhoshandhayani ? says
iya nih, aku juga mau jadi blogger yang apa adanya
branding memang perlu sih, tapi gak perlu alay hingga membohongi diri sendiri
yang unik itu lebih dinanti
ilham sadli says
jujur dari hati adalah kunci untuk menjalani hidup, baik itu membuat konten atau sejenisnya. Ketika seorang penulis bisa jujur dengan dirinya sendiri, tentunya tulisan tersebut akan mudah dimengerti pembaca. cmiiw
Shisca Elliza says
Sepakat untuk katakan tidak pada kepura-puraan mba.
Sebagai blogger nubie, aq pun masih belum pada tahapan peduli dengan DA/PA, ataupun Mencoba mencontoh perolehan dan gaya blogger lain.
Fokus pada memperbaiki kualitas tulisan dan meningkatkan kemanfaatan lewat tulisan