Rasanya udah basi ya kalau bilang bahwa gak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Semua orang juga tahu. Tapi kenyataannya gak semua bisa menempatkan “ketidaksempurnaan” manusia ini dengan baik.
Ada yang karena sudah saking kagumnya dengan seseorang, semua hal mengenai orang tersebut dianggap baik. Atau mungkin sebaliknya, ketika salah menempatkan bahwa manusia itu ada sisi baiknya, dianggap ketika ada yang buruk maka dianggap semua hal dari orang tersebut adalah buruk.
Kadang kebencian kita itu lahir bukan saja karena ada dendam atau pengalaman buruk yang lahir. Tapi juga karena ketidakmampuan kita menempatkan manusia sebagaimana mestinya.
Sama juga ketika kita menempatkan sebuah organisasi dalam kehidupan. Organisasi hanyalah sekumpulan manusia. Di dalamnya ada tujuan dan value. Tujuan dan value bisa berubah, bisa berganti, bergantung pada orang-orang yang ada di dalamnya. Bergantung orang-orang yang membawa kapal tersebut akan diarahkan kemana.
Tapi hidup manusia tidak bisa bergantung pada sesama manusia atau pada organisasi. Memang manusia adalah makhluk sosial, saling membantu dan menolong, tidak bisa hidup sendirian. Namun manusia juga punya jati diri. Ia harus mampu bertahan di dalam kondisi apapun, walaupun tak ada orang yang saat itu peduli dengannya. Orang-orang boleh pergi dalam hidup manusia, organisasi boleh saja membuang orang-orang yang tidak penting, membahayakan, potensi menghancurkan, dan apapun itu, namun yang tahu sebenar-benarnya adalah dirinya sendiri. Selagi punya value yang kuat, manusia akan bertahan dan tetap bangkit dikala terpuruk.
Dari perjalanan hidup saya sampai sekarang, rasanya banyak sekali hikmah dan pelajaran yang saya terima. Sejak SMP saya sudah bergabung dalam organisasi islam. Mungkin kalau dalam islam dikenal dengan istilah harakah islamiah. Mengikuti organisasi dengan idealisme yang tinggi bahkan menjadikannya sebagai cita-cita tertinggi. Tapi lagi-lagi hal tersebut berganti menuju idealisme lainnya ketika organisasi lain menawarkan hal yang baru. Yang saya rasa lebih menjawab persoalan. Bertahun-tahun hidup dalam lingkungan yang semuanya mengarah pada hal yang sama dalam kenyamanan. Bahagia? Ya, bahagia sekali. Tapi lagi-lagi tidak ada yang sempurna.
Tapi sekali lagi, itu wajar karena tidak ada manusia yang sempurna. Organisasi, tempat bekerja, keluarga, tidak ada yang menawarkan kesempurnaan. Saya menerima hal tersebut sampai saat ini. Menempatkannya sebagai hal yang sangat berharga boleh-boleh saja. Tapi menjadikannya sebagai hal yang utama hingga menilai orang-orang di luar idealismenya, di luar kelompoknya, dan di luar penganutnya sebagai sesuatu yang salah saya pikir itu berlebihan.
Karena tidak ada yang sempurna, maka manusia berhak memilih mana yang menurutnya paling baik. Manusia juga berhak memilih mana yang sesuai dengan preference dirinya. Preference adalah fitrah. Kalau semua manusia dikasih hal yang sama, maka tidak akan muncul keberagaman. Untuk itu jangan mudah judge orang hanya karena berbeda dengan dirimu. Jangan putus tali silahturahmi yang sudah terbangun lalu rusak karena hal-hal yang kau anggap berbeda dengan prinsip dan keyakinanmu.
We are human! Kamu punya kurang. Aku punya kurang. Kelebihan kita biarlah menjadi pelengkap. Bukan untuk jadi hal untuk saling menyombongkan diri atau saling menjatuhkan.
Saat ini, zamannya manusia saling berkolaborasi. Kamu dan Aku boleh saja berbeda pendapat, pandangan, value, dsb. Tapi jika kita bisa sama-sama menuju hal yang sama, mengapa tidak bisa kita berjalan bersama? Kau tak perlu jadi aku. Aku pun juga tak perlu jadi kamu. Cukup kita saling menghargai.
Atau memang jiwa-jiwa egois itu sudah ada dalam diri, sehingga untuk berjalan bersama dengan perbedaan sampai tidak mau dilakukan? Atau kita sudah merasa menang sendiri? Sehingga yang benar hanyalah kita. Sedangkan yang lain, yang berbeda, yang memilih jalan berbeda harus dijauhi karena membahayakan perjalanan hidupmu?
Mungkin tidak ada kata kompromi dan bertoleransi dalam kamus hidupmu.
Setiap tempat selalu ada warna, cerita, dan hal-hal yang berbeda. Adakah yang sempurna? Tidak! Semuanya ada yang baik, ada kebenaran yang tersimpan. Tapi tidak semua menjadi benar, karena pasti ada kekurangan dan sisi gelap yang selalu tersimpan.
Bagi kita yang sudah terjebak dalam gua sempit, cobalah keluar sejenak. Berjalanlah keluar jauh, jauh, jauh sejauh dan semampu kita bisa berkelana. Di luar sana, ada orang-orang yang tak kalah hebat dengan diri kita. Ada orang-orang yang mungkin tak berkelompok tapi bisa menciptakan suatu yang bermanfaat untuk dunia. Ada orang-orang yang dengan kelompok atau organisasinya, menyumbangkan hal-hal yang tak bisa kalian lakukan di dalam gua.
Kalau masih merasa kita adalah yang terhebat, artinya kita belum berjalan jauh. Pandangan kita masih berkutat di sekitar kita. Cobalah berjalan lebih jauh lagi, agar kita tahu bahwa banyak pelajaran dari orang-orang hebat di seluruh dunia. Mungkin tak sama dengan idealisme yang kau bawa. Tapi bukankah Tuhan menyuruh kita untuk mengambil pelajaran dari siapapun dan fenomena apapun?
Dunia ini memang terkadang menyeramkan. Siapapun di luar gua yang kau tempati bisa saja menjadi musuhmu, menikam dan merusak cita-cita mu. Tapi janganlah kita terbelenggu, karena banyak hal yang bisa kia lakukan andai mau membuka mata dan hati kita lebih luas lagi.
Leave a Reply