Bagaimana kabar kalian di masa pandemi? Selain kesehatan fisik dan jiwa, ada satu kesehatan lagi yang perlu diperhatikan yaitu kesehatan keuangan.
Kenapa saya bilang kesehatan keuangan ini penting di masa pandemi? Kita tau sendiri kan gimana kondisi pandemi Covid-19 ini mempengaruhi banyak sektor di masyarakat. Banyak perusahaan menurun omsetnya dan berefek ke pengurangan pegawai. Bukan cuma pegawai, tapi juga pemilik perusahaan atau bisnis pun juga terkena imbasnya. Kembali-kembalinya adalah masalah finansial yang mejadi teguncang.
Tentunya, kita berharap sekali pandemi ini segera berlalu dan ekonomi negara Indonesia dan masyarakatnya segera membaik kembali.
Saat pandemi mulai datang di Indonesia, saya dan suami sempat menunda untuk melakukan investasi. Awalnya kita sudah menabung untuk diaolokasikan pada investasi saham atau reksadana saham campuran, untuk kebutuhan jangka panjang. Tapi rencana itu kami batalkan terlebih dahulu, dan menyimpannya untuk dana darurat. Saat itu, dana darurat kami masih belum full sesuai saran dari banyak financial expert.

Tapi ternyata, saya mendapat banyak insight baru saat mengikuti Online Gathering Investment Highlight & Market Outlook bersama Prudential Indonesia. Baca cerita saya selanjutnya, untuk tahu apa saja insight yang saya dapatkan ya!
Haruskah Uang Investasi Menjadi Cash Semua di Masa Pandemi?
Webinar bersama Prudential kali ini, dibuka oleh Mas Prabu sebagai host. Ternyata dia punya pemahaman yang sama lho, sebelum ikutan webinar ini yaitu “Cash is the king”. Jadi, karena pandemi, dia berpikir sebaik-baiknya uang ya cash. Akhirnya dicair-cairin deh semua yang ada di rekening investasi sahamnya.
Ternyata, semua itu belum tentu benar. Punya uang cash harus. Tapi apakah harus semuanya dicairkan, ya belum tentu. Mungkin kita berpikir bahwa dengan mencairkan uang investasi, uang kita lebih aman dan tidak akan terkena risiko penurunan. Apalagi IHSG juga kan turun terus grafiknya selama masa pandemi ini.
Saat webinar, dijelaskan oleh Ibu Novi Imelda (Chief Investment Officer Prudential Indonesia) kalau ternyata kinerja setahun dana investasi PRUlink masih positif. Jadi sebenarnya, tetap aman berinvestasi karena PRUlink bersama dengan Eastpring Investment Indonesia punya strategi tertentu untuk menjaga kestabilan dana investasi nasabah.
Salah satu strateginya adalah fokus berinvestasi di sektor yang cenderung tangguh ketika pertumbuhan ekonomi melbat dan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Misalnya saja, konsumsi, kesehatan, komunikasi, dan memainkan dana pada obligasi pemeritah yang dianggap lebih liquid.
Nah kan, artinya tidak berarti di masa pandemi kita harus berhenti berinvestasi karena masih ada perusahaan investasi yang ternyata menunjukkan hasil positif seperti yang dilakukan oleh Prudential bersama dengan Eastpring.
Lalu bagaimana seharusnya investasi dilakukan di masa pandemi yang belum kita tahu kapan berakhirnya ini? Ibu Novi Imelda pun menjelaskan beberapa poin yang bisa dilakukan oleh nasabahnya.
- Tetap tenang dan tetap berinvestasi. Jika kita panik tentu sulit untuk berpikir jernih dan strategis.
- Check kesesuaian investasi dengan profil risiko. Tentang profil risiko nanti akan saya jelaskan selanjutnya ya
- Check pencapaian tujuan investasi
- Diversifikasi dana investasi sebagai alternatif untuk menyesuaikan dengan profil resiko
- Top up bertahap untuk potensi keuntungan jangka panjang

Bukan saja nasabah yang harus melakukan persiapan investasi di masa pandemi, Prudential dan Easpring Indonesia pun juga melakukan beberapa hal untuk menghadapi ini semua. Misalnya saja:
- Bersama-sama Eastpring Indonesia terus memonitor kondisi pasar dan mencari peluang
- Terus berinovasi dalam strategi investasi dan jenis dana investasi
Prudential juga sejak Januari 2020 melakukan koreksi pasar, sehingga membuat dana Investasi PRULink juga terkoreksi. Salah satu koreksi pasar yang dilakukan adalah untuk Dollar Cost Averaging.
Check Profil Risiko Sebelum Investasi
Ini bagian pembahasan yang cukup penting bagi saya. Setelah tahu bahwa di masa pandemi tidak perlu panik menarik semua uang investasi, sekarang giliran Bapak Alan T Darmawan (CEO Eastpring Investment Indonesia) yang menjelaskan lebih rinci tentang profil risiko.
Pada dasarnya, profil risiko keuangan untuk melakukan investasi dibagi menjadi 3 bagian yaitu: Konservatif, Moderat, dan Agresif. Masing-masing level ini punya risiko dan kondisi berbeda, seperti ini:
- Konservatif: dana cenderung aman, minim risiko, tapi penambahan keuntungan sedikit. Cocok untuk digunakan dalam jangka waktu pendek atau menengah. Misalnya 1-3 tahun saja
- Moderat: dana cenderung lebih aman, risiko tidak terlalu tinggi, ada keuntungan. Cocok untuk digunakan dalam jangka waktu menengah sampai 5 tahun
- Agresif: risiko tinggi dan cocok untuk tujuan jangka panjang lebih dari 10 tahun. Penambahan keuntungan lebih tinggi dibanding konservatif dan moderat.
Beliau, menganalogikan tingkatan ini seperti level orang makan pedas. Ada yang tidak suka pedas, ada yang suka pedas tapi sedang, dan ada yang sangat suka pedas. Tapi masing-masing tingkatan level pedas tersebut memiliki kenikmatan dan risiko masing-masing. Misalnya, semakin pedas semakin nikmat, tapi hati-hati bisa sakit perut kalau tidak terbiasa dan tidak tahan.
Begitupun dengan profil risiko saat kita akan berinvestasi. Penting sekali untuk di check. Untuk menentukannya, kita bisa bertanya pada diri sendiri sejauh apa level profil risiko kita. Misalnya:
- Kenali risiko pada aset yang kita beli. Sejauh apa resiko terburuk yang akan kita dapatkan dalam jangka waktu tertentu, dan apakah kita siap untuk menerimanya? Jangan sampai stress di tengah jalan ya!
- Jika terjadi sesuatu pada investasi yang kita lakukan, kita bisa tidur nyenyak atau tidak? Atau malah berpikir, besok apa bisa makan atau bagaimana dengan nasib beberapa tahun kedepan, karena investasi yang sedang bermasalah ini?
- Kenali fund manager nya. Misal kita beli aset di perusahaan investasi tertentu, maka penting untuk kenal kinerjanya, portofolio nya, check balance sheet nya, dsb. Dengan begitu kita bisa lebih mempercayai secara profesional. Ingat ya, fund manager adalah orang dan perusahaan yang profesional. Jangan sampai kita titipkan dana investasi pada orang lain yang tidak berbadan hukum, meskipun itu teman sendiri.
- Check juga bagaimana dengan kondisi dana harian kita untuk kebutuhan sehari-hari dan dana darurat kita. Jika ini belum aman, maka sebaiknya kita mengatur investasi dengan profil yang konservatif atau moderat dulu untuk mengurangi resiko di jangka waktu menengah.
Selain check profil risiko seperti poin-poin di atas, PRUlink dan Eastpring Investment juga menyarankan untuk para nasabah mengaudit keuangan pribadinya dengan membuat balance sheet dan income statement. Dengan membuat ini, tentunya akan mempermudah para nasabah untuk menentukan strategi investasi keuangan yang tepat. Tidak asal-salan dan tebak-tebakan. Paling sederhananya adalah menentukan pengeluaran dan pemasukan dalam setiap bulan.
Investasi juga bisa dilakukan dengan top up setiap bulan dari setiap penghasilan didapat. Di masa new normal ini pun, bisa jadi juga ada perubahan-perubahan profil risiko. Itulah pentingnya mengaudit keuangan pribadi. Jika masih bingung juga dan butuh bantuan. Sebenarnya dengan bantuan fund manager dari perusahaan investasi tentu akan sangat membantu, apalagi jika kita masih awam dan butuh bantuan. Untuk itu, penting kita menganalisa terlebih dahulu perusahaan investasi yang akan kita gunakan.

Dari Eastpring Investment sendiri, memiliki beberapa strategi portofolio, misalnya saja:
- Berlindung pada posisi kas yang lebih besar
- Membesarkan investasi di sektor defensif (sektor teknologi informasi, layanan komunikasi, dan kebutuhan pokok konsumen)
- Membesarkan di obligasi pemerintah
Terlihat bahwa dari strategi yang dilakukan ini, mereka memilih untuk mencari celah aman namun tetap bisa memberikan keuntungan lebih. Hal ini dilakukan karena pertumbuhan ekonomi dunia masih melambat, mungkin sampai akhir tahun 2020 nanti. Namun pemulihan indeks saham dunia perlahan membaik. Karena itu, Prudential dan Eastpring senantiasa mengeksplorasi kinerja optimal melalui investasi baik di Indonesia maupun luar negeri.
Nah, itulah beberapa hal yang saya dapatkan dari Webinar bersama dengan Prudential dan Easpring Investment Indonesia. Menarik sekali kalau sudah berbicara keuangan karena ini menjadi modal hidup dan salah satu instrument kita untuk menjalankan kehidupan lebih baik lagi.
Kalian sendiri, apakah tetap berinvestasi di masa pandemi ini? Yang jelas, sebelum melakukan investasi check dulu profil risikonya dan pastikan sesuai dengan kondisi keuangan pribadi ya! Selamat check up keuangan dan investasi!

Leave a Reply