• Home
  • About Me
  • Categories
    • Travelling
    • Beauty
    • Finance
    • Personal Thought
  • Welcome!
    • About Me
    • Annisa’s Tumblr
    • Personal Thought
    • Pernikahan
    • Beauty

Ideannisa

Personal Blog by Finastri Annisa

Personal Thought

SAAT HARUS MEMBATASI DIRI DARI SOCIAL MEDIA

October 14, 2020 Comment : 1

Sejak tulisan ini diposting, sudah satu minggu saya menjalani puasa social media. Ya, saya meminimalisir untuk scrolling-scrolling di social media tanpa tujuan dan tidak membiarkan saya larut terbawa oleh arus algoritma.

Hanya sesekali saja saya mampir ke akun favorit. Itupun sekedar melihat apakah ada content update yang menarik untuk saya ketahui atau tidak. Lebih dari itu, bisa dibilang saya off dari hiruk pikuk timeline dan kehebohan dunia maya ini.

Kebetulan di tanggal 10 Oktober saya berulang tahun. Banyak ucapan yang masuk di instagram dari teman-teman terdekat. Tentu itu sebuah penghargaan untuk saya dan saya harus membalas ucapan doa dari mereka. Setelah 10 Oktober berlalu, intensitas membuka Instagram, Facebook, LinkedIn, Twitter, dan TikTok pun semakin berkurang.

Bahkan, saya juga mulai tidak mengikuti update apapun dari teman-teman yang saya ikuti akunnya di social media. Padahal ada banyak orang yang terkoneksi, mulai dari teman kerja, mantan teman kerja, teman masa lalu, para influencer yang saya ikuti akunnya, ataupun akun brand dan bisnis.

Bagi saya, orang-orang penting dan sangat berdampak bagi hidup, mereka akan berbagi kabar secara personal. Kita akan berinteraksi langsung via chat di whatsapp atau telegram. Apalagi kalau soal pekerjaan dan hal penting, pasti whatsapp, email, atau telegramlah yang akan digunakan.

Jadi, walau tidak membuka social media sekalipun, tapi hal terpenting dalam hidup tidak akan hilang.

Sebenarnya, ini agak bertolak belakang dengan pekerjaan saya di bidang pembuatan content digital, yang setiap harinya harus berurusan dengan social media. Entah harus memposting content, memantau content yang sudah diposting oleh team, memperhatikan kompetitor, analisa trend yang sedang berkembang, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang ternyata terlalu lama berada aliran timeline dan algoritma membuat saya lelah.

Yakin Bisa Mengkonsumsi Semuanya?

Sebenarnya, gak masalah sih dengan membuka social media. Apalagi, kalau kita disuguhkan content yang bermanfaat atau sesuai dengan bidang karir yang kita geluti. Tidak jarang juga kita dapat inspirasi dan manfaat dari hal tersebut.

Tapi sejujurnya, saya mulai merasa overwhelmed dengan semua itu.

Bisa dibilang saya terlalu berlebihan mengkonsumsi social media. Hampir 30 menit sekali saya membuka Instagram, TikTok, Facebook, LinkedIn, Twitter, bahkan terkadang Pinterest secara bergantian. Apalagi jika ada waktu senggang. Saat di kendaraan umum, saat menunggu air mendidih, saat bangun tidur, saat akan tidur, saat menunggu kedatangan seseorang, sambil makan siang, dll.

Kadang saya bertanya, kenapa saya ada di postingan ini? Kenapa pada akhirnya saya berada pada timeline ini? Apa hubungannya dengan hidup saya? Apa dampaknya untuk hidup saya? Kadang jawabannya, tidak bisa saya pastikan.

Awalnya mungkin ter-trigger melihat content inspiratif dari seorang teman, lalu berlanjut ke teman yang lain, tidak lama mampir ke content seorang influencer, lalu muncul iklan, klik iklan, keluar, dan berulang seperti itu dari content ke content.

Tidak jarang, setelah itu berlalu muncul overthinking, perasaan insecure, karena membandingkan diri ini dengan orang lain yang saya anggap lebih hebat. Begitulah yang sering terjadi.

Saya pun mulai bertanya, kenapa bisa seperti itu? Awalnya mungkin sekedar cari inspirasi untuk buat content, cari content yang saya sukai atau belajar dari banyak akun-akun ya ada. Tapi lama-lama social media bikin addict.

Ada perasaan selalu ingin tahu update terbaru, trend yang sedang berkembang, sampai akhirnya jadi kebiasaan. Di waktu yang luang pun, social media akhirnya menjadi sebuah pelarian.

Kalau dibuat sebuah analogi, mungkin saya menganalogikannya dengan makanan.

Bayangkan, kita ada di sebuah acara dengan sajian makanan yang bervariasi dan banyak sekali. Semuanya tampak lezat dan menggiurkan. Apalagi disajikan secara gratis.

Lalu kita makan satu persatu, tanpa sadar kita pun menikmati semuanya. Rasa penasaran mendorong kita mencicipi semua itu. Tak menunggu lama, perut pun rasanya penuh, ingin muntah, bahkan mungkin muncul rasa kantuk karena kita kekenyangan.

Ya, kita terlalu berlebihan mengkonsumsi makanan. Padahal, dalam satu waktu kita cukup dengan hanya makan 1 piring makanan berisi semangkok sayur, satu protein hewani, satu protein nabati, dan minum air mineral yang cukup. Tapi rasa penasaran dengan semua makanan enak yang tersaji, membuat kita mengkonsumsi berlebihan.

Seperti itulah kira-kira yang saya alami dari mengkonsumsi social media berlebihan. Terlepas contentnya bermanfaat atau tidak, tapi itu semua berlebihan.

Pada akhirnya saya menyadari bahwa mengkonsumsi pengetahuan dan informasi pun selalu ada batas-batasnya.

Tidak semua informasi harus dikonsumsi, harus kita ketahui, dan harus kita pahami. Tidak perlu juga kita tahu update instagram story teman setiap harinya.

Alih-alih kita ingin tahu kabarnya, malah akhirnya berujung jadi memikirkan kehidupannya atau membicarakannya dengan teman yang lain. Padahal belum tentu juga dia akan peduli terhadap hidup kita.

Kita juga belum tentu perlu mengetahui update terkini kalau memang kita tidak membutuhkannya. Untuk sekedar mencari inspirasi dan insight terbaru, rasanya tidak perlu dengan 30 menit sekali membuka social media bukan?

Pengetahuan dan informasi yang kita terima, butuh waktu untuk menjadi “sesuatu dalam hidup”. Butuh berpikir lebih dalam, mengkritisi, menyelami, bahkan hingga tataran perenungan.

Lantas kalau sebanyak itu yang saya konsumsi setiap hari, sedangkan proses merenung itu pun terlewati, akan jadi apa semua itu?

Ganti Kebiasaan

Setelah saya menyadari itu semua, saya pun mulai mengganti kebiasaan. Saya ganti kebiasaan berselancar di social media yang kadang membuat ketidakjelasan pikiran dengan suatu yang lebih terstruktur, sistematis, dan sesuai kebutuhan. Saya mulai intens untuk membaca buku dan artikel yang berkualitas.

Hampir satu bulan saya berlangganan Medium. Medium adalah salah satu platform yang dibuat oleh dua orang pendiri Twitter. Bagi saya, Medium bukan social media, mungkin lebih mirip dengan blog. Isinya banyak sekali hal-hal yang berkenaan dengan karir, bisnis, informasi di bidang tertentu dan self development.

Kebanyakan ditulis oleh orang-orang yang berpengalaman di bidangnya masing-masing. Informasi di medium lebih terstruktur dan sistematis. Yang menulis di sini memang niat untuk berbagi dan ketika membaca saya pun tidak terganggu dengan iklan atau content yang sekedar pamer. Kadang penulisnya menceritakan pengalaman kegagalannya disertai dengan learning yang dia dapatkan.

Setiap pagi, Medium mengirimkan saya email. Dia merekomendasikan 3-5 artikel terbaik yang menurutnya cocok dengan interest yang kita pilih. 30 menit kadang saya habiskan untuk membaca artikel Medium yang notabene berbahasa Inggris dari sumber-sumber terbaik dunia.

Setelah hampir satu bulan, saya merasa kalau membaca artikel seperti ini pikiran saya lebih terisi dan perasaan saya pun puas. Berbeda rasanya ketika berselancar di social media yang kadang berakhir pada hal yang tidak sesuai dengan tujuan awal.

Selain Medium, saya pun coba untuk mengganti berselancar di social media dengan membaca buku. Kebetulan, saya sedang mengerjakan sebuah project aplikasi bersama dengan seorang teman dan saya berkontribusi untuk menulis produknya. Senangnya, saya mendapat fasilitas akses gratis di Kindle.

Saya punya akses untuk membaca buku-buku terbaik (best seller) dunia. Saya gunakan kesempatan dan fasilitas itu untuk membaca satu persatu buku yang saya suka.

Saya membaca perlahan, berusaha mengkristalkan ide penulis dan isi buku. Entah apa itu namanya, tapi saya merasa mendapat banyak sekali pencerahan. Di satu titik membuat saya lebih sering merenung.

Sejujurnya, ada tumpukan buku di rumah yang belum saya baca. Bahkan buku tahun lalu yang saya beli di BBW pun ada yang belum saya selesaikan. Saya jadi tersadar kembali, mungkin ini terjadi karena saya terlalu sibuk dengan social media hingga melupakan buku-buku yang menumpuk di rak.

Yang Saya Rasakan

Satu minggu puasa dari social media memang bukan waktu yang lama. Tapi rasanya hati lebih tenang, pikiran lebih jernih, dan informasi yang saya dapatkan pun terbatasi. Kebiasaan ini akan saya lanjutkan.

Perasaan overthinking atau insecure seakan lenyap. Mungkin karena tidak ada pemantiknya. Saya pun lebih banyak merenung, memikirkan sesuatu yang jarang terpikirkan sebelumnya. Pikiran kreatif atau ide-ide baru terasa lebih original karena keluar dari hati dan pikiran yang jernih.

Itu yang saya rasakan.

Awalnya saya ragu, apakah bisa berpuasa dan mengurangi social media? Namun ternyata, I did it!

Saat pertama kali puasa social media, refleks membukanya tanpa sadar masih ada. Tapi segera saya sadari dan mengalihkannya ke aktivitas atau fokus yang lain.

Kini saya merasakan. Sepertinya benar apa yang disampaikan oleh para founder dan ekspert yang ada di film Social Dilemma Netflix. Social media ada agar kita betah untuk terus menerus berada di dalamnya dan mereka dengan mudah meluncurkan berbagai iklan yang mungkin saja kita akan tertarik dengannya.

Tanpa sadar kita didrive oleh hal tersebut.

Terus, Gimana Selanjutnya?

Tidak, tentu saya tidak akan menjadi anti social media.

Saya sadar kalau social media juga ada sisi manfaatnya, menjadi salah satu sumber penghasilan dan tentu bisa membuat saya lebih produktif dalam hidup, serta mendukung karir kalau bisa menggunakannya dengan mindful.

Untuk itu, ini yang akan saya lakukan:

  • Membatasi diri dari social media. Hanya membuka social media di waktu istirahat dan akan tidur, selebihnya jika bukan untuk tujuan pekerjaan maka tidak akan saya lakukan
  • Lebih intens mengkonsumsi buku dan medium
  • Walaupun menikmati dan mengkonsumsi content yang orang lain buat, saya akan lebih banyak menghabiskan waktu menulis untuk diri sendiri dan menikmatinya sendiri.

Sejujurnya, sudah lama saya kehilangan waktu buat menulis untuk diri sendiri. Menulis yang memang berasal dari pikiran dan hati bukan karena urusan pekerjaan, sponsor, endorse, atau traffic. Menulis yang memang benar-benar untuk sebuah kenikmatan dan kebahagiaan diri sendiri.

Semoga dengan membatasi diri dari social media, kenikmatan tersebut bisa kembali lagi.


Saya bersyukur bisa merasakan dan menyadari hal ini. Akhirnya saya memiliki pengalaman tersendiri tentang bagaimana lelahnya berada di dunia maya tanpa tujuan jelas dan konsumsi berlebihan. Ini semua membuat saya tersadar harus lebih baik lagi untuk menjalani hidup.

Terima kasih untuk kamu yang sudah membaca curahan hati saya ini. Perlu saya tekankan, tulisan ini adalah refleksi saya sendiri. Tentu kamu tidak perlu sepakat dengan keseluruhannya, karena bisa jadi ada konteks yang berbeda dari kita masing-masing.

You might also enjoy

BELAJAR UNTUK JALANI HIDUP APA ADANYA, TANPA SYARAT KETENTUAN ORANG LAIN
Benarkah Muslimah Itu Lemah?
5 IDE KADO ULANG TAHUN YANG BERKESAN UNTUK ORANG TERDEKAT
Previous:
REVIEW SINGKAT SMARTPHONE TERBARU VIVO V20
Next:
REVIEW SCARLETT WHITENING, APAKAH SEBAGUS KATA PARA SELEBGRAM?

Comments

  1. ngulik says

    November 17, 2020 at 12:48 am

    memang kita harus punya free time tanpa gadget atau sosmed ya..

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

About Me

About Annisa

Annisa is Digital Marketing Lecturer and Practitioners who loves blogging and writing. You can contact Annisa by mail at finastricha@gmail.com

Read this blog at your mail

Enter your mail

Follow Annisa

SEARCH

Artikel Lainnya

Categories

Ideannisa Podcast

Dewaweb


Instagram post 18029630551562758
Dateng-dateng ke Singapore disambut hujan dari pagi sampai malam. Alhasil gak banyak eksplor, mau foto-foto juga banyak keujanannya.

Cuman seharian di SG lanjut ke Kl lanjut lagi ke Melaka. Alhamdulillah, cuaca di Malaysia mendukung.

3 hari jalan-jalan, kurang tidur, tidur cuma di peswat, bis, makan segala macam, minum es sering banget, alhamdulillah gak sakit, gak kenapa-kenapa. Mungkin efek happy kali ya 😂

-----
Pergi kesana kesini sama @rakhmatnurhakim hampir gak ada itinerary. Yg udah direncanain juga banyak gak jadinya. Ngandelin jalan kaki aja nemu banyak hal dan tempat tidak terduga.

Next . . .
Kemana lagi kita?

Instagram post 17926882175203245
Perjalanan ke kantor dan ngajar 😊

Instagram post 17936993632993078
Family portrait in Idul Fitri 2022
By @jonasphotoid, Bandung's favorite photo studio

Instagram post 18035928988348498
Lebaran tahun ini bener-bener rame dimana-mana. Tradisi mudik dilakukan lagi. Semua tempat makan, tempat wisata, tempat oleh-oleh, termasuk stasiun. Porter-porter kebanjiran kerjaan juga bawain koper dan barang dari banyaknya penumpang. Pemandangan yang dikangenin sejak Covid 2020 yang bikin dunia sepi. Alhamdulillah 2022 perlahan membaik😇

Instagram post 17924827904168942
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1443H
Taqabalaullahu minna wa minkum.
Mohon maaf lahir dan batin. Semoga ibadah kita di bulan Ramadan diterima oleh Allah SWT

Alhamdulillah bisa bertemu lebaran kembali. Semoga kita juga bisa mengambil esensi dari Idul Fitri 😀🙏

Instagram post 17910020327255202
Pernah nyobain treatment di salah satu klinik kecantikan dan salin gitu, buat bersihin white comedo di wajah. Hasilnya ya lumayan sih, komedo kecabut, tapi wajah jadi merah-merah, dan pas dicabut gitu sakitnya minta ampun.

Gak lagi-lagi akhirnyaaa dan memilih pake semacam comedo strap buat bersihin. Tapi gak bersih total juga. Masih aja ada yg membandel. Skincare yg dipake selama ini juga kayaknya belum bener-bener optimal buat bersihin komedo.

Sampai akhirnya ketemu nih sama program Comedoless & Poreless dari @erha_ultimateacnecure. Penasaran dan bener-bener pengen banget bersihin komedo, akhirnya aku nyobain langsung treatment yang Comedo Peeling.

Treatment ini aku rasanya cocok banget. Soalnya metodenya adalah pengelupasan kulit wajah untuk yang berminyak dan suka beruntusan. Ya udah lah yaaa, itu kulit gw bangeeet! 😂😂

Treatment kurang lebih 30 menit + 20 menit konsultasi jadi treatment paling membagiakan karena jadi tahu kondisi kulit plus dokter ngasih rekomendasi produk yang tepat.

Thanks to dr Evelyne yang udah mentreatment dan kasih konsultasi. Kalau kata dr Evelyne, kulit wajah saya masih aman. Flek hitam belum ada, jerawat juga ga parah, cuma tinggal beruntusan aja yang suka muncul.

Gak pake sakit, gak pake perih, udah lah ya treatment bersihin komedo dan wajah di Erha aja.

Btw review lengkap ada di blog yaaa. Click aja di bioo. Siapa tahu mau nyobain biar kulit makin glowing 😍

#UACSquad

Instagram post 17999871358394963
Late reels, but still memorable 😀.

Alhamdulillah, 2021 udah bisa banyak main, ketemu orang, keluar-keluar, masih sehat dan diberi kesempatan hidup bahagia di tengah tahun pandemi.

Semoga 2022 juga tetap sehat selalu. Biar semangat dan produktif kerjanya, aktivitas, dan melewati setiap momentum hidup 😎✊🏻✊🏻💪🏻💪🏻

Instagram post 17916938369065428
Welcome to 2022!

Semoga kita bisa seperti Yamaha
"Selalu di Depan. Dan Seperti Polytron, yang "Memang Canggih. 💪🏻😌

Kalau kata Nike, Just Do It, aja lah. Dan kata Tokopedia, Mulai Aja Dulu.

Bismillah😄🙏


Design by SkyandStars.co