Awalnya bagi aku kuliah lagi itu cuma sekedar untuk kredibilitas aja. Nambah network dan gelar S2 siapa tahu bisa ningkatin value. Waktu itu sempat terucap di mulut dan aku share ke teman-teman terdekat kalau aku gak ambi soal nilai. Yg penting lulus aja. Ternyata ga begitu kenyataaanya. Aku seneng banget banyak belajar hal baru, menikmati dunia kuliah yg bertabur insight dari para dosen hingga ngerasa kalau kuliah yg aku jalanin ini mahal di proses.
Gak semua orang mungkin suka belajar dan sekolah. Tapi buat aku sekolah dan belajar itu seperti menyelam ke dasar lagi. Melupakan siapa kita, apa pengalaman kita, apa jabatan kita. Mengosongkan kembali otak dan kembali fresh mendapatkan hal-hal baru.
Banyak yang tanya worth it apa gak sih sekolah lagi? Jawabannya semua tergantung kamu. Bisa ya bisa gak. Apa tujuan kamu.
Bagi aku, kuliah S2 ga selalu menjamin akan dapat pekerjaan yg lebih baik, gaji yg meningkat, atau penghargaan sosial dari sekitar. Tapi saya sadari mengambil keputusan kuliah lagi itu melatih mental, mengubur kesombongan, meningkatkan lagi kualitas berpikir, kualitas pengetahuan kita dengan benar.
Salah satu profesor saya pernah bilang, “Semakin tinggi tingkat akademi seseorang maka semakin dia harus mampu menerima perbedaan dan menjauhi kesombongan intelektual”
Pasca selesai S2, saya merasa bahwa memang hal yang paling mahal dari sebuah keputusan kuliah lagi adalah menjalani prosesnya. Kadang mahalnya sesuatu bukan saja karena fasilitas atau siapa gurunya, tapi sistem yg membuat kita terdorong belajar atau tidak.
Sama seperti: semahal apapun kamu ikut gym, sebagus apapun PT nya, sekomplit apapun fasilitasnya, kalau semua alat alat itu gak kamu angkat, ya badan ideal dan otot otot yg kamu ingin bentuk gak akan pernah terwujud. Sepakat?
Leave a Reply